His Temptress | 39
"Seandainya melupakan semudah ketika aku jatuh cinta padamu."
-Ewan Marshall Wellington-
Pagi harinya, Lidya berusaha agar bangun lebih dulu daripada Marshall. Ia membuatkan kopi untuk mereka berdua, dua hari terakhir ini ia sudah banyak mengerti kalau Marshall tidak lagi sarapan, pria itu lebih suka menghabiskan waktu di balkon dengan segelas kopi sambil membaca berita dan juga setumpuk dokumen yang diberikan Eugene kepadanya, karena itu Lidya membuatnya.
Ketika Lidya sudah menyiapkannya, dan hendak berbalik untuk memanggil pria itu. Marshall sudah masuk kedalam ruang makan dengan kemeja putih yang melekat ditubuhnya, "Kau sudah akan berangkat? Aku membuatkanmu segelas kopi..." ucap Lidya pelan.
Ewan mengangkat alisnya dan tatapannya terpaku pada segelas kopi yang tersedia diatas meja. Ia tersenyum dan berjalan kearah Lidya, tangannya terulur dan menepuk puncak kepala Lidya. "Lain kali kau tidak perlu melakukannya, lagipula aku sudah tidak terlalu menyukai kopi."
"Kopi adalah simbol kau dan pagi sempurnaku." Lidya terpaku saat mendengar ucapan Ewan yang begitu dingin. Namun ia berusaha untuk tidak memperlihatkan perasaannya. Dan langsung bergabung dengan pria itu di meja makan. "Kau mau roti?" tanya Lidya.
Ewan menggeleng.
"Segelas kopi sudah cukup," ucap Ewan dan mulai menghirup kopi tersebut. Bagi Ewan kopi tersebut sudah lebih dari cukup untuk mewakili hari sempurnanya, namun ia tidak akan mengatakannya kepada wanita itu. "Oh iya, hari ini aku akan pulang telat."
"Apa ada kerjaan yang membuatmu harus tinggal lebih lama dikantor?"
"Tidak." Ewan meneguk kopinya. "Hari ini Nathalie datang ke Las Vegas dan aku ingin menemaninya seharian ini."
"Na...Thalie?" bisik Lidya pelan. Lidya ingat wanita cantik berambut pirang yang katanya memuja Marshall. Wanita cantik yang juga memanggil Ewan dengan nama yang sama, Marshall. "Dia..."
Ewan mengangguk, "Iya, dia yang pernah datang kesini, sepertinya kau pernah menemuinya juga."
Setelah menyelesaikan kopinya, Ewan langsung bangkit dari tempat duduk. Ia menunduk dan mendaratkan kecupan ringan di puncak kepala Lidya. Dan menambahkan luka tak kasat mata kepada Lidya dengan mengatakan, "Enjoy your day, Dee. Katakan saja semua keperluanmu pada Alfredo, dia akan menyiapkan semua yang kau butuhkan."
Lalu Ewan meninggalkan Lidya di ruang makan.
Sementara itu, Lidya menatap kopi dihadapannya dengan tatapan nanar. Iya, Lidya ingat siapa Nathalie. Wanita cantik yang memiliki hubungan dengan Marshall. Wanita cantik dengan rambut pirang, dengan lekuk tubuh indah yang... Lidya menutup matanya, menarik nafas panjang dan berusaha mengontrol seluruh emosi yang ada dalam dirinya.
Bukankah wajar kalau Marshall memiliki wanita lain dalam hidupnya?
Iya, sangat wajar. Jadi kenapa ia harus merasa sakit? Kenapa ia harus merasa kecewa karena ternyata pria itu tidak menganggap percintaan mereka sebagai sesuatu yang penting? Kenapa ia harus kecewa karena... Marshall lebih suka menghabiskan waktu bersama Nathalie daripada menemaninya dirumah?
Rumah...
Lidya tertawa pahit. Ini bukan rumahnya. Sejak ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya lima tahun yang lalu, Lidya tidak memiliki apapun lagi. Ia sudah... kehilangan semuanya. Lidya menghela nafas sekali lagi dan merasa sangat buruk.
Mendadak ponsel-nya berdering, dengan cepat Lidya mengangkatnya. Sebelum ia sempat mengucapkan apapun, ia mendengar suara ayahnya yang begitu khas, begitu mendominasi. "Hallo Angel."
"A...Ayah..." bisik Lidya pelan.
Jake Prescott terkekeh ketika mendengar suara putrinya yang begitu gugup. "Terkejut mendengar suara ayah?" Ketika Lidya tidak menjawab, Jake berkata, "Apa lima tahun tidak membuatmu sadar kalau tidak ada lagi yang bisa kau perjuangkan, Angel?"
"Hentikan..." bisik Lidya pelan.
"Sekarang Harletta, dan kau berharap siapa lagi yang akan menggantikan posisi Harletta, Angel?" Tubuh Lidya bergetar, tanpa sadar ia menggigit kuku jemarinya. "Pulang, Angel. Kalau kau mau menerima saran ayah untuk membantu mendapatkan Wellington Inc. Ayah akan menganggapmu sebagai Angel yang dulu, dan bukannya Angel yang sudah berlumuran darah."
"Ayah..."
"Aku tahu kau tidak sengaja melakukannya, tapi pada kenyataannya kau sudah melakukannya. Iya kan?" Jake tidak berhenti menekan mental Lidya. "Satu orang tak bersalah dan Harletta, bukankah seharusnya sudah cukup mengingatkanmu betapa bodoh keputusanmu untuk melawanku, Angel?"
Tangan Lidya yang bergetar tanpa sadar bergerak dan menabrak cangkir kopi panas sehingga cangkir tersebut mengenainya sebelum terjatuh ke lantai. Sementara tubuh Lidya limbung dari kursi dan terjatuh, tangannya yang berusaha menahan tubuh malah mengenai pecahan cangkir, membuat telapak tangannya mengeluarkan darah segar.
Lidya berusaha menahan saliva-nya sebagai upaya terakhirnya untuk menghentikan getaran tubuhnya. "Itu adalah kecelakaan..." bisik Lidya.
"Dan kau pikir, Marshall-mu itu akan kembali menerimamu kalau dia tahu kau sudah membunuh orang yang tidak bersalah?" Jake tertawa, "Tidak... bagaimana reaksi Marshall-mu kalau dia tahu bahwa kau yang sudah menyebabkan Harletta terluka?"
Air mata Lidya mengalir, ia menatap tangannya yang terluka akibat pecahan cangkir tersebut dengan nanar. "Aku tidak sengaja melukainya!" teriak Lidya.
"Tapi buktinya kau sudah menembaknya, tepat di dadanya, Angel." Jake terkekeh. Ia tahu kalau sekarang putrinya pasti sedang mengalami shock. Lalu Jake kembali berkata, "Kau sudah membunuh orang yang berusaha menyelamatkanmu. Biar ayah tebak, kau tidak mengatakan hal ini kepada Marshall karena kau takut dia mengetahui hal yang sebenarnya?"
"Bukan..." Lidya menggeleng.
"Akui saja Angel, Kau takut Harletta bangun dan mengungkapkan semuanya. Kau berbohong kepada semua orang mengenai kecelakaan yang dialami oleh Harletta."
"Aku tidak berbohong! Bukti medis sudah-"
"Medis yang mana?" Jake tertawa, "Apa kau berpikir selama lima tahun ini ada orang yang bisa kau percaya, Angel? Apakah kau benar-benar berpikir selama lima tahun ini aku tidak mengetahui keberadaanmu?"
"Kau yang melakukannya! Kau yang sudah menyakiti Harletta!!" teriak Lidya. Ia menjambak rambutnya sendiri dengan frustasi. "Kalian yang sudah membuatku menyakitinya! Dia..." Lidya terisak pelan, "...Harletta hanya menolongku dari kalian. Seharusnya yang aku tembak adalah kalian, bukannya dia. Seharusnya..."
"Seharusnya kau mengikuti ucapanku untuk tetap menikah dengan Marshall-mu. Dan bukannya malah membawa Harletta lari dengan keadaannya yang masih terluka. Seharusnya kau tetap berada di samping pria itu, dan menjadikannya pria paling bahagia di dunia, Angel."
Lidya menggeleng. "Hentikan Ayah, Aku sudah melukai Harletta. Please... jangan ada lagi orang yang terluka..."
"Pulang, Angel. Dan aku akan menghentikan semua ini. Kalau kau tidak mau Wellington, kita bisa membuat perusahaan Alford menjadi milik kita. Kecelakaan kecil bisa membuatmu mendapatkan Alford, Angel."
"Ayah, Please..."
"Alford, Russell, Montano atau... Marshall-mu? Tentukan pilihanmu, Angel." Sebelum sambungan telepon diputuskan, Jake berkata, "Jangan lupa, aku masih memegang kunci keselamatan Harletta-mu, Angel."
"Jangan membuatku marah lebih dari ini, Angel."
◦
Di balik pintu, Alfredo berdiri dan mendengarkan percakapan tersebut tanpa ekspresi sedikitpun. Ia melepaskan headset dari telinganya, mematikan recorder yang disiapkannya. Alfredo menghela nafas pelan.
Kemudian ia berjalan kearah ruang depan, menghubungi Max seperti yang diminta oleh pria itu. Ketika Max menjawab telepon, Alfredo berkata, "Jake Prescott sudah bergerak kembali, sir."
Alfredo menoleh ke lorong, dan ia kembali berkata, "Jake Prescott sepertinya berusaha untuk menekan kembali Miss Prescott, tapi saya masih belum mengetahui apa yang sebenarnya mereka bicarakan."
"Kau merekamnya, Al?"
"Iya, Sir. Saya akan mengirimkannya kepada anda siang ini." Sejenak Alfredo berpikir dan kemudian ia berkata, "Apakah saya perlu mengatakan hal ini kepada Tuan Marshall? Beliau pasti akan-"
"Pria bodoh itu tidak boleh mengetahui apapun, Al. Jangan beritahu dia untuk sekarang. Aku akan mencari cara untuk mengatakan hal ini kepadanya." Max menghela nafas panjang dan kemudian kembali berkata, "Awasi Lidya lagi, Al. Jake Prescott pasti akan menghubunginya lagi."
"Baik, sir."
TBC | 26 Juli 2017
Repost | 07 April 2020
V.O.M.M.E.N.T?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top