11 // Ciuman Singkat
Dua minggu sudah berlalu dari malam ia dan Adrian berteman.
Dan sejak malam itu juga hari-hari Sofia tidak pernah tanpa kehadirannya, setiap pulang kerja.
Ia akan mendapati Adrian menunggunya di parkiran cafe, alasannya kalau pagi sampai sore ia bekerja begitu juga Sofia yang tak jarang pulang lebih larut dari jam biasanya kalau cafe tempatnya bekerja sedang di gunakan untuk acara perayaan ulang tahun ataupun perayaan lainnya.
Mereka hanya bisa bertemu dimalam hari dan mereka bisa menghabiskan waktu berdua lebih banyak. Kata Adrian.
Setelah menjemput Sofia dari cafe, mereka akan makan malam terlebih dahulu entah itu di warung sate favorit Adrian atau di warung bakso favorit Sofia, kalau bosan sesekali Adrian tidak segan-segan mengajaknya makan di restoran- restoran mewah.
Dan hal itulah yang sering menjadi bahan perdebatan mereka, selain memperdebatkan tentang siapa yang berhak membayar makanannya, seperti malam ini.
"Aku tidak mau makan disini." kata Sofia dengan suara rendah.
"Kita makan disini malam ini, aku sedang ingin makan sushi." kata Adrian setelah mereka masuk ke dalam restoran jepang
"Ini restoran jepang."
"Aku tahu, jangan khawatir, bukannya malam ini giliran aku yang membayar makanannya?" kata Adrian santai, ia pikir Sofia keberatan karena restoran ini mahal.
"Ya aku tahu kamu banyak uang, tapi bukan begitu maksudku."
"Hm," Adrian hanya berdehem, kepalanya menoleh ke kiri dan kanan sambil mencari meja kosong.
"Adrian," panggil Sofia dengan suaranya yang masih pelan.
"Ah, disana kosong, ayo." katanya sambil menarik tangan Sofia dengan semangatnya mengabaikan ucapan Sofia.
Sofia hanya pasrah ditarik seperti itu, hingga akhirnya mereka duduk, untung ada sebuah meja yang masih kosong, restoran ini memang terkenal ramai karena makanannya yang enak.
Adrian menatap Sofia dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, Sofia memang berbeda dari wanita-wanita yang mengejarnya hanya karena dirinya tampan dan kaya.
Ada sesuatu dalam diri gadis di depannya ini, sesuatu yang membuatnya ingin selalu ada didekatnya, setiap bersama Sofia ia merasa sangat nyaman, ia bisa menjadi dirinya sendiri meski ia harus lebih mengontrol dirinya saat didekatnya, ia merasa seperti sudah saling mengenal lama, entah perasaan apa ini.
"Adrian," terdengar lagi suara Sofia pelan.
"Ada apa?" tanya Adrian.
Sofia diam saja sambil memasang wajah cemberut, ia kesal dan malu sebenarnya tapi ia harus mengatakannya.
"A.ku tidak bisa makan makanan jepang," jawabnya pelan.
Adrian terdiam selama beberapa saat, berusaha mencerna maksud dari ucapan Sofia.
Ia melihat ekspresi Sofia yang menahan kesal dan juga malu, Sofia juga lapar tapi sumpah demi apapun ia sama sekali tidak bisa memakan makanan jepang yang menurutnya sangat aneh.
"Mmmpp...hahahahaha." tawa Adrian akhirnya pecah.
Sungguh Sofia sangat kesal dan malu, bagaimana tidak hampir seluruh orang dalam restoran itu melihat kearah mereka dengan pandangan heran dan terganggu.
Ingin sekali ia menjitak kepala Adrian sekarang atau melempar buku menu di hadapannya ke mukanya.
Sofia menendang kaki Adrian dari bawah meja.
"Awww," Adrian meringis sakit saat kakinya tertendang.
"Berhenti tertawa atau aku akan pergi dari sini," ancam Sofia dengan suara setengah berbisik dan menahan geram.
Adrian belum bisa menghentikan tawanya tapi ia berusaha dengan mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
Ia sangat senang melihat wajah Sofia yang sudah memerah karena kesal bercampur malu akibat ulahnya, tapi ia harus menghentikan tawanya kalau tidak mau ancaman Sofia benar-benar terjadi.
"Maaf. Apa kamu benar-benar tidak bisa makan_makanan jepang?" tanya Adrian penasaran.
"Iya." kata Sofia singkat, masih memasang wajah kesalnya.
"Well maaf, aku tidak tahu." ucap Adrian menahan tawanya.
"Kamu mau bilang kalau aku kampungan?" tanya Sofia tersinggung karena tawa Adrian.
"Aku tidak mengatakan hal itu."
"Sama saja kamu mengatakan hal itu saat kamu menertawakanku, dan aku baru tahu salah satu hobimu adalah menertawakan orang lain." kata Sofia dengan sengitnya.
"Senang bisa membuatmu bahagia seperti itu?" ucap Sofia sarkas.
"Wow wow calm down girl, kata- katamu seperti belati, darimana kamu mempelajarinya?" tanya Adrian. Sofia hanya mengedikkan bahunya.
"Aku tidak seperti yang kamu pikirkan, percayalah."
"Sikapmu tidak menunjukkan hal itu." kata Sofia.
"Aku minta maaf, sungguh." kata Adrian menyesal.
"Kamu yakin tidak mau mencoba makanan disini?" bujuk Adrian sekali lagi dengan suara yang lembut sekaligus mencoba mengalihkan perhatian Sofia.
"Aku sudah bilang aku tidak bisa."
"Coba sekali saja, mungkin itu karena kamu belum terbiasa." ucap Adrian yang belum menyerah membujuknya. Melihat Sofia yang hanya diam tak menjawabnya, Adrian kemudian berkata.
"Baiklah."
Adrian menyerah, jika dilanjutkan mereka tidak akan berhenti berdebat, ia sedikit tahu ternyata pembendaharaan kata-kata yang di miliki Sofia cukup banyak untuk membalas ucapannya.
Seorang pelayan sudah mulai mendekati meja mereka.
"Bagaimana kalau kita mencari makan di tempat lain?" usul Adrian.
"Tidak usah, kita sudah disini, kamu pesan saja makananmu?"
"Lalu kamu makan apa?"
"Minum teh hijau juga bagus" kata Sofia.
Tidak mungkin ia menuruti Adrian pindah tempat, entah sudah berapa pengunjung yang sudah keluar dari restoran itu karena tidak ada tempat kosong, apa iya mereka harus keluar tanpa memesan apapun.
"Setelah ini kita cari makanan untukmu." ucap Adrian.
"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu ramah.
"Ah ya aku pesan sushi, takoyaki, dan teriyaki minumnya teh hijau dua" ucap Adrian.
Setelah pesanannya datang, Adrian langsung menyantapnya, ia terlihat sangat menikmati makanannya, Sofia tidak sadar kalau dirinya sedang memperhatikan Adrian.
Sebuah senyuman terpancar dari wajahnya, Adrian terlihat lebih perhatian namun menyebalkan, ia juga sangat tampan, meski kadang suka memaksa entah kenapa dirinya tidak bisa marah padanya.
Tubuhnya yang tinggi dengan lengannya yang kekar pasti memberikan kehangatan luar biasa saat tangan itu melingkar di perut Sofia.
Setiap gerakannya terlihat sangat sexy dan sempurna, tatapan matanya yang sangat tajam, suaranya yang lembut namun terkadang terdengar arogan.
oh ya Tuhan kenapa jantungku jadi berdetak sekencang ini, sial batinnya kemudian ia langsung menunduk menyesap teh hijaunya, berusaha menetralkan debaran jantungnya dan menyingkirkan pikirannya yang tiba tiba mesum.
Meskipun Adrian sedang menikmati makanannya tapi ia tahu kalau sedari tadi ia sedang di perhatikan.
Adrian tersenyum senang dalam hati, dan akan sangat menyenangkan kalau ia menggoda Sofia lagi tapi ia pura-pura tidak menyadarinya.
Ia tidak mau membuat Sofia kesal lagi karenanya, dia juga ingin segera menghabiskan makanannya, ia tidak mau Sofia semakin kelaparan selama menunggunya.
"Aku sudah selesai" kata Adrian setelah mengelap mulutnya. "ayo." ajaknya kemudian.
"Eh, kenapa cepat sekali?" tanya Sofia.
Ya Tuhan berapa lama aku melamun? batin Sofia.
"Kamu belum makan." kata Adrian.
"Setidaknya kamu duduk dulu sebentar nanti perutmu sakit, lagian aku juga nggak terlalu lapar." ucap Sofia.
Adrian mengabaikan ucapan Sofia. Ia berjalan menuju meja kasir. Membayar pesanannya kemudian berjalan keluar pintu restoran di ikuti Sofia yang berjalan disampingnya.
Adrian melajukan mobilnya dan mampir di sebuah warung nasi goreng.
"Nasi goreng?" tanya Adrian
"Boleh." sahut Sofia, ia sudah bersiap siap hendak turun.
"Tunggu disini, biar aku saja yang turun." ucap Adrian.
Sofia menarik napas panjang kemudian melepasnya pelan, ia tidak tahu hubungan pertemanan mereka berlanjut seperti ini. Ia melihat Adrian dari dalam mobil, entah apa yang di bicarakan Adrian dengan si penjual nasi goreng mereka terlihat bicara lebih lama.
"Maaf agak lama." ucap Adrian setelah masuk kedalam mobil.
"Apa yang kamu bicarakan dengan si penjual nasi goreng itu?" tanya Sofia penasaran.
"Aku hanya meminta menambahkan telur mata sapinya dan ayam goreng."
"Kenapa banyak sekali?" seru Sofia kaget.
"Kamu kerja dari pagi sampai malam, kamu harus makan yang banyak biar badanmu sehat dan pinggangmu tidak sekecil itu." ucapnya sambil menyeringai.
Kenapa Adrian jadi sangat perhatian begini? apa dia pikir gue kerja di cafe itu dari pagi sampai malam, oya tentu saja gue kan nggak pernah bilang kalau pagi gue kuliah.
Ah biarin saja toh dia juga nggak nanya, dia juga nggak bilang pekerjaannya apa, dan tunggu dulu, apa dia bilang tadi, pinggang gue kecil, apa-apaan ini.
Mentang-mentang sudah perhatian, seenaknya saja bilang pinggang gue kecil, dasar laki-laki yang aneh batin Sofia kesal tapi ia malas berdebat malam ini.
Berada di dekat Adrian bisa-bisa Sofia jantungan beneran.
Untung Adrian fokus melihat jalanan saat sedang menyetir, jadi ia tidak perlu mendengar tawa laki-laki itu kalau melihat wajahnya yang sudah memerah entah karena apa.
Selama dalam perjalanan tidak ada yang berbicara, hingga mobil Adrian sudah sampai di depan rumah Sofia.
"Terima kasih nasi gorengnya." ucap Sofia tulus, ia hendak turun dari dalam mobil tapi tiba-tiba Adrian menghentikan gerakan tangannya untuk membuka pintu.
"Biar kubukakan." Adrian turun dari dalam mobil dan memutar ke pintu penumpang.
"Ayo turun."
"Terima kasih." kata Sofia heran.
setelah mereka tiba di depan gerbang, Sofia merogoh kantongnya, mengambil kunci kemudian memutarnya ke dalam lubang kunci.
"Kamu tidak mau mengundangku mampir?" tanya Adrian penuh harap.
"Tidak."
"Baiklah, tapi lain kali kamu harus membiarkanku mampir." katanya dengan suara yang ditekan.
"Terserah kamu saja." ucap Sofia malas. Baru saja ia akan melangkah masuk, sebuah tangan menarik lengannya dengan cukup keras, tubuhnya langsung berbalik dan membentur dada bidang milik Adrian.
Kenapa Adrian suka sekali menarik tanganku batin Sofia.
Posisi mereka sangat dekat bahkan mereka bisa mendengar degupan jantungnya sendiri, mata mereka saling mengunci saling memandang untuk waktu yang cukup lama.
Cup
Bibir mereka bertemu, hanya menempel sebentar, tapi Sofia merasa seperti terkena sengatan listrik di sekujur tubuhnya. Sofia menegang, ada gelenyar aneh yang tiba-tiba menguasainya.
Sofia bahkan masih mematung saat Adrian menarik bibirnya menjauh, Adrian tersenyum melihat Sofia yang masih terlihat terkejut dengan apa yang dilakukannya tadi.
"Sudah malam, masuk sana." kata Adrian lembut sambil mengacak rambut Sofia pelan.
Sofia yang baru tersadar hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Jangan lupa nasi gorengnya dimakan."
Lagi-lagi Sofia hanya bisa mengganggukan kepala, ia masih berdiri diluar rumah meskipun gerbangnya sudah ditutup.
Sofia masih berdiri diluar, tidak percaya dengan apa yang terjadi, ia meraba bibirnya pelan. Sebuah senyuman terukir di wajahnya.
***
Maafkan typo
Yg follow IG Dewie Sofia DM ya guys
Luph u phul dari bang Adrian 😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top