His Temptress | 75


Samuel mengerti mengapa ia ditugaskan untuk memantau kegiatan Lidya selama dua puluh empat jam selama Ewan tidak ada. Karena Lidya Prescott terlalu lembut dan rentan untuk menerima tekanan sebesar ini. Perlahan ia mengangkat tangannya yang memegang sebuah amplop coklat.

Ia mendengus kasar, mengeluarkan ponselnya, sebelum di jawab oleh orang diseberang telepon, Samuel langsung berkata, "Gene, selama dua puluh empat jam, jangan ada satupun orang yang boleh masuk ke dalam hotel ini. Tidak ada pengecualian, bahkan untuk seorang pos sekalipun. Got it?"

"Dari siapa perintah bodoh itu? Ewan?"

"Tidak. Dari Maximillian."

Eugene tidak menjawab, tapi Samuel tahu kalau pria itu sedang berpikir keras karena tepat di detik kelima, Samuel mendengar desahan kesal dari seberang telepon. "Got it. Aku akan menyuruh Simon mengaktifkan seluruh akses CCTV di ruangan hotel. Ada lagi?"

"Russell berkata kalau besar kemungkinannya malam ini Jake akan datang untuk menjemput Harletta dan Lidya." Sejenak Samuel terdiam sebelum melanjutkan ucapannya. "Lebih baik kau berjaga-jaga, Gene."

"Got it."

Sebelum Eugene menutup sambungan telepon, Samuel berkata, "radar ponsel Ewan berhenti di Perancis. Kau mengetahui sesuatu Gene?"

Eugene tidak menjawab.

"Gene, firasatku mengatakan Ewan sudah mengetahui bahwa pesawatnya—"

Sebelum Samuel menyelesaikan ucapannya, Eugene langsung berkata tegas."Jangan mengira-ngira mengenai apapun Sam. Yang harus kau lakukan adalah menjaga agar segalanya baik-baik saja sampai dia kembali." Eugene menepalkan tangan di samping tubuhnya, menutup mata dan berkata pelan.

"Hari ini adalah hari penentuan pada seluruh board meeting yang di adakan di Perancis. Setelah hari ini, setelah semuanya selesai, Ewan akan kembali. Atasan kita yang bodoh dan suka memutuskan rencana seenaknya akan kembali, dan kalau dia kembali kita akan membiarkan Russel, Alford dan juga Montano menghajarnya sampai puas."

"Jadi, kau bahkan tidak tahu rencananya?" Tanya Samuel.

"Kalau aku tahu, kau pikir aku akan menggunakan waktuku yang berharga untuk memeriksa malfunction pada pesawat sialan itu melalui skype dengan teknisi di tempat kejadian?"

Ucapan Eugene membuat Samuel tersenyum kecil. Samuel tahu betapa Eugene sangat membenci tindakan Ewan saat ini, menghilang tanpa kabar dan untung saja seperti biasanya, Eugene sudah mempersiapkan segalanya. Diam-diam ia memasang radar pelacak pada ponsel Ewan ketika pria itu sedang tertidur. Seperti sekarang ini, Samuel bersyukur Eugene melakukannya walaupun saat itu ia tidak mengakui tindakan ini sebagai tindakan yang terhormat.

"Kau pasti sangat mengkhawatirkannya."

"Tidak juga. Aku membutuhkan tidur lebih dari aku membutuhkan dia, Sam," sanggah Eugene cepat dan langsung mematikan sambungan telepon.

Eugene berbohong.

Ia sangat mengkhawatirkan Ewan selama dua hari ini sampai ia tidak bisa tidur sama sekali. Selelah apapun pikiran dan tubuhnya, ia tidak bisa tidur dengan tenang. Dan Eugene mengkhawatirkan keselamatan Harletta yang masih berada di dalam ruangan steril bersama dengan Terry dan seluruh rekannya.

Demi Tuhan, Ewan tidak mengatakan apapun mengenai rencana sialan ini. Pria kurang ajar itu malah menghilang seenaknya dan hanya mengiriminya pesan yang bisa membuatnya terkena serangan jantung.

Jaga Dee, aku sedang berada di Perancis. Jangan gunakan radar untuk mencariku, karena ponselku mati. Love you, Gene. –Ewan.

"Kau pria terbrengsek setelah Jake Prescott, Ewan," gerutu Eugene sambil mengacak-acak rambutnya. Ia menatap Harletta dari kaca jendela, separuh dirinya ingin masuk dan menjaga wanita itu dari dekat namun ia menguatkan dirinya untuk berbalik memunggungi pintu itu dan menjauh.

Eugene mengangkat ponselnya, menghubungi Simon yang berada di ruangan dua puluh tujuh. "Simon, aktifkan seluruh CCTV di hotel ini dan jangan biarkan ada satu orangpun yang masuk. "

"Got it, Bro."

"Ada kabar dari Ewan?" tanay Eugene kemudian.

"Ada. Dia sedang menghadiri pertemuan." Eugene hampir saja berteriak kepada Simon kalau ia sudah tahu bahwa Ewan menghadiri sebuah pertemuan. Namun ucapannya tertahan karena Simon berkata, "Sepertinya pertemuan dengan beberapa petinggi underground dan juga perusahaan atas. Cassius Pettroff juga menghadiri pertemuan itu."

"Dia tidak mengatakan apapun. Kenapa dia melakukan pertemuan tanpa ada penjagaan—"

"Entah. Dia tidak mengatakan apapun, menurut data yang kudapat pertemuan itu di lakukan secara sembunyi-sembunyi dan maksud Ewan melakukan pertemuan ini adalah untuk menghilangkan hak tiga puluh persen yang dimiliki Jake Prescott terhadap saham terakhir yang dimilikinya, termasuk dengan seluruh kekayaan, baik yang bergerak maupun yang tidak."

"Dan bagaimana persentase keberhasilan pertemuan itu sekarang?"

"Neh? Kau mau aku mengatakan yang benar atau hanya spekulasiku saja?"

Eugene menimbang pertanyaan Simon dan menggeleng kepalanya sendiri. Ia menghela nafas panjang, dengan bibir tersenyum kecil. "Lupakan. Dia tidak pernah kalah dalam pertemuan apapun. Aku ubah pertanyaanku, Simon. Apakah dia terluka? Dia tidak menggunakan pesawat sialan itu bukan?"

"Dua buah rusuk yang patah bisa disebut dengan luka atau tidak?" Simon mengatakannya dengan geli. "Hanya rusuk yang terluka, Gene, tidak sampai jari-jarinya putus."

"Dia menggunakan pesawat itu." Eugene mengepalkan tangan ketika menjawab hal itu dan menahan amarah yang membuncah di dalam dirinya. "Bagaimana dia bisa lolos dari situ simon?"

"Tanyakan sendiri kepadanya." Simon tertaw terbahak-bahak. "Ya ampun, Gene, ini hanya kecelakaan pesawat. Ewan bisa menyelamatkan dirinya sendiri dengan seribu cara yang digunakannya. Kau tidak perlu mengkhawatirkan dirinya karena yang harus kita pikirkan adalah menjaga sang puteri untuk tidak bertindak bodoh."

"Setelah ini kita tidak perlu mengkhawatirkan Jake lagi. Kalau pertemuan itu akan menghancurkan Jake, untuk apa kita..."

"Karena dua hari yang lalu sebelum radar Ewan menghilang, aku mendapatkan pesan dari pria itu itu. Ewan bilang..."

Kucing jinak sekalipun mampu mengeluarkan cakar terbaiknya di saat terjepit. Dan ini adalah saat terburuknya ketika kucing sedang di tekan oleh harimau.

Di belahan dunia lain, seorang pria dengan setelan jas dan juga rambut yang berantakan akibat hembusan angin kencang, dengan cekatan turun dari helikopter. Tatapan dan aura mengintimidasinya dikeluarkan tanpa sengaja. Ia berjalan masuk ke dalam tangga yang menghubungkannya dengan bangunan berwarna putih dan biru yang kontras dengan kota santorini yang berada di Yunani.

"Tuan Russell, ada yang bisa saya bantu?"

Maximillian menghentikan langkahnya, menatap pria setengah baya yang memanggil namanya. "Jorge," sapa Maximillian, wajahnya terlihat melembut namun detik kemudian terlihat keras kembali. "Di mana dia?"

"Beliau sedang melakukan panggilan telepon."

"Pertemuannya?"

"Baik-baik saja," jawab Jorge sambil menunduk hormat. Jorge yang merupakan salah satu penasihat keuangan perusahaan Alford telah membuat spekulasi bahwa pertemuan yang di adakan oleh Ewan Wellington dengan mengajak beberapa penguasa Eropa baik itu putih maupun hitam mampu menghancurkan satu perusahaan milik Prescott yang sudah Berjaya selama bertahun-tahun yang lalu. "Tujuh puluh persen petinggi lainnya sudah memutuskan bahwa saham Prescott tidak akan di beli ataupun di cairkan dalam pasar internasional Eropa."

"Apa kau sudah membawa dokter di sana? Ewan terluka."

"Sudah, sir," jawab Jorge cepat. Ia mengangkat wajahnya pelan dan berkata pelan, "tapi beliau menolak semua dokter selama pertemuan berlangsung. Karena itu Sir Alford hendak datang sendiri ke tempat pertemuan itu."

Dua hari yang lalu, Max, Jorge dan seluruh akuntan professional yang di kumpulkannya selama sebulan terakhir akhirnya memutuskan untuk menjatuhkan harga pasar serta saham milik Jake Prescott. Persidangan sudah dilakukan, dan dengan dalih hukum serta pencucian dana perusahaan, Jake di nyatakan bangkrut. Namun saham yang dimiliki oleh pria itu masih bisa diakui secara internasional.

Karena itulah Ewan memutuskan untuk melakukan pertemuan dengan beberapa pengusaha Eropa yang terkait dengan saham Jake agar menolak saham tersebut di pasaran sehingga Jake tidak akan bisa menjual saham sementara pihak bank akan mengeluarkan catatan kerugian yang dinyatakan oleh perusaahaan fiktif Ewan. Rencana yang sangat mendadak namun sepertinya bisa berhasil.

Max memasukkan tangan kedalam sakunya, "Si bodoh itu tidak seharusnya melakukan semuanya sendiri."

Ketika Jorge hendak membuka mulutnya, mendadak seseorang berlari dari sebuah rumah besar dengan gerbang yang terbuka bersamaan dengan suara kasar penuh amarah. "Brengsek, minumkan saja obat tidur sebanyak-banyaknya kepada pria bodoh itu setelah pertemuan itu selesai!"

Max mengangkat alisnya, ketika mendengar ucapan pria itu kembali yang diucapkan dengan nada marah. "Aku tidak mau tahu apapun yang Ewan lakukan di sana, pria itu harus mendapatkan pengobatan saat aku berada di sana, atau aku akan melakukan pengobatan itu sendiri! Do you understand Frances?!"

Pria itu berhenti tepat ketika ia melihat kedatangan Max, dengan cepat ia memasukkan ponselnya kedalam saku dan berjalan selangkah terburu-buru. "Max! Kita harus segera berangkat sekarang."

"Apa terjadi sesuatu dengan Ewan?"

"Si bodoh itu terluka dan bahkan menolak untuk diobati karena sedang mengadakan pertemuan. He's stupid as always!Damn it, aku akan membunuhnya kalau aku berada di sana," gerutu Aram marah. "Di mana heli-mu?" sebelum Max menjawab, Aram sudah berkata lagi, "Dan di mana Gabe? Bukankah dia bilang akan ikut dengan kita?"

"Gabe memiliki urusan penting dan akan terlambat mengikuti pertemuan."

"Bagaimana dengan Jake?" Tanya Aram.

"Dia masih berada di dalam mansionnya. Selama pria itu masih tenang di dalam mansionnya, segalanya akan berjalan dengan baik." Max berjalan mengikuti Aram ke tempat di mana Max meletakkan heli-nya. "Di sana."

Heli yang berdiri tegak bagai burung besi yang tak tergoyahkan telah siap di untuk di jalankan. Aram mengangkat alisnya kearah Max dan tersenyum mengejek. "Tanpa pilot? Sejak kapan Maximillian Russel menjadi miskin sampai-sampai tidak bisa mempekerjakan satu pilot sekalipun?"

"Shut up, Aram. Aku terburu-buru."

"Dan lupa memanggil staff yang dua puluh empat jam ada di sampingmu?"

Max tidak menjawab ejekan yang dilontarkan kepadanya. Pasalnya, Zia terus memperhatikan setiap gerak-geriknya. Istri tersayangnya itu tidak percaya bahwa Max tidak ikut campur dengan masalah yang dihadapi oleh Ewan, sebenarnya Max memang berlaku seperti itu di depan Zia karena tidak ingin istrinya itu ikut campur dengan masalah ini.

Masalah yang dihadapi Ewan terlalu pelik dan Max tidak akan membiarkan Zia ikut campur. Jadi Max memutuskan untuk tidak menyuruh satupun staff-nya karena pasti Zia akan langsung tahu mengenai rencananya ini.

Sebelum naik ke dalam helikopter, Max mengernyit karena Aram sudah naik terlebih dahulu dan duduk di balik kemudi. "Seriously, kau yang mengemudikannya Aram?!"

Aram tersenyum kecil dan mengendikkan bahu. "Ride with me and die together or leave you behind. What your choice?"

"Kedua pilihan itu pada akhirnya tidak membuatku senang."

"Dan kalau tidak berangkat sekarang kita akan tertinggal, dan Ewan juga akan mati. Nah, kau mau yang mana?" Tanya Aram sambil tertawa. "Seriously, ini pertama kalinya sejak kegilaan kita di masa remaja bukan?" Lalu wajah Aram menjadi serius ketika berkata, "Ayo, kita harus menyelamatkan si bodoh itu bukan?"

Max tersenyum kecil dan memutuskan untuk masuk ke dalam helikopter dan memasrahkan keselamatannya di tangan Aram. Lagipula, setidaknya Aram lebih baik daripada memasrahkan nasib-nya kepada Ewan, bukan?

"Ewan akan baik-baik saja, Aram."

"Indeed. Tapi aku ingin kita berada di sana saat dia membutuhkan kita." Aram tersenyum kecil dan kembali berkata kepada Max. "Sama seperti dia yang selalu ada ketika kita membutuhkannya Max."

Ketika Max duduk di kursi penumpang, ia berkata kepada Aram. "Kita akan berada di sana kapanpun dia membutuhkannya, Aram."

Because he's our troublesome brother. Isn't it?

TBC | 11 November 2017

Repost | 17 Mei 2020

Kira-kira apa yang terjadi sama Ewan ya? dan bagaimana dengan Lidya?

Leave vote and comment guys :)


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top