30 // Hanya Kita

Sofia memasang earphone di telinganya, setelah itu dengan langkah ringan ia berjalan memasuki sebuah pusat perbelanjaan besar.

Tujuan pertamanya adalah ke toko buku, ada beberapa referensi yang harus ia cari untuk skripsinya nanti.

Sofia mengitari rak-rak buku dengan membaca setiap judul buku yang bisa dijadikan referensi.

Setelah memasukkan beberapa buku ke dalam keranjang, Sofia melangkah ke rak sebelah mencari novel terbaru.

Koleksi novelnya belum ada yang baru, ia belum pernah membeli lagi sejak beberapa bulan yang lalu.

Saat asyik memilih tiba-tiba Sofia dikejutkan suara ramai yang memanggilnya

"Aunty Sofia."

Sofia menoleh ke sumber suara. "Ema Amy," ucap Sofia sedikit terkejut.

"Aunty..." kata mereka memeluk pinggang Sofia. Sofia tertawa pelan melihat tingkah mereka yang menggemaskan.

"Kalian sama siapa kemari dan mencari apa?" tanya Sofia yang sudah berjongkok agar bisa sejajar dengan tubuh kecil mereka.

"Kami sedang mencari perlengkapan menggambar," kata salah seorang dari mereka, aku tidak tahu mana Ema dan Amy karena mereka kembar identik.

"Kami ke sini bersama Mommy,'' jawab yang satunya.

"Mana Mommy kalian?" tanya Sofia.

"Ema Amy...apa kalian tidak bisa diam?" sebuah suara terdengar dari belakang si kembar. Sofia menoleh ke arah suara dan langsung berdiri setelah melihat Mommy -nya si kembar.

"Hai Kak," sapa Sofia ramah.

"Sofia," kata Kak Angie terkejut. "Kamu di sini?" katanya lagi yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Sofia.

"Pantas saja Ema dan Amy tiba- tiba menghilang dari tempatnya, mereka pasti melihatmu," katanya sambil mengatur napas, napasnya masih terengah-engah karena mengejar si kembar.

"Iya kak," jawab Sofia singkat.

"Mommy kami mau bermain sama Aunty," kata salah satu si kembar.

"No Ema, sudah waktunya kita pulang," kata Kak Angie yang disambut wajah cemberut Ema. Sofia memperhatikan Ema dan Amy untuk mencari perbedaan mereka.

Setelah memperhatikan mereka ternyata raut wajah Ema terlihat lebih ceria sedangkan Amy sedikit pemalu.

"Mungkin lain kali kita bisa bermain bersama," kata Sofia.

"Benarkah?" kata mereka dengan wajah berbinar.

"Iya," kata Sofia tersenyum.

"Asyik!" seru mereka serempak lagi, Sofia tertawa pelan dan Kak Angie hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

"Kamu sendirian?" tanya Kak Angie kemudian.

"Iya kak."

"Adrian tidak menemanimu?" tanyanya lagi dengan nada heran.

"A--aku memang terbiasa sendiri Kak," ucap Sofia terbata, selama ini ia pergi ke mana saja sendiri, meski ada Adrian ia tidak pernah mau tergantung pada siapapun.

Tak ingin Kak Angie berpikir yang bukan-bukan tentang hubungan mereka, Sofia cepat-cepat berkata.

"Maaf Kak, aku memang selalu melakukan apapun sendiri, aku tidak mau bergantung pada siapapun."

"Tapi dia kekasihmu seharusnya dia menemanimu," katanya dengan nada tidak suka sembari meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Kak?" ucap Sofia pelan, tapi Kak Angie menyuruhnya diam dengan menunjuk bibirnya dengan telunjuknya.

Sofia hanya mengelus kepala si kembar, mereka diam saja melihat percakapan kami.

"Kamu di mana?" tanya Kak Angie pada orang yang dihubunginya.

[...........]

"Kenapa kamu tidak menemani Sofia belanja, kamu ini kekasihnya atau bukan sih?" katanya dengan nada yang mulai meninggi.

[..........]

"Sebaiknya begitu, kami berada di Mal, ya, aku akan bilang padanya," kemudian dia menutup telponnya.

"Ponselmu tidak aktif?" tanya Kak Angie pada Sofia, Sofia menganggukkan kepalanya.

"Apa kalian lapar?" tanya Kak Angie pada si kembar.

"Iya Mom kami lapar, ya kan Amy," kata Ema.

"Ya Mom, kami lapar," kata Amy memberi jawaban yang sama seperti saudaranya.

"Sofia, kita makan dulu, ayo!" ajaknya.

Mereka melangkah ke meja kasir, Sofia pergi ke kasir sebelah supaya tidak terlalu lama mengantri.

Setelah selesai, mereka turun ke lantai satu ke sebuah restoran cepat saji.

Ema dan Amy selalu bercanda dengan sesekali menunjuk-nunjuk manekin yang ada di butik yang mereka lewati.

Memasuki restoran cepat saji, mereka mencari tempat duduk. Kak Angie menyuruh mereka menunggu sementara ia memesan makanan.

Mengobrol dengan si kembar sangat menyenangkan, mereka sangat lucu dan menggemaskan.

Setelah makanan mereka datang, mereka mulai menikmati makanannya sambil berbincang kecil.

"Kalian bertemu di mana?"Sofia tersedak mendengar pertanyaan Kak Angie yang tiba-tiba itu.

Setelah minum, Sofia menarik napas pelan, "Kami bertemu di club Kak?" jawab Sofia dengan pelan, ia sangat malu mengatakan hal ini, ia khawatir Kak Angie berpikir yang bukan-bukan tentangnya.

"Oh."

"Hanya itu," batin Sofia.

"Uncle Adrian," si kembar berteriak, mata Sofia bertatapan dengan mata tajamnya ketika ia menoleh karena teriakan si kembar, tapi tidak lama karena Sofia segera menundukan kepalanya.

"Kenapa lama sekali?" tanya Kak Angie.

"Maaf, tadi uncle kena macet," kata Adrian yang langsung duduk di samping Sofia.

Adrian mengecup puncak kepala Sofia dan mengacaknya pelan, membuat Sofia merasa malu pada Kak Angie yang terus memperhatikan mereka.

Setelah mengacak rambut Sofia, Adriam berpaling pada si kembar.

"Hai twins," sapanya sambil mencium pipi Ema dan Amy, "kalian tidak nakal hari ini?" tanya Adrian.

"Tidak uncle kami jadi anak yang baik," jawab Amy.

"Baiklah, kami sudah selesai makan, Sofia," kata Kak Angie.

"Yak kak," ucap Sofia.

"Mungkin lain kali kita bisa berbelanja bersama," ucapnya

"Ah ya kak, tentu saja," kata Sofia.

"Ema Amy ayo pamit sama uncle sama aunty,'' kata Kak Angie.

"Uncle Aunty kami pulang duluan ya," pamit Ema dan mereka menyalami Adrian dan Sofia bersamaa.

"Sampai jumpa anak-anak cantik," kata Sofia mencium pipi mereka, begitu juga dengan Kak Angie.

"Sampai jumpa aunty," balas si kembar.

Setelah mereka pergi, tinggal Sofia dan Adrian yang berada dalam suasana yang canggung.

"Kamu sudah makan?" ucap Sofia memecah keheningan.

"Sudah."

Hening. Tidak ada yang berbicara selama beberapa saat.

"Aku mencarimu ke kafe. Mereka bilang kamu sudah pulang sejak pukul lima sore," ucap Adrian.

Sofia mengangguk. "Ada beberapa buku yang ingin kubeli. Aku minta izin pulang lebih cepat," ucapnya.

"Bukan karena Fira?" tanya Adrian, membuat Sofia terkesiap kaget.

"Temanmu di kafe yang mengatakannya padaku, apa dia menyakitimu?" ucap Adrian khawatir.

"Aku tidak apa-apa," ucap Sofia meyakinkan.

"Kita pulang."

Sofia mengangguk kemudian mengikuti Adrian menuju parkiran.
Adrian melajukan mobilnya dengan pelan. Saat melewati sebuah taman, Adrian menepikan kendaraannya.

"Kita jalan-jalan sebentar," ucap Adrian langsung turun dan membukakan Sofia pintu mobil.

Adrian menggandeng tangan Sofia menuju sebuah bangku, mereka duduk bersebelahan dan masih terdiam beberapa saat.

Setelah beberapa lama Adrian memandang wajah Sofia. Sofia masih menunggunya bicara dan menatapnya dengan wajah penasaran yang tidak bisa ditutupinya lagi.

"Fira, dia saudara sepupuku." Adrian mulai bercerita, Sofia berusaha mendengar dengan baik.

Karena bagi Sofia memberi kesempatan pada orang lain untuk menjelaskan sangatlah penting.

Sofia sangat tahu bagaimana rasanya dituduh tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan, ia tak pernah ingin merasakannya lagi.

"Selama tiga tahun terakhir ini, dia tinggal di rumah orang tuaku, kedua orang tuanya sedang berada di luar negeri untuk berobat."

"Dia tinggal di rumah orang tuamu? Apa karena itu kamu memilih tinggal di apartemen?" tanya Sofia.

"Tidak juga. Aku memang sudah tinggal di apartemenku jauh sebelum Fira tinggal di rumah," ucap Adrian.

"Dia mulai aneh sejak setahun yang lalu," lanjutnya.

"Dia bilang dia mencintaiku dan memaksa bertunangan denganku."

"Dan kamu tidak mau?" tanya Sofia tidak percaya.

"Apa menurutmu aku mau?" Adriam bertanya balik pada Sofia.

"Well, dia wanita yang cantik dan sexy," ucap Sofia.

"Cemburu," ucap Adrian sambil menyeringai nakal.

"Sepertinya aku harus terbiasa kan," ucap Sofia.

"Terbiasa akan apa?"

Sofia memutar bola matanya malas.

"Karena kamu seorang CEO tampan yang kaya, mesum dan tebar pesona di mana-mana."

Setelah mengatakan itu Sofia kembali terdiam. Ia memainkan kakinya dengan mengayun-ayunkannya.

"Aku anggap itu pujian," ucap Adrian.

"Mungkin kamu bisa memberiku sedikit clue. Siapa wanita berikutnya yang akan aku temui? Aku rasa aku baru mengetahui dua orang," ucap Sofia.

Sofia mengatakannya dengan nada sedikit bercanda tapi nada kekhawatiran juga terdengar jelas di sana.

"Aku tidak tahu," ucap Adrian pelan.

"Hei, apakah aku benar-benar harus menyiapkan diri untuk itu?" ucap Sofia dengan cemberut.

Adrian terkekeh pelan melihat tingkah Sofia. Dia kembali mengacak rambut Sofia pelan. "Kamu harus benar-benar menyiapkan diri," ucap Adrian.

"Kamu bercanda?" ucap Sofia dengan wajah serius.

"Dengar." Adrian meraih kedua tangan Sofia. Mengecup kedua punggung tangannya lembut, yang entah bagaimana menyalurkan energi listrik ke seluruh tubuh Sofia.

"Fira, Almaira atau wanita-wanita lainnya atau laki-laku lain yang nantinya muncul dalam hubungan kita dan berniat merusaknya, tidak akan pernah dapat menghancurkan hubungan kita, karena kita saling mencintai bukan?" ucap Adrian.

Sofia terdiam beberapa saat. Menatap wajah Adrian yang kini sedang menunggu jawaban darinya. Jantung Sofia berdetak lebih kencang dari seharusnya.

"Iya, Aku juga mencintaimu," ucap Sofia pelan, wajahnya memerah karena malu.

Adrian menunduk, mengecup bibir Sofia dengan lembut.

Adrian menyibakkan rambut Sofia ke belakang telinga. "Aku ingin bilang, sekarang dan selamanya hanya ada KITA. Kamu dan Aku, tidak ada siapapun yang akan menggantikannya hingga maut memisahkan," ucap Adrian.

"Apapun yang terjadi nanti, kita harus membicarakan dan mengatakannya dengan jujur, jangan karena kesalah pahaman, kita harus kehilangan satu sama lain" ucap Adrian.

"Mau berjanji padaku?" ucap Adrian.

"Apa kamu benar-benar takut kehilanganku?" ucap Sofia.

"Awww, sakit," ucap Sofia mengusap keningnya yang terkena sentilan Adrian. Tidak sakit sih tapi Sofia saja yang mendramatisir.

"Apa aku harus mengulang kata-kataku lagi Sofia Aruna?" ucap Adrian kesal.

"Kamu juga belum berjanji padaku," ucap sofia cemberut.

"Aku yang bertanya," ucap Adrian tajam.

Sofia menatap Adrian cukup lama. "Aku mencintaimu Adrian Chandra Hadinata, dan aku berjanji akan membicarakan apapun padamu, dan...," Sofia tidak menyelesaikan ucapannya. Ia menunggu beberapa saat membuat wajah penasaran Adrian yang terlihat lucu.

"Hanya ada KITA," bisik Sofia di telinga Adrian. Sofia mengecup bibir Adrian sekilas sebelum lari dari tempat duduknya.

"Hei," seru Adrian yang baru sadar dengan apa yang sudah Sofia lakukan.

"Hahahaha" tertawa sambil terus berlari. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Adrian untuk dapat mengejar Sofia.

"Kamu nakal sekali hah," ucap Adrian seraya meraih pinggang Sofia dan membawanya mendekat ke dada bidangnya.

"Awwwww." Sofia terpekik saat Adrian mengangkat tubuhnya. Sofia reflek mengalungkan kedua tangannya di leher Adrian.

"Adrian,"

"Apa?" ucap Adrian.

"Apa yang kamu lakukan, turunkan aku," ucap Sofia kesal.

Wajah Sofia sudah sangat merah sekarang karena ia tidak hanya merasakan panas di seluruh wajahnya, tapi juga di seluruh tubuhnya.

Sofia tidak pernah berada sedekat ini dengan laki-laki. Ia bahkan baru tahu jantungnya mampu berdetak 10x lipat di depan Adrian.

"Wajahmu memerah," goda Adrian sambil terus berjalan ke arah mobilnya.

Sofia merapatkan wajahnya ke dada bidang Adrian. Menutupi wajahnya sekaligus menghirup aroma tubuhnya yang sangat disukainya.

"Kamu pakai parfum apa?" tanya Sofia.

"Kenapa kamu menanyakan parfumku sedangkan aku baru saja menanyakan tentang cintamu?" ucap Adrian mencium kepala Sofia.

"Aku menyukai aromanya."

"Benarkah?"

"Hm."

"Aku akan selalu memakainya untukmu," ucap Adrian.

"Hanya untukku?"

"Hanya untukmu." Sofia semakin mengeratkan pelukannya. Ia tersenyum kecil di balik dada Adrian.

"Honey?"

"Hm."

"Taman ini semakin ramai."

"Apa?"

Sofia langsung mengangkat wajahnya dari kenyamanan yang sedang di nikmatinya.

"Adrian turunkan aku."

"Bukankah kamu menyukainya?"

Bagaimana kalau ada yang melihat," seru Sofia.

"Maka mereka akan merasa iri," ucap Adrian kemudian mengecup bibir Sofia.

"Adrian,"

Sofia mengeratkan pelukannya. Lebih baik ia menenggelamkan wajahnya di dada Adrian supaya tidak ada yang mengenalinya. Sungguh Sofia sangat menyukai posisinya saat ini.

"Hei, lihat aku," ucap Adrian.

Sofia mendongakkan wajahnya. Untuk kesekian kalinya ia terpana pada ketampanan Adrian.

Cup.

Adrian mencuri ciuman di bibir Sofia membuat Sofia membulatkan matanya.

"Kita impas," ucapnya santai sambil tersenyum. Sofia ikut tersenyum kemudian kembali menyandarkan kepalanya di dada Adrian.

"Aku sangat mencintaimu Adrian. Kali ini tidakakan kubiarkan siapapun merebut orang yang kucintai," batin Sofia. Sofiakembali menghirup aroma maskulin tubuh Adrian dalam-dalam.


***

Lagi seneng ajah beduaan ma adrian 😄😄😄

Thanks vomentx 😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top