16 // Janji Adrian
"Selamat pagi rekan-rekan semua, terima kasih atas kehadiran kalian semua" suara Profesor Adam menggema diruangan besar ini.
"Untuk persiapan seminar akan disiapkan oleh Ibu Maya." kata Profesor Adam.
"Dan tugas kalian para mahasiswa dan mahasiswi yang berada diruangan ini, kalian harus membuat suatu konsep yang menggambarkan tentang Fakultas kalian masing masing." katanya lagi.
"Konsep yang bisa menarik minat para siswa agar memilih Universitas kita nantinya." katanya.
"Seminarnya akan diadakan di Bali."
deg
"Tepatnya di Widjaya International High School."
Uhuk uhuk uhuk.
Sofia terbatuk tersedak air mineral yang di minumnya.
"Kau tidak apa apa?" tanya Karin yang duduk disebelah Sofia. Karin perwakilan dari Fakultas Mipa.
"Aku tidak apa-apa." jawab Sofia sambil berusaha meredam suaranya yang masih terbatuk.
"Maaf.maaf." ucap Sofia lagi setelah menyadari hampir setengah peserta meeting itu melihat kearahnya.
Termasuk mata hitam yang tidak pernah lepas memandangnya sejak pertemuan itu dimulai.
"Aku harap kalian mempersiapkan diri kalian dengan baik." kata Profesor Adam melanjutkan.
"Kita akan tinggal di Widjaya Hotel selama di Bali."
Apa?
Tidak mungkin.
"Seminar akan diadakan selama 5 hari dan 2 hari sisanya kalian bisa bersenang-senang." kata Profesor Adam kemudian yang disambut tepukan tangan dari seluruh peserta yang ada diruangan.
"Persiapkan diri kalian sebaik mungkin, 2 minggu lagi kalian akan berangkat, acaranya dimajukan sesuai permintaan dari sekolah." kata Profesor Adam.
Sofia sudah tidak bisa fokus lagi dengan pertemuan itu. Sofia bahkan tidak sadar kalau pertemuannya sudah berakhir.
"Ayo Sofia kita keluar." ajak Karin.
"Keluarlah dulu, aku ingin berbicara dengan Profesor Adam."
"Baiklah, aku duluan" kata Karin.
Setelah melihat para panitia sudah mulai keluar ruangan, Sofia mendekati Profesor Adam.
"Profesor, apakah kita bisa bicara sebentar?"
"Tentu saja." kata Profesor Adam.
"kau keberatan kalau Pak Adrian disini?" tanyanya pada Sofia.
"Bisa kita berbicara berdua saja" ucap Sofia tanpa menoleh ke arah Adrian.
"Pak Adrian kita akan bahas ini lagi nanti."
"Ehem Pak Adrian." panggil Profesor Adam sekali lagi.
Profesor Adam merasa aneh melihat Adrian yang sedang menatap Sofia tanpa berkedip? bahkan ucapannya pun tidak di dengarnya.
"Eheeemmm." Prof Adam berdehem lagi.
"Iya Profesor" kata Adrian kemudian melangkah keluar dari ruangan itu.
Adrian benar-benar pusing sekarang dengan berbagai pertanyaan yang ada dikepalanya saat ini.
Kenapa gadis itu seperti terkejut?terkejut karna apa? apa yang ingin dibicarakannya dengan Profesor Adam?
Dan kenapa Profesor Adam menutup akses tentang data-datanya, apa mereka saling mengenal?
***
Sofia melangkahkan kakinya dengan berat, seolah tas ranselnya berisi ribuan batu.
"Fiiii...." Dion memanggilnya dengan suara yang cukup keras.
Sofia terus berjalan, mengabaikan Dion yang sudah berteriak dengan nada yang sudah dinaikkan beberapa oktaf.
"Lo kenapa sih?" ucap dengan nafas terengah-engah.
"Nggak usah teriak-teriak deh, nyakitin kuping aja." kata Sofia santai.
"Lo tega banget, gue belum sarapan juga udah lari-lari." kata Dion mengelus perutnya.
"Kantin sudah buka, lo bisa sarapan sekarang, jam masuk 15 menit lagi." kata Sofia sambil melihat jam tangannya.
"Iihh ne anak ya, lama-lama juteknya makin nambah aja." gerutu Dion.
"Awas nggak dapet cowok kalau jutek-jutek."
Sofia mengedikkan bahunya, mereka berjalan berdampingan menuju kelas, tidak ada pembicaraan lagi seperti biasanya.
"Hari ini kita kuliah pagi aja kan Fi?" tanya Dion mulai membuka percakapan.
"Iya."
"Temenin gue ke kantor papa ya?"
"Kenapa gue harus ikut?" tanya Sofia heran.
"Kalau ada lo kan nggak perlu lama-lama disana." ucap Dion.
"Gue dapet apa?" tanya Sofia.
"Yaelah sama sahabat sendiri aja lo gini." kata Dion memasang wajah sedih.
"Kalau begitu telpon Sandra aja geh." ucap Sofia.
"Nggak. Dia mana bisa di percaya, yang ada malah papa bakal menahan gue di sana." ucap Dion.
"Lagian anak itu ada janji katanya." ucap Dion.
"Janji? dengan seseorang? siapa?" tanya Sofia penasaran.
"Mana gue tahu." jawab Dion.
"Dan lo nggak marah?" tanya Sofia sambil mengerutkan dahi.
"Bukannya kalian sudah janji, untuk tidak menutupi apapun dari gue?" ucap Dion datar.
Sofia tersenyum kecut, ya sejak kejadian ke club ketahuan, mereka berjanji untuk saling menjaga. Dion nggak akan bersikap berlebihan dengan syarat mereka harus saling jujur.
Tapi dari awal Sofia sudah melanggar janji itu. Sofia tidak pernah menceritakan tentang apa yang terjadi pada malam itu. Entah apa yang akan di lakukan Dion kalau tahu Sofia terlibat dengan Adrian Chandra Hadinata.
"Gue mau makan di K*C sepuasnya." ucap Sofia.
"Ok, anything for you." kata Dion akhirnya.
***
Setelah menemani Dion ke kantor papanya, Sofia dan Dion pergi ke di salah satu mall.
Sebenarnya tadi Sofia merasa nggak enak sama Om Winata. Beliau ingin sekali membicarakan tentang Dion yang harus segera mengambil alih perusahaan.
Tapi dasar Dion, dia bilang belum siap katanya ia ingin menyelesaikan kuliahnya dulu.
Dion berjanji pada ayahnya setelah wisuda, ia akan bergabung ke perusahaannya.
Dion datang membawa pesanan Sofia yang lumayan banyak.
"Lo nggak pernah makan seminggu ya?"
"Namanya juga hormon cewek, lo tau kan kalau cewek lagi menstruasi itu..."
"Stop stop, nggak perlu jelasin panjang kali lebarnya." potongnya cepat.
Sofia terkekeh pelan, Dion nggak bakal tahan kalau ada yang berbicara jorok-jorok, sangat mudah sekali untuk membuatnya diam.
Sofia langsung menyantap makanannya, satu porsi nasi, dua dada ayam, 1 kentang french fries jumbo, 1 chiken filled dan sebotol air mineral.
"Oya dua minggu lagi gue ada seminar di Bali, selama seminggu kurang lebih."
"Sama siapa?" tanya Dion, sambil menggigit burgernya.
"Beberapa dosen dan perwakilan mahasiswa dari masing-masing fakultas."
"Oohh" katanya sambil memasukkan setumpuk kentang goreng milik Sofia.
"Hei, itu punya gue." seru Sofia dan dion malah tertawa.
Menyebalkan.
***
Adrian sedang berada di salah satu toko buku, adik sepupunya yang masih di semester awal memintanya menemaninya.
"Kak Adrian nggak cari-cari buku apa gitu buat ngajar?" tanya Citra.
"Nggak Cit kamu aja." kata Adrian.
"Buku yang aku cari sudah semua ini kak, tapi aku lapar."
"Kita makan di K*C aja mau?"
"Mau kak, ayo?" ajaknya sambil menggandeng tangan Adrian manja.
Mereka masuk kedalam restoran cepat saji itu, suasananya cukup ramai.
Adrian meminta Citra mencari tempat duduk, sementara Adrian mengantri untuk memesan makanan.
Setelah lima belas menit pesanan Adrian selesai juga, setelah itu Adrian duduk di tempat yang sudah di pilih Citra.
Saat sedang menyantap makanannya, Adrian seperti mendengar suara yang di kenalnya.
Sofia.
Gadis itu juga ada disini, dan dia bersama seorang laki-laki. Adrian terus memperhatikannya yang sedang menikmati makanannya yang tidak bisa di bilang sedikit.
Adrian terkejut saat melihat laki-laki yang bersama Sofia adalah bocah sialan waktu itu, apa benar mereka berpacaran?
Tapi apa yang dilihatnya sekarang seperti membenarkan pikirannya, mereka terlihat sangat akrab dan bahagia.
Dan entah kenapa pemikirannya itu malah membuat Adrian menjadi sangat marah, rahangnya mengeras.
Adrian semakin menatapnya tajam, dia sama sekali tidak berniat mengalihkan pandangannya saat ini.
"Ada apa kak? kok makanannya belum di makan?" tanya Citra.
"Iya sebentar, Kakak ke toilet dulu." ucap Adrian.
***
Sofia merebut kembali kentang gorengnya dengan cepat, saat Dion mulai mencoba meraihnya kembali.
"Sudah gue bilang ini punya gue, kenapa nggak beli aja sih? recokin makanan gue aja lo."
"Cuma segitu aja pelit banget, lagian makanan lo banyak, nanti kalo lo gendut nggak ada yang mau sama lo."
"Udah rebut makanan gue masih aja nyumpahin gue."
Sofia memegang kentang gorengnya erat.
Hahahahahahaha
Dion tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah Sofia. Sofia menyantap makanannya perlahan lahan sampai tak tersisa sedikitpun.
"Wah hebat, lo menghabiskan semuanya." kata Dion takjub.
"Sampai belepotan begini makan lo." katanya sambil mengelap sudut bibir Sofia menggunakan tisu.
"Thanks, gue cuci tangan dulu sekalian ke toilet."
Sofia beranjak dari kursi melangkah ke wastafel. Sofia mencuci tangan, dan membilasnya cepat kemudian melangkah ke pintu toilet, saat akan membuka pintunya tiba-tiba tubuhnya terdorong ke dalam dengan keras.
Piintu tertutup dan dikunci dari dalam.
"Apa yang kamu lakukan?" teriak Sofia histeris.
Baru saja Sofia hendak berteriak kembali tapi dengan cepat Adrian menarik tubuhnya ke dalam pelukannya.
Lagi-lagi ia melakukan ini pada Sofia, memeluknya dengan seenaknya, Sofia memberontak mencoba melepaskan tubuhnya.
"Adrian...lepaskan aku, apa yang kamu lakukan?" tanya Sofia.
"Maafkan aku melakukan ini padamu ditempat seperti ini" katanya cepat.
"Izinkan aku memelukmu sebentar saja." katanya.
Adrian memeluk Sofia sangat erat, ia mencium puncak kepala Sofia dengan perasaan sayang.
Sofia bahkan bisa merasakan panasnya hembusan napas Adrian.
Setelah beberapa saat, ia melepaskan pelukannya, dan Sofia tidak menyukai perasaan ini.
"Dengar," kata Adrian lagi.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kita." ia memberi jeda ucapannya kemudian berkata lagi.
"Yang aku tahu, aku sudah mencintaimu. Dan saat aku mencintai seseorang, tidak ada yang bisa menghentikannya."
Lagi Adrian mengatakan kalau dia mencintai Sofia. Sofia yakin Adrian pasti mendengar detak jantungnya saat ini.
"Dan sekuat apapun kamu ingin aku menjauh darimu, itu tak akan pernah terjadi." ucap Adrian.
"Aku tidak peduli meskipun kamu sudah punya kekasih."
Kekasih?
Apa dia mengira Dion adalah kelasihku.
Adrian kemudian mencium bibir Sofia dengan sangat lembut.
Sial! Sofia bahkan tidak pernah bisa menolak ciumannya.
Adrian tersenyum samar saat melepaskan ciumannya, napas mereka terengah-engah akibat ciuman itu. Adrian menempelkan keningnya di kening Sofia.
"Aku akan segera memilikimu, aku berjanji, jadi bersiaplah." bisiknya pelan di telinga Sofia.
Setelah mengatakan semua itu, Adrian meninggalkan Sofia.
Sedangkan Sofia masih diam di tempatnya, mencoba menetralkan kembali jantungnya.
Rasa ini......
***
maafkan typo
Follow IG Dewie Sofia
Luph u phul 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top