34 // Sekarang Bagaimana?

"Aku tidak menggodamu," ucap Sofia dengan manjanya.

"Benarkah?" ucap Adrian masih bertahan di cerukan leher Sofia. Adrian sedang berusaha menahan gairahnya karena tindakan mendadak dari Sofia. " Aku masih marah sama kamu."

"Kenapa masih marah? aku kan sudah menciummu," cicit Sofia.

Adrian mengangkat kepalanya dan menatap Sofia lembut, "Jadi, semua aksimu tadi untuk menyogokku hah?" kata Adrian menggesekkan ujung hidungnya dengan hidung Sofia gemas.

"Bu--bukan begitu," kata Sofia.

"Lalu?"

Sofia menundukkan wajahnya, sebenarnya dia sangat malu dengan tindakannya yang sangat nakal menurutnya itu.

Bahkan saat ia bersama Yasa dulu tidak pernah sekalipun ia ingin melakukan hal seperti itu, Yasa juga hanya memeluknya dengan perasaan sayang sesekali Yasa mengecup kening, pipi atau bibirnya sekilas.

Tapi Adrian?

Entah kenapa ia selalu ingin berdekatan dengannya, sejujurnya ia sangat ingin melewati hari-harinya bersama Adrian.

Tapi, ia berusaha menahan keinginannya itu, selain dia yang memang terbiasa mandiri dia tidak ingin bergantung pada Adrian atau siapapun.

Sofia berusaha memberi takaran yang pas pada perasaannya, dia tidak mau cintanya yang terlalu dalam akan membuatnya kembali merasakan luka yang teramat sakit.

Tapi kalau sudah maunya hati apa yang bisa dilakukannya?

"Hei, kamu melamun," ucap Adrian.

"Tidak," kata Sofia gugup, lalu turun dari pangkuan Adrian, dia masih menundukkan wajahnya dan memandang lantai dengan perasaan yang tidak karuan.

Adrian yang merasa heran dengan sikapnya yang berubah tiba-tiba bertanya, "Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

"Kamu masih marah padaku?" ucap Sofia lirih.

"Baiklah aku tidak akan marah lagi, tapi kamu harus berjanji satu hal padaku?" kata Adrian.

"Apa?" kata Sofia sembari memandang wajah Adrian penasaran.

"Jangan berbohong padaku."

"Aku tidak pernah berbohong padamu," bantah Sofia cepat.

"Iya, maksudku untuk ke depannya, bagaimana?"

Sofia berpikir sejenak. "Berlaku untuk kita berdua," katanya mengacungkan jari kelingkingnya dengan senyuman manis di wajahnya.

Adrian tertawa pelan tapi akhirnya ia menautkan jari kelingkingnya pada jari Sofia "Janji kita berdua," katanya kemudian mengecup lembut bibir Sofia.

"Oh ya siapa nama laki-laki itu?" tanya Adrian.

"Untuk apa kamu menanyakannya?" tanya Sofia heran.

"Hanya ingin tahu saja," jawab Adrian ringan.

"Yasa," jawab Sofia singkat, tapi Sofia melihat Adrian yang menatapnya dengan tatapan tidak puas, Sofia memutar bola matanya malas, tahu apa yang ditunggu Adrian.

"Hardiyasa Putranto Kusuma," jawab Sofia yang disambut senyuman oleh Adrian.

"Good girl," kata Adrian mengacak pelan rambut Sofia.

"Aku lapar," ucap Sofia.

"Bukannya tadi kamu sudah makan, berdua, heh?" goda Adrian.

"Siapa yang makan berdua coba, aku cuma minum jus apel," bela Sofia.

"Kenapa tidak sekalian makan saja?"

Meski tahu Adrian hanya menggodanya tetap saja membuat Sofia kesal.

"Ya sudah aku kembali ke restoran saja siapa tahu dia masih di sana dan pasti mau mengajakku makan," kata Sofia sambil berdiri dan mengambil ransel kesayangannya.

Padahal dia tahu tidak mungkin Yasa masih di sana bukan, diam-diam Sofia tersenyum.

Baru saja dia hendak melangkah keluar, Adrian sudah menarik pinggangnya dan memeluknya dari belakang.

"Tidak mungkin dia masih disana honey," bisik Adrian pelan di telinganya.

"Ya, siapa tahu saja masih," kata Sofia kesal.

"Kalau dia tidak ada, aku bisa menghubungi temanku yang lain," kata Sofia tidak mau kalah.

"Jangan coba-coba menghubungi pria lain," kata Adrian geram, yang membuat Sofia merasa takut mendengar suara Adrian yang terdengar marah, sekaligus senang dengan sikap posesif Adrian padanya.

"Kita pergi makan, tapi aku mau mandi dulu, bagaimana?" tanya Adrian. Sofia mengangguk pelan.

Adrian masuk ke dalam kamarnya, sambil menunggu Adrian mandi Sofia melihat- lihat ruang apartemen Adrian yang sangat luas.

Ada dua kamar tidur, dan ruang tamu langsung dengan ruang santai yang ada permadani lembut dengan beberapa bantal di atasnya.

Sofia tergoda untuk mendudukinya, dan tak lama dia sudah merebahkan dirinya di atas permadani coklat nan lembut itu.

Sofia menyalakan televisi flat yang ukurannya sangat besar, dan mulai mencari chanel.

Akhirnya Sofia memilih menonton sebuah acara gosip tentang artis-artis lokal yang terlibat affair, tapi tidak lama karena akhirnya dia sendiri terlelap.

Adrian yang sudah selesai mandi dan berpakaian berjalan keluar kamarnya, dia mengenakan kaos polo berwarna putih dan celana jeans pendek, dia makin terlihat lebih muda dan tampan.

Adrian tersenyum memuji ketampanannya sendiri di depan cermin, dia ingin terlihat sama mudanya dengan Sofia yang memang anak kuliahan.

Sofia...gadisnya memang unik, saat kebanyakan remaja sekarang berdandan dan bergaya seperti wanita dewasa dia tetap dengan dirinya yang memang anak kuliahan.

Pakaiannya tidak jauh dari jeans itupun kadang jeans belel, kemudian kaos yang dilapisi kemeja panjang, atau sweter bahkan jaket.

Saat remaja-remaja dan para gadis sedang menggandrungi tas-tas cantik branded dia hanya mengenakan ransel hitamnya yang selalu melekat setia di punggungya.

Kalau dandanannya yang seperti itu sudah jelas kalau dia akan mengenakan sepatu ketsnya bukan high heel yang akan memperlihatkan kakinya yang jenjang.

Adrian segera melangkah keluar, merasa terlalu lama meninggalkanSofia. Adrian mdlihat Sofia malah tengah meringkuk tertidur di depan televisi yang menyala.

Adrian mendekati Sofia, tidurnya terlihat sangat lelap, Adrian ikut berbaring di samping Sofia, dia memeluk Sofia dan ikut memejamkan matanya.

***

"Nggghhh," Sofia terbangun karena merasa gerah, tapi dia tidak bisa bergerak bebas karena sebuah tangan melingkar erat di pinggangnya, dia bergerak mencoba berbalik dengan susah payah.

Sofia memundurkan tubuhnya sedikit agar bisa melihat wajah Adrian sepenuhnya, dia terpana melihat wajah tampan di depannya, baru kali ini bisa melihat wajah Adrian dari dekat, sangat dekat.

"Senang dengan apa yang kamu lihat honey?" tanya Adrian yang tiba-tiba membuka matanya, suara seraknya terdengar sangat sexy.

Sofia bahkan tidak berusaha menyembunyikan wajahnya yang tertangkap basah sedang memandangi wajah Adrian, "Senang," jawabnya jujur.

Adrian yang merasa gemas dengan Sofia, menarik tubuh Sofia makin dekat hingga wajah mereka hampir bersentuhan.

"Kenapa hari ini kamu membuatku ingin memeluk dan menciummu?" kata Adrian.

"Mana-aku-tahu," jawab Sofia gugup.

"Kenapa sekarang kamu jadi gugup? Tadi siang saja," Adrian menggantung kata-katanya.

"Aku tidak gugup, aku.hanya tidak mau dibilang menggodamu lagi," kata Sofia.

"Tapi tadi kamu memandangi wajahku lama," kata Adrian.

"Aku hanya memandangmu, aku tidak tahu kalau itu juga termasuk menggoda," kata Sofia kesal.

Adrian terkekeh pelan, "Apa kamu masih lapar?" tanya Adrian.

"Oh ya," kata Sofia, ia baru ingat tadi siang dia yang kelaparan tapi malah tertidur.

"Kamu tidur lelap sekali. Jangan terlalu lelah bekerja," kata Adrian lembut, hati Sofia menghangat mendengar perhatian Adrian.

Sofia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Adrian, posisi favoritnya kalau sudah bersama Adrian, karena dia bisa menghirup aroma tubuh Adrian.

Aroma maskulin yang selalu membawa kenyamanan sampai ke relung hatinya.

Adrian memeluk Sofia erat, ia cukup bingung dengan sikap Sofia hari ini.

Apa karena laki-laki itu?

Atau karena dirinya?

Entahlah dia merasa sangat dekat dengan Sofia tapi disaat bersamaan juga merasa sangat jauh.

Tapi Adrian sudah tahu, di mana harus memulai mengetahui tentang siapa Sofia Aruna.

Gadis yang sudah memiliki hati dan hidupnya itu.

"Hardiyasa Putranto Kusuma," ucapnya dalam hati.

"Ayo kita pergi makan, ini sudah malam," kata Adrian.

Mereka bersiap-siap sebelum pergi mencari makan.

"Kenapa kulkasmu isinya hanya minuman dingin?" tanya Sofia saat mereka sedang menikmati makan malamnya di sebuah restoran.

"Aku tinggal sendiri jadi tidak perlu mengisi kulkasku dengan sayur mayur," kata Adrian cuek.

Sofia berdecak kesal, sikap menyebalkannya muncul lagi. "Paling tidak kamu bisa meletakkan buah- buahan di sana"

"Atau kamu mau tinggal bersamaku? Kita bisa mengisi kulkas penuh, kamu memasak untukku jadi saat aku pulang bekerja kita bisa makan masakanmu bersama, bagaimana?" tanya Adrian mengerling nakal.

"Aisshh ngarep banget," kata Sofia asal sambil mengunyah makanannya, porsinya kali ini lebih banyak karena perutnya benar-benar kelaparan.

"Jangan-jangan kamu tidak mau karena tidak bisa memasak?" tuduh Adrian.

"Tentu saja aku bisa," kata Sofia dengan mulut penuh.

"Ish kamu jorok sekali, telan dulu makanannya baru bicara," kata Adrian menyodorkan air minum ke Sofia yang dibalas cengiran oleh Sofia.

"Kapan aku bisa mencicipi masakanmu?" tanya Adrian.

"Kamu maunya kapan?" tanya Sofia balik.

"Besok siang?" kata Adrian.

"Oke, tapi..., "kata Sofia tidak menyelesaikan kata-katanya.

"Besok siang di kantorku," kata Adrian sambil menampilkan senyuman manisnya.

"Apa? Nggak- nggak," tolak Sofia.

"Memangnya kenapa?" tanya Adrian.

"Aku malu ke kantormu," jawab Sofia jujur.

"Aku tidak mau dengar alasan tidak masuk akal kamu. Besok aku ada meeting penting dikantor. Kalau kamu nggak bawain aku makan, aku tidak akan makan apapun," ancam Adrian.

"Dasar pemaksa," gerutu Sofia, yang dibalas seringaian oleh Adrian.

Saking asiknya menikmati makan malam mereka, mereka tidak sadar seseorang memperhatikan mereka dengan tatapan tajam.

Bahkan mereka masih tidak menyadari, orang yang memperhatikan mereka sudah berdiri di depan meja mereka, "Apa- apaan ini?"

"Di—on," kata Sofia terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Dion, mata Dion memerah karena amarahnya yang sangat besar.

"Apa-apaan ini Fi, lo sama laki-laki brengsek ini," tunjuk Dion pada Adrian.

Adrian yang ditunjuk hanya diam saja, dia sedang menahan emosinya saat ini, walau bagaimanapun bocah brengsek ini sahabat Sofia.

"Dion tenang dulu," kata Sofia berusaha menenangkan Dion.

"Ada hubungan apa lo sama dia?" tanya Dion dengan suara tertahan.

"Gu-gue cinta sama dia Di," lirih Sofia, Adrian yang melihat Sofia dalam keadaan sulit itu memegang tangan Sofia, hal itu semakin membuat Dion meradang.

"Gue kecewa banget sama lo," kata Dion sebelum keluar dari restoran.

"Dion tunggu," panggil Sofia, dia berusaha mengejar Dion, untuk menjelaskan semuanya.

Tapi Adrian menahan tangannya, "Biarkan dulu, besok kamu bisa menjelaskan semuanya padanya," kata Adrian.

"Sekarang bagaimana?" kata Sofia pada dirinya sendiri.

***

Terima kasih banyak buat @novianggie878 yang udah komen ada part yang terlewat, maafkan authornya yang gaje ya 😂😂😂

Luph u dah semuanya palagi folow IG ku
Dewie Sofia wkwkwk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top