19 // Seminar (1)
Rombongan pun tiba Widjaya Internasional High Shool. Sofia memperhatikan rombongannya yang sudah memasuki halaman sekolah.
Sofia masih diam di tempatnya melihat ke sekeliling bangunan sekolah. Ia meremas ujung bajunya dengan kuat, entahlah sejak kembali ke sini ia jadi lebih sering melakukannya.
Aku bisa, pasti bisa batinnya.
Sofia merasakan tangan seseorang menggenggam tangannya. Sofia menoleh padanya, ia tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.
Sofia tersenyum dan melangkah bersama Adrian. Meski tidak tahu apapun Adrian tidak memaksa Sofia untuk menceritakan kenapa oa menangis.
Bersama Adrian seolah memberi kekuatan baru untuk Sofia.
Mereka mengambil tempat duduk masing-masing di aula besar Widjaya International High School.
"Lihat Pak Adrian tampan sekali bukan." kata Karin memuji Adrian yang sedang memberi kata sambutan.
Para siswi berteriak histeris setiap kali ia berbicara, dia memang tampan, menyebalkan dan mesum, Sofia tidak sadar pipinya memerah saat membayangkan Adrian yang menciumnya.
"Kenapa pipimu memerah begitu, kamu sakit?" tanya Karin khawatir.
"Aku baik-baik saja." ucap Sofia sambil menunduk.
"Oya, ada hubungan apa antara kamu dan Pak Adrian?" tanya Karin.
"Pertanyaan apa itu? dasar Ms Kepo." ucap Sofia pada Karin.
"Dia selalu mengekorimu kemanapun kamu pergi, bahkan dia memintaku menukar tempat duduknya di pesawat."
"A-apa?"
"Kemarin malam juga dia mencarimu, menanyakan kamarmu nomor berapa?"
"A-apa?"
"Kamu ini, apa-apa terus dari tadi." gerutunya kesal.
"Maksudku, aku tidak percaya dia melakukan semua itu." ucap Sofia pelan.
"Tapi dia melakukannya, kurasa dia menyukaimu." katanya berhipotesa.
"Apa kamu juga menyukainya? Sejarah ya dia itu dosen tertampan dan terkece se_ Universitas ini." ucap Karin.
"Jangan lebay deh, sampe segitunya." ucap Sofia mencibir.
"Lihat para siswi di sini terlihat sangat memujanya, pasti banyak yang memilih ke fakultas sastra, ih curang." ucap Karin.
"Sudahlah jangan bergosip, dengerin temen-temen kita di depan, kapan giliranmu?" tanya Sofia.
"Besok, kamu?"
"Hari kamis." jawab Sofia sambil melihat ke arah podium di mana teman-temannya dan para dosennya sedang menyampaikan konsep yang telah mereka siapkan.
Adrian duduk di sana, di antara para dosen, wajahnya sangat tampan, tubuhnya sangat atletis, kacamata yang bertengger di hidung mancungya memberi kesan dewasa dan makin memperlihatkan kecerdasannya, belum lagi senyumnya yang sangat menawan menambah kesempurnaannya.
Pantas saja para siswi dan guru-guru muda berteriak histeris setiap kali dia berbicara, sepertinya apa yang di katakan Karin memang benar.
"Aku mau ke toilet, kamu mau ikut?" tanya Sofia pada Karin.
"Tidak, kamu saja." katanya.
Sofia meninggalkan aula dan mencari toilet, setelah selesai dari toilet ia kembali melangkah ke aula.
"Sofia Aruna."
Seseorang memanggil Sofia dengan suara amat pelan, seperti takut salah mengenali orang
Sofia membalikkan badannya seketika karena ia sangat mengenali suara ini, Sofia langsung berlari ke pelukan orang itu.
"Tante." ucap Sofia lirih, air matanya mengalir begitu saja.
"Sayang kemana saja kamu selama ini, kami sangat merindukanmu." katanya mengelus rambut Sofia.
"Ayo, kita bicara didalam." ajaknya. Mereka duduk di sebuah sofa panjang yang ada di ruangan itu.
"Kamu terlihat sehat dan tambah cantik." ucap Tante Maria.
"Terima kasih Tante, Tante juga makin cantik." puji Sofia.
"Jadi, kamu kuliah di Jakarta, di Universitas Jaya Sakti?"
"Iya tante aku melanjutkan kuliah disana." ucap Sofia tenang dan memberikan senyuman pada tante Maria.
"Bagaimana kamu bisa bertahan Nak, tinggal sendiri di Ibukota yang kejam seperti Jakarta?" ucap Tante Maria yang menangis.
"Aku baik baik saja Tante, jangan khawatir, bukannya tadi Tante bilang aku sehat dan makin cantik." ucap Sofia menenangkannya meskipun keadaannya tidak jauh berbeda dengan Tantenya.
"Kamu ini." katanya tersenyum sambil mengelap air matanya.
"Kunjungilah orang tuamu, mereka sangat merindukanmu sayang."
Sofia terdiam, akupun merindukan mereka, tapi tidak mungkin aku menemui mereka, tidak saat ini ucap Sofia dalam hatinya.
"Tante, jangan beritahu keberadaan ku disini ya." ucap Sofia memohon padanya.
"Kenapa sayang? apa kamu masih membenci orang tuamu?"
"Aku tidak pernah sekalipun membenci mereka Tante, aku juga sangat merindukan mereka, tapi Tante tahu apa yang terjadi membuat semuanya makin rumit."
"Tapi sayang..."
"Please Tante, sekali ini saja aku mohon padamu." ucap Sofia memohon.
"Baiklah." kata Tante Maria setelah menghela napasnya panjang.
Sepertinya ia tidak menyukai keputusannya ini "Kamu masih saja keras kepala, tapi Tante harap kamu mau menemui Ibumu sekali, dia sangat merindukanmu." ucap Tante Maria.
Sofia tersenyum, kemudian ia bertanya tentang apa saja yang di lakukan Sofia di Jakarta.
Dan tante Maria tidak berhenti mengatakan Ya Tuhan, setiap mendengar cerita Sofia.
Apalagi saat dia tahu Sofia bekerja di sebuah cafe setelah pulang kuliah, begitu juga di akhir pekan.
"Jangan sungkan menghubungi tante kalau kamu membutuhkan sesuatu sayang." katanya mengelus rambut Sofia.
"Iya tante."
Tidak terasa sudah pukul empat sore, Sofia berpamitan, seminarnya pasti sudah selesai.
Sofia baru saja keluar dari ruangan tantenya, saat tiba-tiba sebuah tangan menariknya.
"Kamu kemana saja? kenapa meninggalkan seminar?" tanyanya dengan penuh intimidasi.
"A.aku..."
Belum selesai Sofia menjawab pertanyaan tadi Adrian sudah bertanya lagi.
"Tas dan ponsel kamu tinggalkan, bagaimana aku bisa menghubungimu?" ucap Adrian dengan nada suara yang mengandung kemarahan dan kekhawatiran sekaligus.
"Eheeemmm,"
Ya Tuhan apa dia tidak melihat aku sedang bersama siapa sekarang batin Sofia.
Adrian akhirnya menoleh ke belakang Sofia, wajahnya yang penuh intimidasi tadi berubah menjadi senyum polos diwajahnya yang masih nampak kaget.
Seolah tengah tertangkap basah, Adrian melepaskan cekalan tangannya dari tangan Sofia dan menarik tubuh Sofia hingga kini berada tepat disampingnya
"Maaf ibu Maria, aku tidak tahu anda ada disini." katanya kemudian.
"Tidak apa-apa pak Adrian, maaf tadi aku hanya mengajak Sofia mengobrol di dalam, karena kami sudah lama tidak bertemu." katanya menjelaskan.
Adrian mengernyitkan dahinya, tanda bahwa ia sedang memikirkan sesuatu.
"Anda mengenal Sofia?" tanyanya penuh selidik.
Sofia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, memberi kode pada tante Maria agar tidak mengatakan apa apa.
"Tentu saja, dia salah satu murid terpandai kami disini." kata tante Maria.
"Maksud Anda, Sofia alumni sekolah ini?" tanyanya lagi, jelas sekali nada terkejut dalam suaranya.
Sofia menghela napas berat, mencoba bersikap tenang karena lambat laun dia pasti tahu, apalagi saat ini tatapan Adrian semakin tajam menatap Sofia.
Aku siap jika harus dibuang ke Azkaban saat ini juga batinku meringis nyeri melihat tatapannya.
"Tentu dia alumni disini, dia juga..."
"Maaf bu, kami harus segera kembali, senang bisa bertemu anda lagi." ucap Sofia sambil melangkah pergi dan menggandeng tangan Adrian menjauh.
Sofia melihat ada senyum disudut bibir Tantenya, aaahhh dia pasti sedang menyimpulkan sendiri.
Mereka tiba di aula, tidak ada seorangpun disini, yang berarti seminar pertama memang sudah selesai.
Sofia melihat kearah Adrian yang masih menatap tajam padanya.
"Acaranya...su.dah selesai ya?" ucap Sofia gugup sambil tersenyum kecut.
"Menurutmu?" katanya dingin dan tanpa ekspresi, Sofia tak pernah melihatnya seperti ini.
"Bagaimana kalau kita kembali ke hotel?" Sofia langsung saja berlalu, tak sanggup melihat Adrian yang masih marah padanya.
"Kamu tahu apa kesalahanmu?" ucapnya kemudian.
Sofia menghentikan langkahnya."Maaf," ucapnya lirih.
"Kamu ingin menjelaskan sesuatu padaku?" tanyanya, kini ia sudah ada dihadapan Sofia.
"Aku hanya mengobrol dengan u Maria, kami sudah lama tidak bertemu?" ucap Sofia.
Adrian masih diam saja, tidak melepas tatapannya dari Sofia.
"Iya iya, aku lupa membawa ponselku, meninggalkan acara begitu saja, aku minta maaf untuk itu."
"Adrian maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu." ucap Sofia memegang tangannya lembut.
"Kenapa kamu tidak mengatakan kalau kamu alumni sekolah ini?" tanyanya.
"I.itu...kamu...tidak pernah menanyakannya." jawab Sofia gugup.
"Anggap aku menanyakannya sekarang?"
"Aku memang alumni sekolah ini, aku menerima beasiswa, Adrian sudah sore bisakah kita kembali ke hotel?" ucap Sofia mengalihkan pertanyaan Adrian.
Adrian menghela napas kasar, tapi tetap beranjak juga dari tempatnya dan langsung meninggalkan Sofia tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Hhhhhh Sofia menghela napas pelan, selama dalam perjalanan pulang Adrian mendiamkannya.
Sofia hanya tersenyum kecut, saat masuk kedalam kamarnya.
"Sofia...kemana saja kamu?" aku dan lak Adrian mencarimu kemana-mana?" tanya Karin khawatir.
"Aku nggak kemana-mana, tadi aku sedikit mengobrol dengan ibu Maria kepala sekolah internasional Widjaya High School, karena keasyikan berbincang jadi kami lupa waktu." terang sofia.
"ooooowwww, tapi darimana kamu mengenal ibu Maria?" ucap Karin.
"Waktu seminar tadi." jawab Sofia singkat.
"Oya, ponselmu dari tadi bernyanyi terus, sebaiknya kamu periksa,aku mau keluar dulu." kata Karin.
Sofia membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, mengenakan baju tidurnya. Sofia naik ke atas tempat tidur, mengecek ponselnya.
Beberapa panggilan dan sms dari Adrian, Dion dan Sandra, Sofia tersenyum melihat panggilan dari Adrian hampir 50 panggilan.
Benarkah ia begitu mengkhawatirkanku? batin Sofia. Tapi sekarang dia masih marah padaku.
Aku ingin menemuinya tapi bagaimana kalau nanti dia mendesakku dengan pertanyaannya?
Ah sudahlah Sofia ingun tidur terlebih dahulu, pertemuannya dengan tante Maria membuat hatinya jadi nggak karuan.
***
Adrian tahu dia salah karena mendiamkannya, tapi ia tak bisa menahan kemarahannya.
Dia pergi begitu lama, meninggalkan tas dan ponselnya, Adrian bahkan sampai bertanya kesana kemari mencari keberadaannya.
Adrian sangat mengkhawatirkannya.
Dan yang membuatnya sangat marah, adalah ia baru mengetahui kalau Sofia alumni sekolah ini, bahkan dia begitu akrab dengan kepala sekolah.
Kalau dia tidak mau bercerita maka aku akan mencari tahu, kenapa Alan sampai tidak bisa mendapatkan akses data tentangnya batin Adrian.
Arrrggh benar benar.
Adrian pergi ke ruangan aula hotel, sebagian dari mereka sudah ada disini, tapi ia tidak melihatnya sama sekali.
"Pak Adrian, bagaimana menurutmu acara hari ini?" tanya bu Maya genit pada Adrian.
"Semuanya berjalan lancar." kata Adrian datar.
"Terima kasih pak Adrian, kau tahu tidak agak merepotkan mengurus acara besar seperti ini." katanya mencoba mencari simpati Adrian.
Adrian hanya tersenyum sedikit, berusaha sopan tapi tidak mau menanggapinya lebih jauh.
"Kau mau kopi pak Adrian" tawar nu Maya tak menyerah dengan sikap dingin yang ditunjukkan Adrian.
"Tidak." katanya singkat.
Adrian yang masih diam mendengarkan omongan bu Maya tak sengaja melihat ke ujung meja.
Rahangnya mengeras seketika, tangannya mengepal kuat dan matanya menyiratkan kemarahan.
***
Maafkan typo
Folow IG Dewie Sofia
Line Dewie Sofia
Luph u phul 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top