His Temptress|70
Good night guys, Happy monday!
"You give me a trust, and I am yours. Completely your slave, Agapi Mou."-Ewan Marshall Wellington.
Ewan masuk ke dalam ruangan dan melihat Lidya menangis diatas lengan Harletta. Perlahan ia masuk dan berusaha membuat suara sekecil mungkin, ketika berada tepat di belakang wanita itu, Ewan meletakkan telapak tangannya di puncak kepala Lidya dan ia bisa merasakan ketika tubuh wanita itu menegang.
Bahkan Ewan bisa melihat bagaimana Lidya dengan cepat menghapus air matanya dengan punggung tangan sebelum membalikkan tubuh menghadapnya. "M...Marshall..." bisiknya pelan.
Dasar bodoh.
Walaupun wanita itu berusaha bersikap tegar dihadapannya, Ewan tahu kalau wanita itu habis menangis. Ia tidak memerlukan indera keenam untuk mengetahui bahwa wanita itu baru saja menangis tanpa melibatkan dirinya. Ia menyelipkan jemarinya di setiap ruas jemari wanita itu, "Bukankah aku sudah bilang untuk jangan menangis kalau aku tidak berada di sampingmu?"
"A-aku tidak menangis."
"Membohongiku, Agapi Mou?"
"Tidak!" Lidya berusaha tersenyum lebar, seolah memperlihatkan bahwa ia tidak baru menangis. "Aku hanya senang karena Harlie ada di sini dan-"
Ewan menarik tubuh Lidya kedalam pelukannya, mendekap wanita itu dengan kelembutan dan juga kekuatan seolah-olah wanita itu membutuhkannya. Ewan melakukannya untuk memberitahu kepada Lidya bahwa ia berada persis di hadapannya dan wanita itu tidak memerlukan satu pun air mata untuk menghadapi masalahnya. "Don't cry, Dee. I hate see your tears."
"I'm sorry, Marshall..."
"Juga jangan terlalu banyak mengatakan maaf di hadapanku." Ewan mengurai pelukan mereka, merangkum wajah wanita itu dan mengecup keningnya pelan. "Di banding perkataan maaf, aku lebih menginginkan kata-kata cinta darimu."
Ucapan Ewan membuat Lidya merasa sesak, hatinya tertekan karena rasa cinta yang begitu besar. Cinta Ewan seolah membutakannya, karena itulah ia berusaha untuk mendorong pria itu menjauh. Semua karena cinta pria itu.
Cinta yang terlalu tulus hingga Lidya takut menyakiti ataupun merusak perasaan itu. Tidak... Lidya takut kehilangan Ewan karena itulah ia memutuskan untuk pergi, karena meninggalkan lebih baik daripada di tinggalkan. Tapi ketika melihat Ewan membencinya, Lidya mulai membenci dirinya sendiri.
Ketika Ewan menatapnya dengan mata hijau penuh kelembutan, Lidya kembali menenggelamkan kepalanya di dada pria itu, berusaha mencari kenyamanan disana. "Aku mencintaimu Marshall. Bukan karena nama Wellington, bukan karena kau adalah pria tampan yang kutemui saat festival sekolah. Tapi aku jatuh cinta pada ketidak sempurnaan karakter yang kau miliki dan aku menganggap hal itu adalah bagian kesempurnaan yang kau miliki."
Lidya bisa merasakan senyum diatas kepalanya, ia memeluk lebih dalam pria itu dan ikut tersenyum. "Kau tidak boleh meninggalkanku, Marshall, apapun yang terjadi, kau tidak diperkenankan untuk meninggalkanku."
"Dan kau pikir aku memperkenankanmu untuk meninggalkanku?" Ewan tersenyum lebar, "Tidak Agapi Mou, aku tidak memperkenankanmu untuk meninggalkanku, apapun yang terjadi aku akan mengikatmu hingga tidak bisa bernafas."
"Aku membutuhkanmu, Marshall."
"Aku lebih membutuhkanmu, Agapi Mou." Ewan mengurai pelukan mereka, mengentuh dagu wanita itu dengan lembut. "Lima tahun adalah waktu yang lama untukku. Aku tidak menginginkan lagi bangun di pagi hari tanpa dirimu, aku tidak lagi menginginkan kopi tanpa sentuhan rasamu."
Air mata Lidya mengalir.
"Aku harus pergi ke London. Aku harus bertemu seseorang untuk kesembuhan Harletta," bisik Ewan lalu ia tersenyum dan mengecup kening Lidya."Aku tidak mau meninggalkanmu di sini sendirian, apa kau mau ikut denganku?"
Iya, Lidya mau. Itulah yang terlintas di benak Lidya, tapi alih-alih melakukan itu, ia malah menggeleng dan menatap Harletta sekilas sebelum akhirnya menatap Ewan kembali. "Aku harus berada di sini, Marshall," bisik Lidya sedih. "Aku tidak bisa meninggalkan Harletta begitu saja, aku tidak bisa membiarkan dia melindungiku. Kali ini, aku sudah berjanji akan melindunginya hingga ia sadar."
"Lima tahun yang lalu aku sudah berjanji kepada diriku sendiri, Marshall. Aku tidak akan memilih siapapun selain dirinya," bisik Lidya. Ia mengulurkan tangan dan merangkum wajah pria itu. "Aku mencintaimu tapi aku harus memilihnya, karena bagiku porsi keberadaan kalian berbeda. Kau penting, tapi aku tidak bisa meninggalkannya. Dia adalah sebagian dari diriku, Marshall..."
"Aku tahu kau akan berkata seperti itu. Kau keras kepala dan seharusnya aku tidak lagi bertanya apakah kau mau ikut denganku."
"Marshall..." bisik Lidya pelan seolah takut pria itu salah paham. "Aku bukannya tidak mau ikut. Aku-"
"I know," ucap Ewan memutus ucapan wanita itu. Ia meremas jemari Lidya dan kemudian berkata, "You give me your trust and I am yours, Agapi Mou. Completely your slave."
"Kali ini aku mempercayaimu membawa seluruh kepercayaan dan hatiku bersamamu," ucap Ewan. Ia menujuk dada Lidya dengan lembut, mengetuknya berulang kali. "Di sini sudah terikat denganku, karena kemanapun aku pergi dan di manapun kau berada, seluruh hatiku berada bersamamu. Kali ini, aku memutuskan untuk mempercayaimu bahwa kau tidak akan pergi meninggakanku. Tidak untuk yang kedua kalinya..."
Air mata Lidya mengalir. "I trust your love, Marshall. If..." Lidya menjilat bibirnya yang terasa asin karena air mata, lalu berusaha menatap mata pria itu yang seolah menghisap jiwanya. Sekali lagi, berjuang sekali lagi untuk hal yang pernah kau lupakan Lidya Prescott. Lidya mengucapkannya kepada dirinya sendiri sebanyak dua kali sebelum berkata, "If I leave you, it doesn't mean I don't love you. But that's mean I'm asking for your help to save me, asking you to believe that I'll be back."
Sejenak mereka saling bertatapan, merasa bahwa mereka tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun jadi mereka memilih untuk diam. Perlahan, Ewan mengangkat tangan Lidya kedepan wajahnya, mengecup jemari mungil tersebut dengan lembut. Ketika ia membiarkan bibirnya berada di atas jemari lembut itu, mata hijaunya menatap mata Lidya perasaan.
Tanpa kata-kata, tanpa ucapan dan tanpa sepatah kalimat. Ewan yakin wanita itu memahaminya. "Noted, Capt. This slave will wait you..."
Ewan mengecup sekali lagi jemari Lidya lalu berkata, "Forever..."
⃰
Tidak memerlukan waktu lama bagi Lidya untuk merindukan kekasihnya, Marshall-nya. Hanya satu jam sejak kepergian pria itu ke London dan ia sudah merindukannya setengah mati. Perlahan, Lidya mengangkat tangan Harletta dan kembali bertanya kepada kakaknya. "Dia mencintaiku, Harlie...sangat mencintaiku."
Dia mencintaimu, Dee, tetaplah di sampingnya, pergi dari rumah dan jangan pernah kembali. Kalau kau memang mencintainya, tetaplah di sisinya. Dia akan melindungimu.
"Seperti katamu, dia akan melindungiku."
Pilihlah, Dee. Tetap bersamanya dan membawa rahasia itu selamanya, merasa sakit untuknya atau meninggalkannya. Apapun pilihannya, kau akan tetap merasa sakit untuknya.
"Aku tidak bisa mempercayai cintanya, Harlie. Tidak seperti kau yang begitu percaya bahwa dia akan tetap di sampingku. Aku tidak bisa mempercayainya." Lidya tersenyum lemah. "Dia akan meninggalkanku sama seperti saat ayah meninggalkan mama. Itulah cinta... Aku berpikir seperti itu, pria seperti Marshall akan meninggalkanku dan aku takut. Aku tidak bisa memililh..."
Dia mencintaimu, Dee. Tidakkah kau bisa melihat itu dari matanya?
"Ketika kau bilang dia mencintaiku, dan menyuruhku memilih." Lidya menarik nafas panjang hingga dadanya terasa sakit. "Aku tidak bisa melakukannya. Papa...akan membuatku kehilangannya, Harlie. Lagi, lagi dan lagi..." Lidya menatap tubuh Harletta yang terbaring lemah. "Aku tahu mama menyuruhmu menggantikanku. Aku tahu berapa besar kau selalu membelaku. Aku tahu seberapa banyak kau sudah berkorban untukku, Harlie. Aku tidak bisa lagi melakukannya..."
"Aku tidak bisa membuatmu menghadapi apa yang seharusnya tidak pernah kau terima. Aku menginginkan kau mendapatkan kebahagiaanmu. Maaf kalau ternyata menjadi saudaraku tidak seindah yang kau bayangkan. Maaf kalau ternyata selama ini aku menyakitimu," bisik Lidya sambil menangis terisak. Ia mengecup buku-buku jemari Harletta, membiarkan air matanya mengalir menetes diatas jemari tersebut. "Aku akan menyelamatkanmu, Harlie. Aku bersumpah..."
"Kali ini aku akan membuatmu mendapatkan kembali kebahagiaanmu yang pernah hilang, Harlie. Kali ini... ijinkan aku melindungimu..."
TBC | 02 Oktober 2017
Repost | 11 Mei 2020
P.s : apa kabar kalian? Aku harap semuanya baik-baik aja. Tolong berikan perasaan kalian setelah membaca His Temptress sampai part 70 dong ! :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top