His Temptress | 72
"Sistem ini dilengkapi dengan robot nano mikro, di bagian ini." Bryan membuka salah satu lembar gambar prototype peralatan rumah sakit, dan menujuk salah satu alat yang berbentuk tabung. "Harletta akan di masukkan kedalam sini, mungkin kurang lebih beberapa minggu. Robot Mikro nano ini akan disuntikkan kedalam tubuh Harletta dan mengobati apa yang rusak."
"Beberapa minggu?" Tanya Ewan bingung dengan tatapan masih terpaku pada gambar tabung tersebut. "Apakah membutuhkan waktu yang lama?"
"Tergantung dengan kerusakan yang dialami wanita itu." Bryan menarik nafas panjang dan menghela-nya pelan. "Tidak ada satupun pengobatan yang tidak membutuhkan waktu, Wellington. Aku hanya bisa membantumu hingga sampai di sini. Ini merupakan cara tercepat yang bisa kuberikan kepadamu untuk menyembuhkan wanita itu."
"Apakah ada side effect? Seperti yang kau katakan tadi, Crawford. Kita menyuntikkan sesuatu kedalam tubuh Harletta. Apakah itu tidak memiliki side effect—"
"Tidak," jawab Bryan cepat.
Lagi-lagi Bryan menujuk gambar prototype yang terbentang di atas meja meeting tersebut. Ia menatap kearah William dan juga Ewan secara bergantian, "Ini adalah peralatan rumah sakit istriku. Aku membuat system pengobatan ini, untuk pengobatan istriku. Dan ini," Bryan lagi-lagi menujuk gambar tersebut dan dengan tegas berkata, "Adalah peralatan rumah sakit yang tidak akan dimiliki oleh siapapun."
"Robot Mikro Nano ini akan keluar sesuai dengan metabolism manusia. Biasanya dikeluarkan bersamaan dengan Urine," jelas William. Dengan santai William bersandar pada sofa dan melenggangkan kakinya. "Ini adalah pertaruhan, Ewan."
Ewan menatap William, dan pria itu berkata, "Take it or leave it, Ewan."
Sejenak Ewan tidak mengatakan apapun, ia hanya menatap pria di hadapannya. Ia tidak membutuhkan waktu untuk berpikir jernih, walaupun ini merupakan pertaruhan yang mungkin saja tidak boleh diambilnya, tapi Ewan tahu bahwa ia hanya bisa bergantung pada Bryan Crawford.
Ia pernah mendengar berita mengenai Crawford dari media. Pria ini mencurahkan segala waktunya selama hampir beberapa bulan untuk membuat satu peralatan yang diaplikasikan dari chip Prototype Crawford III, dengan berbagai cara pria itu memasukkan dan menjadi satu lalu dikembangkan agar dapat digunakan sebagai pengobatan.
Awalnya Ewan bertanya, mengapa?
Jawaban yang diberikan Eugene saat itu sangat mudah untuk diingat dan sekaligus jawaban yang mungkin akan diucapkannya sendiri kalau Ewan mengalami hal tersebut.
"Kenapa dia melakukannya, Gene? Di dunia ini banyak sekali peralatan rumah sakit yang bisa menyembuhkan istrinya."
"Kenapa? Karena dia mencintai istrinya, Thalia Crawford dengan cara yang tidak bisa dimengerti orang normal. Istrinya tidak bisa mengandung, anak pertama mereka meninggal dan menyebabkan luka yang sangat besar di hati istrinya. Dan Bryan Crawford akan melakukan apa saja untuk melihat senyum istrinya lagi."
"Makanya, kenapa—"
"Karena itu adalah Bryan Crawford, Ewan. Kau tidak akan bisa mengerti hal itu. Karena mencintai seseorang tidak bisa dijabarkan dengan cara yang masuk akal. Same like you, right?"
Ewan tidak akan bisa mengerti mengapa pria itu melakukan hal seperti itu, sama seperti Ewan tidak bisa mengerti dirinya sendiri mengapa ia bersusah menyelamatkan Harletta, mencari seseorang yang bisa menyembuhkan wanita itu. Padahal Ewan sama sekali tidak peduli.
Iya, Ewan tidak peduli.
Karena bagi Ewan, wanita itu bukan siapa-siapa. Karena bagi Ewan, Harletta Prescott tidak pernah menjadi seseorang yang berharga baginya. Jadi kenapa ia bersusah payah? Ewan mengepalkan tangannya dan menghela nafas, ia ingin menertawakan dirinya sendiri. Sungguh.
Tentu saja Ewan tahu alasannya. Karena Lidya tidak akan pernah bisa benar-benar tersenyum kalau Harletta tidak sembuh. Karena Lidya akan terus menangis tanpa sepengetahuanya, menjadikan sakit Harletta sebagai kesalahannya. Ironis, tapi Lidya adalah satu-satunya orang yang diperdulikan oleh Ewan. Jadi kalau kesembuhan Harletta bisa membuat Dee tersenyum, maka... hanya itu yang penting bukan?
"Untuk kali ini aku harus percaya kepadamu, Crawford." Ewan mengulurkan tangannya kearah Bryan, dengan penuh ketegasan berkata, "Terima kasih sudah bersedia membantuku."
Bryan tersenyum, sedetik kemudian membalas uluran tangan tersebut.
"Aku berjanji akan membantu calon kakak iparmu hingga sembuh, Wellington." Lalu Bryan tertawa kepada dirinya sendiri. "Karena istriku juga menginginkannya."
⃰
Hari ketiga setelah Ewan pergi, tubuh Harletta mengalami perubahan. Tubuh Harletta mengalami kejang-kejang sehingga membuat Lidya takut. Untungnya, tim Terry bersiap siaga selama dua puluh empat jam. Mereka berganti giliran sesuai dengan urutan yang telah ditentukan, dan sudah hampir sepuluh jam sejak Harletta di bawa kedalam ruang steril.
Dan sudah selama itu juga, Lidya tidak bisa bebas menemui kakaknya, kecuali memantau keadaannya melalui ruang kaca.
Berulang kali, Lidya memukul kaca ketika tubuh kakaknya mengalami kejang-kejang. Ia ingin masuk, memeluk wanita itu dan memohon kepada Harletta untuk berhenti membuatnya ketakutan. "Please... bertahanlah." Lidya memukul kaca sekali lagi, menatap beberapa dokter menahan tubuh Harletta dan berusaha menghentikan kejang-kejangnya.
Dan air matanya mengalir deras. "Ma... Tolonglah dia. Harlie tidak pantas untuk mengalami ini semua. Dia..." Lidya mengatupkan kedua tangan di dadanya dan terisak penuh kepedihan. "Aku akan melakukan apa saja. Apapun yang bisa membuatnya sembuh... Apapun..."
"Karena itu berhentilah. Hentikan semua ini." Ketika ia menutup matanya, Lidya berkata kepada dirinya sendiri. "Seseorang... tolonglah kakakku..."
⃰
Di lain ruangan, Simon menahan tubuh Eugene yang bergetar hebat. Jantungnya terpacu begitu cepat. Sementara selama hampir sepuluh menit Simon berulang kali berkata kepada Eugene. "Dia akan baik-baik saja, Gene."
Dan seperti sepuluh menit sebelumnya, Eugene tidak mengucapkan sepatah katapun.
Yang ingin dilakukan Eugene adalah berlari masuk ke dalam ruangan steril, mengusir keluar seluruh rekan kerja Terry, memeluk istrinya dan menghentikan kejang-kejang yang dialami oleh wanita itu.
Tapi Eugene tidak bisa.
Ia tidak bisa melakukan hal itu, karena tidak ada satupun orang yang mengetahui hal itu. Dan Eugene harus memaksa dirinya untuk bertahan di ruangan lain, sementara ia tahu kalau istrinya sedang berada di ambang batas. Eugene akan kehilangan wanita itu lagi dan kali ini, ia tidak bisa melakukan apapun...
Kemudian lagi-lagi Simon menepuk punggungnya dan kembali berkata, "Dia akan baik-baik saja. Hapus air matamu karena itu sama sekali bukan aksi seorang Gentleman sejati, Gene. Untuk sekali ini percayalah kepada Terry, dia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan kebahagiaanmu."
Tentu saja Eugene percaya.
Ia mempercayai Terry melebihi apapun. Tapi masalahnya... tidak semudah itu.
⃰
Elizabeth tersenyum ketika putra kesayangannya keluar dari ruangan meeting. Dan sebagai Ratu, ia hampir saja berdecak saat melihat Ewan Wellington, sahabat puteranya tengah membuka kancing kemeja teratasnya. Ia berjalan kearah tiga pria itu, berdecak sambil berkacak pinggang. "Really, di ulang tahun-ku, kalian berani-beraninya meeting?"
Karena William tidak mau menjawab ataupun membela dirinya, tanggung jawab itu jatuh pada Ewan. Ia langsung saja melingkarkan lengan di sekeliling pinggang Elizabeth dan tersenyum lebar. "Eli, kau pasti sangat merindukanku ya?"
"Dasar anak bandel."
"Aku juga merindukanmu, Eli," jawab Ewan sambil memberikan senyum terbaiknya. Sementara ia menenangkan wanita itu, William membawa Bryan pergi dari tempat itu menuju ruangan lainnya. Ketika Elizabeth menyadari puteranya meninggalkan ruangan, ia menatap kearah Ewan sambil mendesah setengah kesal namun Ewan hanya tersenyum. "Ayo, kita minum."
Ewan membawa Elizabeth keluar dari lorong, menuju ballroom besar. Sutra, lampu, Wine serta makanan tersebar di seluruh ballroom ini. Anehnya, Ewan tidak menginginkan minum sama sekali. Matanya berkabut ketika melihat sosok wanita berambut pirang, langsung saja tubuhnya mematung.
Merasakan perubahan pria di sampingnya, Elizabeth tersenyum kecil dan menggeleng kepalanya pelan. "Missing her?"
Ewan hanya menjawab pertanyaan itu dengan tawa.
"Kau seharusnya lebih jujur pada dirimu sendiri, Ewan." Elizabeth menepuk tangan Ewan, memberikan nasihat sebagai seorang ibu. "Mama-mu juga pasti akan melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan, just trust your heart Ewan. Abaikan saja kenyataan kalau wanita itu adalah wanita paling keras kepala yang pernah kau temui." Ketika Ewan tersenyum kearahnya, Elizabeth berkata, "Dia sudah merubahmu ya?"
"Tidak, Eli. Aku masih diriku yang dulu."
"No, kau sudah berubah Ewan. Menjadi pria yang lebih dewasa dan lebih banyak tersenyum. Kau berubah menjadi Ewan yang lembut."
"Tidak, Eli." Ewan menggeleng. "Aku tidak berubah sama sekali. Aku hanya kembali menjadi diriku." Ewan mengambil tangan Elizabeth, menepuknya pelan lalu melanjutkan ucapannya. "Bersamanya, membuatku kembali kepada diriku yang dulu. Dia membuatku menyadari bahwa masih ada kebaikan dan kelembutan di dalam diriku, dan anehnya hanya dia yang bisa melakukan hal itu."
Hanya dia...
"Itu bagus, karena hanya orang bodoh yang akan meninggalkanmu." Elizabeth berjinjit dan mengecup pipi Ewan. "Apapun yang terjadi percayalah kepadanya, Ewan. When you said that you need her, that doesn't mean she never need you. Mungkin saja kenyataanya, dia membutuhkanmu lebih daripada yang kau sadari. Karena terkadang, kami ingin pria mengerti apa yang kami inginkan tanpa memberitahu mereka."
"I know she needs me and I'm not planning on leave her."
TBC | 22 Oktober 2017
Repost | 14 Mei 2020
Ewan's back. Seneng?? Kalau seneng leave a lot of comment ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top