His Temptress | 21-1
Tidak jauh dari tempat itu, Ewan perlahan berjalan. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan olehnya, ia memiliki dua hal yang diinginkannya. Menghajar Gabe dan juga memeluk pria itu. Ia tidak tahu apa yang baru saja dilakukan oleh sahabatnya itu kepada Lidya, tapi Ewan tidak bisa menyalahkan Gabe karena ia tahu siapa Gabriel Montano.
Ewan berjalan mendekati mereka berdua dan berdehem pelan. Ketika Gabe menatapnya, pria itu tidak bergerak sama sekali kecuali menatap Ewan, kemudian Ewan merasakan rasa aneh di dalam hatinya. Ia merasa hari ini ia mampu tersenyum seperti biasa. "Aku tidak tahu kau begitu mencintaiku, Dude."
"Seseorang harus melakukannya, awalnya aku pikir orang itu adalah Max dan sialnya, Max sepertinya sengaja memberikan posisi itu kepadaku."
"Karena aku selalu berhasil mengendalikan Maxie, iya kan?" tanya Ewan lalu ia tertawa. Perlahan ia berjalan mendekati Gabe dan memeluk pria itu, "Thanks, Man."
"Kau tidak marah?"
Ewan terkekeh dan kembali bertanya, "Kau ingin aku marah?"
"Hell no." Gabe menghela nafas dan mendorong tubuh Ewan. Ia menatap mata hijau Ewan dan bertanya serius, "Bagaimana rasa kopimu pagi ini, Ewan?"
"Sempurna, Gabe."
"Tanpa cacat dan rasa aneh yang selalu kau keluhkan?" tanya Gabe.
"Aku ingin berkata seperti itu." Ewan tertawa dan memasukkan tangannya kedalam saku, mata hijaunya melembut ketika berkata, "Aku tidak tahu kenapa, tapi kopi pagi ini terlalu sempurna untuk dijelaskan dengan kata-kata, Gabe. Kopi ini..." seperti buatannya... Pikiran itu membuat Ewan terdiam kembali.
Sementara itu Zia tidak berani mengatakan apapun, ia tidak berani mengatakan kalau Lidya baru saja masuk ke dalam rumahnya dan membuatkan kopi sempurna yang dimaksud Ewan barusan, tidak setelah apa yang Gabe jabarkan kepadanya. Kini ia tahu, ini semua bukan tempatnya untuk mengucapkan sesuatu.
Mungkin ia bisa membantu Lidya, mungkin juga ia berharap bisa membantu Ewan, namun Gabe benar. Hati Ewan yang sudah dipecahkan tidak akan pernah bisa diperbaiki.
Ketika Zia terdiam, mendadak ia mendengar suatu kalimat yang diucapkan oleh Gabe yang langsung membuatnya mengangkat kepalanya. "Kau mencintainya, iya kan?"
Namun Ewan tidak menjawab.
"Kau adalah pria bodoh dengan hati lembut. Kau sialan, bahkan Ana dan Natalie sempat terpesona denganmu." Gabe tertawa dan menggeleng lalu ia memukulkan kepalan tangannya ke bahu Ewan, "Sebenarnya apa yang kau inginkan darinya, Ewan? Kami bisa saja membantumu."
"Gabe—"
"Jangan pernah berkata tidak membutuhkan bantuan kami, Ewan Wellington." Gabe mengangkat salah satu tangannya di udara untuk menghentikan protes Ewan, "Ayahmu atau siapapun tidak akan ada yang bisa menghentikanmu, Ewan, karena kami tidak akan mengijinkannya."
Ewan terdiam dan Gabe tertawa. "Memangnya kau pikir kami siapa? Kau pikir aku siapa?"
Ketika Ewan tidak mengucapkan sepatah katapun, Gabe menghela nafasnya. Ia memasukkan kedua tangannya kedalam sakunya dan berkata tegas, "Do what you want, Ewan. Kalau dia menghancurkanmu, buat wanita itu mengerti kalau dia tidak akan pernah bisa menghancurkanmu." Gabe memukul dada Ewan dengan kepalan tangannya. "Buat wanita itu mengerti kalau dia tidak akan pernah bisa lari darimu, Ewan. Kau hanya perlu membuat wanita itu mengerti, kalau lari darimu adalah hal termustahil yang bisa dilakukannya."
"Hal itu adalah hal termustahil yang bisa kulakukan, Gabe. Aku tidak akan pernah menunjukkan kelemahanku dan aku tidak akan—"
"Kau tidak perlu mengemis Ewan." Gabe mencengkram bahu Ewan dengan erat, "Kau tidak perlu merendahkan harga dirimu. Dekati dia, pancing dia, buat dia sadar mengenai perasaannya sendiri dan jadikan hal termustahil itu menjadi satu-satunya hal yang paling mungkin kau lakukan, kau bisa menanamkan hal mustahil itu didalam otak-nya, Ewan."
"Gabe..."
"Dan kau selalu pintar dalam memanipulasi orang," lanjut Gabe."Kenapa sekarang kau tidak bisa melakukannya? Memangnya ada yang membuat hal ini berbeda?"
Ewan tidak mampu berkata-kata. Dan disaat seperti itu Gabe mendorong kembali tubuh Ewan sambil berkata, "Ewan Wellington yang aku kenal, bukan pria yang mudah kalah seperti sekarang. Ewan Wellington yang kukenal memiliki rasa tingkat percaya diri yang diatas orang normal. Dan Ewan Wellington yang kukenal..." Gabe tersenyum miring, "Tidak bersedia mendengar kata 'tidak'."
Benar. Ewan tidak pernah ingin mendengar kata tidak. Ewan tidak pernah merasa sefrustrasi ini dalam hidupnya, ia selalu mampu menemukan celah dalam mengalahkan lawannya. Ia selalu mampu berdiri di depan musuh-musuhnya dan bergerak selangkah lebih maju. Itulah bagaimana ia mampu menundukkan beberapa mafia di sekitarnya, dan itulah bagaimana ia bisa menjadikan dirinya yang tidak memiliki apa-apa menjadi satu-satunya pria yang mampu menaklukkan underground dan juga memiliki ratusan klub di seluruh dunia.
Apa yang berbeda? Tadi Gabe menanyakan hal itu kepadanya, dan Ewan tidak bisa menjawabnya. Karena jawabannya yang sebenarnya tidak ada yang berbeda. Tapi kenapa ia tidak bisa berjalan tegak seperti yang diinginkannya?
"Jangan biarkan masa lalu menyakitimu, Ewan. Karena Ewan Wellington yang kami kenal, mampu menaklukkan semua hal yang berdiri melawannya."
Ewan kembali menatap Gabe yang kini tersenyum kepadanya, lalu perlahan pria itu mencengkram kembali bahunya. "Aku tidak peduli dengan wanita itu, Ewan dan aku tidak berbohong mengenai hal itu. Tapi kau mencintainya dan aku peduli mengenai hal itu. Aku tidak akan membiarkan kebodohan kembali menyerang akal sehatmu, Ewan."
"Memangnya apa yang kau katakan kepadanya, Gabe?" tanya Ewan yang mendadak tertarik dengan hal itu.
Ia bisa melihat sahabatnya tersenyum miring dan berkata, "Aku memintanya menjauhimu, aku menyebutnya sebagai sampah masa lalu."
Bukannya marah, Ewan malah tertawa keras dan tahu itu adalah ciri khas pangeran Gabe. Di mana pria itu hanya berlaku manis di depan seluruh orang namun pada aslinya Gabe merupakan perangai yang keras dan memiliki ucapan yang mampu mematikan orang dalam sekejap. "Itu adalah khas dirimu, Gabe. Seriously, kau menyamakannya dengan sampah?"
Gabe tersenyum miring.
"Pergilah,"ucap Gabe pelan seolah berbisik.
Ewan mengangguk, ia berbalik dan berjalan ke arah pintu. Ketika pintu terbuka lebar, Ewan membalikkan tubuhnya dan menatap Gabe untuk sejenak kemudian berkata, "Kau tahu kalau aku mencintaimu bukan?"
"Dan seperti biasanya, aku ingin mengatakan 'hentikan pembicaraan menjijikan ini Ewan Wellington.'" Gabe menggeleng dan mendesah secara bersamaan. "Jangan gila, Ewan. Sekarang bukan saatnya bagimu untuk kembali menjadi Ewan Wellington yang gila."
Ewan terkekeh dan berjalan keluar, sebelum Ewan menutup pintu Gabe memanggilnya hingga Ewan membalikkan tubuhnya. Lalu ia melihat Gabe menatapnya serius dan berkata tegas, "She loves you, Ewan." Gabe terdiam sesaat. "Eventhough she never mention that, eventhough she will deny it till the end of world, I know she still loves you."
"I just need that word, Gabe."
TBC | 08 July 2017
Repost | 19 Maret 2020
V.O.M.M.E.N.T?
HAHAHAHA jadi gini, aku lagi ketik terus aku lupa copas lanjutannya dan udah terlanjur aku publish. Jadinya, aku publish lagi ya jadi '21-1' jangan lupa pasukan komen menyerang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top