18 // Keputusan
Adrian hanya bisa menatap wajahnya yang tertidur, terlihat sangat damai dan polos, tapi sesekali ia melihatnya mengerutkan dahi.
Entah apa yang ada di pikirannya, tapi Adrian akan menepati janjinya.
Adrian masih menggenggam tangan kecilnya, darahnya berdesir setiap kali bersentuhan dengan Sofia. Ia mengelus mata, hidung, pipi, dagu dan bibir lembutnya.
Cup.
Adrian mengecup bibir Sofia singkat.
Nggghhh. Sofia melenguh pelan, dan itu terdengar sexy di telinga Adrian.
"Hei, putri tidur ayo bangun," Adrian menggoyang-goyangkan bahu Sofia agar terbangun.
"Apa kita sudah sampai?" ucap Sofia dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Suaramu sangat sexy kalau baru bangun." bisik Adrian.
"Dan suaramu sangat menyebalkan." ucapnya sambil mengucek-ngucek matanya.
Adrian terkekeh pelan melihat wajah cemberutnya kemudian mengacak rambutnya pelan.
"Bersiaplah kita sudah mau landing."
"Ayo kita berkumpul di sebelah sini, bus akan segera menjemput kita." ucap Ibu Maya.
"Hei, kau duduk dengan Pak Adrian, apa yang kalian bicarakan?" tanya Karin penasaran.
"Tidak ada." jawab Sofia.
"Hah, kau bohong padaku."
"Untuk apa aku berbohong, selama di pesawat aku tertidur, tadi pak Adrian yang membangunkanku."
Sofia hampir saja terjatuh kalau saja Karin tidak segera menahan tubuhnya.
"Kau tidak apa apa?" ucap Karin
"Tidak, kenapa dia melakukannya?"
"Dia pasti cemburu padamu."
"Cemburu?" tanya Sofia mengerutkan alisnya.
"Sudahlah ayo, nanti kuceritakan." ajak Karin.
Mereka menaiki bus yang sudah di sediakan hotel, Sofia dan karin mengambil posisi paling belakang sebelah kiri.
"Coba kau lihat kedepan." Karin berbisik pada Sofia.
Mereka melihat ke arah pak Adrian yang sedang duduk di sebelah ibu maya, wajahnya terlihat cemberut.
Wajahnya lucu sekali, dia kelihatan tidak suka dengan ibu Maya yang bergelayut manja padanya.
Sofia menahan tawanya dan Adrian melihatnya yang hampir saja menertawakannya. Adrian menatapnya tajam, gawat batin Sofia.
Sofia memalingkan wajah keluar jendela, dan melihat Karin yang juga sedang berusaha menahan tawanya.
"Kau lihat wajah pak Adrian?" bisik Karin.
"Sssttt nanti dia dengar?" sumpah Karin ini orangnya kepo banget, Sofia pikir karena dia dari fakultas MIPA harusnya dia orang yang kaku bukan.
Sofia sesekali melirik ke arah Adrian dan tersenyum geli.
"Lihat pantai." Karin berseru kegirangan, begitu juga dengan yang lainnya.
Mereka terlihat begitu antusias, Sofia hanya tersenyum kecut. Jantungnya berdebar kencang, sebentar lagi mereka akan sampai ke hotel.
Dada Sofia tiba-tiba terasa sesak, ia meremas ujung bajunya dan menarik napas pelan dan menghembuskannya beberapa kali.
Bus sudah memasuki Widjaya Hotel, salah satu hotel berbintang lima yang sangat megah di Bali.
Semuanya turun dari Bus dengan senang, Sofia membiarkan Karin keluar lebih dulu. Sofia orang terakhir yang keluar, Karin menariknya cepat untuk chek in, syukurnya ia sekamar dengan Karin.
"Ayo," ajak Karin.
Mereka masuk ke dalam lift menuju lantai 3.
"Sofia ini Eva, dia perwakilan Fakultas Sastra."
Sofia.
Eva.
"Kita baru bisa berkenalan sekarang ya." ucapnya.
"Iya, kau satu kelas dengan Sandra tidak?" tanya Sofia.
"Iya, kamu temannya Sandra?" tanya Eva kembali.
"Well, bisa di bilang dia sahabatku."
"Oohh iya pantas aku seperti pernah melihatmu." kata Eva.
Ting.
Mereka keluar dari lift dan berpisah, masuk ke kamar mereka masing-masing.
"Waaaaahhh indahnya." Karin langsung merebahkan dirinya diatas kasur empuk itu, kemudian dia berlari ke balkon hotel.
"Pantai." teriaknya.
Sofia menggelengkan kepalanya melihat tingkah Karin. Ia memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari, setelah itu ikut merebahkan diri di kasur.
Memejamkan mata dengan aroma terapi yang ada di kamar ini membuatnya kembali mengantuk .
"Sofia ayo bangun, ini sudah jam makan malam." ucap Karin yang terdengar samar di telinga Sofia.
"Aku masih ngantuk Rin, pergi saja aku belum lapar."
"Kamu sudah tidur dari dua jam yang lalu." teriak Karin.
Sumpah ne anak jangan sampai ketemu sama Sandra, sama-sama menguras emosi batin Sofia.
Sofia diam saja melanjutkan tidurnya, dan semakin menaikkan selimut menutupi kepalanya
"Ya sudah, dasar kebo."
Braak.
"Dasar cantik-cantik kerjanya tidur melulu." gerutu Karin.
Karin tiba di aula yang sudah di sediakan khusus untuk peserta seminar.
"Hm, kamu Karin kan?" tanya Adrian.
"I.iya pak." jawab Karin terkejut.
Wow Pak Adrian tahu namaku batinnya.
"Kau melihat Sofia?" tanyanya.
What...dia nanyain Sofia kirain gue.
"Sofia masih di kamar Pak, masih tidur." jawab Karin.
"Kamarnya nomor berapa?"
"Nomor 357 dilantai 3"
"Terima kasih"
"Kenapa aku gugup ya bicara dengan pak Adrian, ah dia tampan sekali. Tapi kenapa dia mencari Sofia? kemarin di pesawat dia memintaku untuk bertukar tempat dengannya. Di bus juga mereka kelihatan aneh, pasti ada sesuatu di antara mereka." gumam Karin, jiwa keponya mulai kumat.
***
Tok tok tok.
"Siapa yang mengetuk pintu sih, apa Karin tidak bawa kuncinya?" gumam Sofia masih memejamkan matanya.
Aaarrgghh awas saja tu anak kalau balik karena hal yang tidak penting batinnya.
"Apa lagi sih Rin ganggu tidurku saja." kata Sofia membuka pintu sambil mengucek matanya agar terbuka.
"Dasar tukang tidur."
Eh eh kok suara Karin jadi berat gitu ya.
Sofia membalikkan badannya, dan melihat Adrian yang langsung masuk dan duduk di sofa dekat jendela.
"Eh..a.apa yang kamu lakukan disini? cepat keluar." usir Sofia.
"Kamu kenapa masih tidur? bukannya di pesawat kamu sudah tidur? ini sudah jam makan malam nona pemalas."
"Bodo, aku ngantuk mau tidur, sudah balik sono geh." ucap Sofia sambil mengibas-ngibaskan tangan mengusir Adrian.
"Ckckck mandi sekarang terus kita makan malam."
"No, cepat keluar, bagaimana kalau ada yang melihat?" kata Sofia panik.
Adrian bangun dari duduknya, menghampiri Sofia dan tidak berapa lama dia sudah berdiri di depan Sofia.
"Mandi atau aku yang akan memandikanmu, memakaikan bajumu dan menyeretmu ke meja makan." ancam Adrian dengan wajah yang sangat serius.
Sofia membelalakkan mata tak percaya, kemudian menghentak- hentakkan kakinya melangkah ke lemari.
Mengambil pakaiannya dan langsung ke kamar mandi, Sofia bisa melihat seringaian di sudut bibirnya.
Setelah 20 menit, Sofia keluar dari kamar mandi, ia mengenakan celana jeans belelnya yang berwarna biru dan sweter yang senada.
Sofia mengoleskan bedak tipis dan lipglos strawbery di bibirnya, menguncir asal rambutnya.
Melihat Sofia telah selesai Adrian bangun dari sofa, menghampirinya tanpa melepas tatapannya pada Sofia.
Deg deg deg.
"Ka-kamu mau apa?" tanya Sofia gugup.
Adrian tidak mengatakan apapun? matanya menatap mata Sofia tajam, tidak mengalihkannya meskipun hanya sedetik.
Adrian menarik dagu Sofia, mencium lembut bibirnya, ciumannya makin dalam sampai ia menggigit bibir bawah Sofia, membuat Sofia membuka mulutnya.
Lidah Adrian menyeruak masuk lebih dalam lagi, bahkan tidak ada celah untuk Sofia membalasnya, dia benar-benar ingin menunjukkan dominasinya pada Sofia.
Adrian menghentikan ciumannya saat merasa sudah kehabisan oksigen.
Ini pertama kalinya Adrian mencium Sofia dengan kasar dan dalam.
"Ini hukuman untukmu." ucapnya.
"Hu-hukuman apa?" tanya Sofia bingung.
"Kamu sudah menertawakanku di dalam bus." ucap Adrian tajam.
"Hah, a.aku tidak tertawa, aku bahkan menahan tawaku agar tidak keluar." bela Sofia.
"Itu sama saja."
"Beda, lagipula siapa yang tidak akan tertawa melihat wajahmu yang seperti itu."
"Rupanya kamu menyukai hukumanmu hah." ucap Adrian menyeringai.
Huf Sofia langsung menutup mulutnya cepat.
Hahahahahaha.
Kini giliran Adrian yang tertawa, Sofia melotot marah padanya. Adrian merangkul bahu Sofia kemudian mengajaknya keluar dari kamar.
Sofia memperhatikan Adrian yang sedang tertawa begitu lepas, dia terlihat sangat tampan.
"Terpesona padaku?" ucap Adrian kepedean.
"Tidak."
"Kamu bohong."
Sofia diam saja tidak menyahut.
"Diam berarti iya." ucapnya dengan senyum kemenangan.
"Aku hanya merasa surprise wajah menyebalkan seperti itu bisa juga tertawa." ucap Sofia sambil tersenyum manis.
"Masih banyak hal yang tidak kamu ketahui tentangku, kalau kamu sudah tahu kamu pasti makin tergila-gila padaku." ucap Adrian.
"In your dream." kata Sofia sewot.
"Wah, berarti kita harus tidur bersama biar aku bisa bermimpi." ucap Adrian dengan wajah serius.
"Mr.Adrian jaga bicaramu." ucap Sofia memperingatkan sekaligus sebal, selalu saja berakhir dengan pikiran mesumnya.
"Yes Mrs.Adrian." ucap Adrian dengan senyuman menggoda di wajahnya.
"Apa-apaan sih." kata Sofia dengan wajah merona, semoga dia tidak melihatnya.
"Kenapa wajahmu merona begitu, membuatmu semakin cantik saja."
Dasar dosen gombal, mesum dan menyebalkan, kenapa juga liftnya lama sekali berhenti batin Sofia.
Ting.
Akhirnya mereka sampai juga, mereka melangkah ke area parkir hotel.
"Ayo masuk." kata Adrian setelah membukakan pintu mobil.
"Ini mobil siapa?"
"Mobilku." ucap Adrian, kemudian melajukan mobilnya.
"Darimana kamu mendapatkannya?"
"Bukannya kamu tidak mau tahu apapun tentangku, sekarang kenapa bertanya tentang mobilku?"
"Jangan kepedean, memang salah ya kalau bertanya?" ucap Sofia sambil memutar bola matanya malas.
"Aiiisss putri tidur ngambek, ngegemesin deh." ucap Adrian sambil terkekeh pelan.
Sofia memalingkan wajahnya, melihat jalanan Bali yang sangat indah. Ia menghela napas berat, melihat setiap sudut jalan ini membuat dadanya kembali terasa sesak.
Tak sengaja ia meremas ujung kaosnya kuat, mencoba menahan segala rasa yang berkecamuk di hatinya.
Sofia menghela napas lagi, mengulangnya beberapa kali berharap sesak di dadanya segera lenyap. Jangan pernah menangis lagi, jangan lagi dan tidak disini batinnya.
"Hei, ada apa?"
"Tidak apa-apa." jawab Sofia.
"Lihat aku."
Sofia bergeming.
"Sofia kubilang lihat aku." kata Adrian membentaknya.
Sofia menoleh pada Adrian. Wajahnya yang tegang dan wajahnya yang terlihat kusut saling menatap.
Sial umpatnya.
Melihat mata Sofia yang sudah berkaca-kaca Adrian menepikan mobilnya.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud membentakmu." ucap Adrian menyesal.
Sofia yang sudah tidak bisa menahan sesak di dadanya akhirnya menangis.
Untuk kedua kalinya ia menangis di depan Adrian.
"Aku tidak apa-apa." ucap Sofia sambil mengelap air matanya yang sudah mengalir dengan punggung tangannya.
"Jangan menangis lagi, sungguh aku minta maaf." Adrian ikut menghapus air mata Sofia dengan tisu.
Sofia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia tidak bisa menghentikan air matanya, makin lama malah semakin deras.
Adrian menarik Sofia membawanya kedalam pelukannya. Mengelus punggung Sofia dengan pelan sambil sesekali mencium puncak kepala sofia.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, aku tidak tahu apa yang kamu rasakan tapi aku juga merasa sakit melihatmu seperti ini."
"Menangislah, biar hatimu merasa baikan, aku akan selalu bersamamu." ucap Adrian.
Sofia membalas pelukan Adrian, melingkarkan kedua tangannya erat di punggung besarnya.
Mencium aroma tubuh Adrian yang membuat Sofia merasa sangat nyaman, Sofia semakin merapatkan tubuhnya pada Adrian, seolah mencari kehangatan lebih.
Entah kapan, tapi yang Sofia tahu saat ini ia mencintainya dan menginginkannya selalu ada bersamanya.
Sofia tidak peduli rasa sakit yang dulu pernah di rasakannya, ia tidak peduli rasa sakit apa yang menantinya di depan sana.
Yang Sofia tahu sekarang adalah ia sangat mencintai Adrian, ia sudah jatuh pada pesona Adrian Chandra Hadinata.
Sofia tidak tahu apakah keputusannya ini benar atau salah, karena keinginannya bersama Adrian melebihi apapun.
"Jangan tinggalkan aku." ucap Sofia lirih di sela tangisannya.
***
Maafkan typo
Follow IG : Dewie.Sofia
Line : Dewie.Sofia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top