His Temptress | 01
Bebas. Mungkin bukan kata yang tepat yang mampu menggambarkan Ewan Marshall Wellington. Pria yang sangat suka bersenang-senang, tidak suka terikat ataupun peduli dengan statusnya sebagai salah satu pengusaha terkaya di Perancis, tidak... mungkin Ewan adalah pemilik NightClub terbesar di Perancis, memiliki ratusan tempat Clubbing hampir di seluruh dunia, tapi Ewan tidak peduli.
Kalau ada yang bertanya mengapa Ewan sangat suka mengoleksi Nightclub padahal ia tidak terlalu membutuhkannya, maka jawaban Ewan akan sama seperti lima tahun yang lalu. Jawabannya mudah... Ewan suka bersenang-senang, dengan memiliki ratusan Club yang tersebar diseluruh dunia maka ia memiliki waktu bagi dirinya sendiri untuk berkeliling dunia, terlebih lagi ketiga sahabatnya berada di belahan dunia yang berbeda.
Jadi bukankah sangat masuk akal bagi Ewan untuk mengunjungi ketiga sahabatnya itu kalau ia memiliki bisnis di seluruh dunia?
Tentu saja keberadaannya tidak di harapkan oleh ketiga sahabatnya. Dimulai dari Aram, Gabe hingga Max, mereka terlalu waras untuk menyukai keberadaan Ewan di sekitarnya-seperti sekarang.
Hari yang cerah ini, Max pasti memiliki schedule yang padat, pria kaku itu pasti akan bertemu dengan client-nya, makan siang dan berusaha memenangkan tender yang menghasilkan ratusan miliar dollar.
"Ayolah, Maxie, kau bisa meluangkan hari ini untukku. Aku sedang berada di Las Vegas, apa kau bahkan tidak bisa meluangkan waktumu untukku?"
Ewan dapat mendengar Max berkata dengan tak acuh, "Aku sibuk untuk bermain denganmu Ewan."
"Menemaniku bukan bermain. Satu jam, Max. Kalau kau tidak mau meluangkan satu jam saja untukku-"
"I'm too busy to babysit you, Ewan."
Lalu Max mematikan sambungan ponselnya sebelum Ewan dapat berkata, "Aku akan membuatmu meluangkan waktu untukku secara paksa, Max." Ewan tersenyum licik dan ia tahu kalau Max tidak memberikannya pilihan, sahabatnya yang satu ini memang selalu menginginkan dirinya turun tangan. Ditolak oleh Max tidaklah menyakitkan karena pria itu memang selalu menolaknya, tapi pada akhirnya mereka semua akan menyerah terhadapnya.
Ewan menekan nomor di ponselnya hingga menyambung ke tempat lain lalu berkata dengan cepat, "Alfredo, aku mau kau memundurkan waktu meeting Maximillian hari ini. Sepertinya dia punya janji meeting di siang hari."
"Kau menyuruhku melawan Maximillian Russell?!"
"Aku hanya menyuruhmu memundurkan waktu meeting, Maxie, bukannya melawannya dengan menggunakan tangan kosong, jelas kau tidak akan mampu, Al. Jangan bodoh."
"Kau yang bersikap bodoh disini, Ewan! Kalau sampai Max tahu aku yang melakukannya, maka aku akan-"
"Dia tidak akan tahu."
"Oh yeah, dia tidak akan tahu kalau kau baru saja menugaskanku untuk masuk ke dalam system operasi perusahaanya, mengganti jadwalnya pada computer sekretarisnya, mengubah jadwal temu dengan perusahaan Client, kau benar-benar berpikir kalau Max tidak akan tahu, iya kan?"
Ewan bersiul sambil duduk di kursi yang terdapat pada hotel yang ditempatinya,"Jangan sarkastik begitu, itu hanya pekerjaan kecil."
"Kecil bagimu dan kepalaku taruhannya."
"Aku pastikan kepalamu masih menempel, Al. Jangan takut begitu, aku merekrutmu dari tempat militer Inggris bukan karena ingin melihat sisi lembekmu itu. Pokoknya lakukan saja yang kusuruh." Setelah mengatakan hal itu, Ewan langsung memutuskan sambungan teleponnya dan tertawa girang.
Max akan marah, dan Ewan selalu mampu lari dari amarah sahabatnya itu. Ia akan mengajak Max pergi ke casino milik Max di Las Vegas, bermain keberuntungan di sana dan mungkin saja mereka dapat membawa pulang salah satu wanita tercantik di sana.
Ia tidak sabar lagi melihat emosi di wajah Max, tidak ada yang lebih menarik daripada itu. Ewan bosan karena tidak memiliki teman yang bisa dipermainkannya, Aram sudah menikah dan bahagia, Gabe juga telah melakukannya, begitupun dengan Max.
Ewan masih tidak mengerti kenapa para sahabatnya bertekuk lutut kepada wanita, bukankah mereka sudah sepakat untuk melajang? Ia menghela nafas panjangnya dan mengusap rambutnya dengan kesal, "Aku tidak mengerti kenapa mereka memilih untuk menikah ketika mereka bisa bebas."
Pernikahan ibunya tidak berakhir dengan bahagia, dan karena itulah Ewan tidak ingin menikah. Mungkin bukan karena ia tidak mempercayai wanita, tapi karena Ewan tidak percaya akan akhir yang bahagia-just it.
Mendadak ponselnya berdering dan Ewan mengangkatnya dalam hitungan detik. Ia tersenyum ketika mendengar Alfredo berkata, "Sudah selesai. Kau harus menjamin hidupku masih utuh Ewan, setelah ini. Setidaknya dua puluh empat jam sejak aku meninggalkan kantor."
"Aku akan memastikan kau masih hidup sebulan sejak kau meninggalkan kantor, Al. Jangan berlebihan, Maxie tidak akan membunuhmu."
Alfredo mendengus dan berkata lagi, "Meeting sudah dibatalkan sampai siang, tapi tadi aku melacak ponsel Max dan dia tidak berada di kantornya, Ewan. Kau serius dia berada di kantor?"
"Terakhir kali aku menghubunginya, dia masih berada di kantornya. Seharusnya dia-" Ewan menepuk keningnya dan menggeram, "Sialan kau, Maxie."
"What happened?"
"Aku harus menghubunginya, bye, Al."
Ewan langsung menutup ponselnya dengan cepat dan menghubungi Max yang disambut pada dering ketiga. Ia mengernyitkan alisnya dengan kesal, "Kau di mana Maxie? Kau tidak berada di kantormu?"
Ada dua atau tiga patah kata yang diharapkan Ewan akan di ucapkan oleh Max tapi bukan hal menyebalkan seperti sekarang, "Aku tidak sebodoh itu dengan membiarkanmu mengganggu hariku yang damai, Ewan."
"Really, Maxie?"
"Aku akan menghabiskan waktuku hingga siang dengan istriku, dan kau tidak akan menggangguku, Ewan."
"Satu jam?"
"Shut up, Ewan."
"Fine, aku selalu di buang oleh semua temanku setelah kalian menikah," gerutu Ewan kesal, "Kalian semua menyebalkan, terkutuk kalian dengan kehidupan after marriage kalian!"
Dari seberang sana Ewan bisa mendengar kalau Max mendengus kencang seolah tidak setuju dengan perkataannya. "Cari wanita yang bisa mengurus hidupmu, Ewan, dan kau akan tahu kebahagiaanku sekarang."
"Fuck you, Maxie."
°
Ewan tidak suka terikat, ia tidak ingin jatuh cinta. Walaupun setiap kali ia berjalan kesatu tempat seluruh wanita akan memandangnya dengan kagum, atau dengan senang hati merenggangkan kaki mereka untuk memuaskannya, menjeratnya dan menyeretnya ke depan altar. Fuck, no!
Ia tidak akan menikah. Never.
Ada apa dengan hubungan satu malam? Bukankah itu lebih menggairahkan dibanding mencicipi wanita yang sama setiap malamnya? Dan ia masih tidak mengerti kenapa Maxie malah menyuruhnya untuk mencari wanita, sedangkan tidak ada wanita yang bisa benar-benar membuatnya hilang akal. Wanita seperti itu tidak ada, karena cinta hanya ilusi tak kasat mata yang membuat otakmu tidak berfungsi dengan baik, membuat jantung dan selangkanganmu berubah menjadi bodoh.
Persetan dengan cinta!
Ewan memasuki MGM Grand-salah satu tempat nightclub terbaik yang dimilikinya di Las Vegas. Tempat ini di sebut sebagai Sins City dan entah kenapa ucapan itu malah mampu membuat Ewan tersenyum lebar.
Ketika langkahnya mulai memasuki lorong bartender dan mengambil satu minuman di atas meja dengan sikap tak acuhnya, Eugene-salah satu kepala penjaga di MGM Grand-menahan bahunya. "Ada masalah, Gene?"
"We have serious matter, sir." Eugene menghentakkan kepalanya kesalah satu ruang office yang berada di sisi lain MGM Grand. "Come."
Ewan menghentakkan tangan Eugene dengan mudah dan mengendikkan bahunya, "Jangan bodoh, aku akan bersenang-senang malam ini, Gene, kau lakukan apa yang harus kau lakukan. Aku tidak ingin masalah kecil menggangguku."
"Walaupun ini berkaitan dengan pihak underground, Ewan? I told you, kita memiliki masalah yang serius di sini. Pihak underground Italia tidak setuju untuk bekerja sama dan mereka malah membuat keributan dengan menghancurkan keluarga Brook. Kau harus melakukan sesuatu."
"Dan keluarga Brook memintaku untuk turun tangan, Gene?"
"Tidak. Mereka berkata segalanya akan baik-baik saja, dan tidak ada yang harus dikhawatirkan tetapi bukan itu masalahnya, Ewan! Kita harus membuat pihak-"
Ewan mengangkat sebelah alisnya, ia tersenyum namun tidak benar-benar tersenyum dan Eugene adalah kepala penjaga MGM Grand yang telah mengabdi kepada Ewan hampir empat tahun dan membuatnya mengerti apa yang diinginkan dan apa yang sedang dipikirkan oleh atasannya itu.
"Kau tidak akan membantunya, Ewan?"
"Brook berkata tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Gene. Maka jangan khawatirkan," jelas Ewan dan ia tersenyum kepada Eugene dengan wajah poker face-nya, "Dan ketika Brook mengatakan tidak sanggup untuk bertahan, kau tahu apa yang harus dilakukan bukan?"
"Habisi?"
"Seluruh keluarganya."
"Bagaimana dengan-"
Ewan mengangkat sebelah alisnya dan menjawab dengan nada serius,"Aku bilang habisi tetapi aku tidak pernah memintamu untuk membunuh. Orang yang memiliki harga diri seperti mereka tidak boleh merasakan kenikmatan karena mati dengan cepat, Gene. Habisi secara perlahan-lahan, buat dia merasakan apa yang dirasakan Brook kepadanya setelah itu buat pihak mereka menyerah dengan cara yang tidak pernah mereka bayangkan. Kau mengerti?"
"Sangat jelas, Sir."
Lalu Ewan membalikkan tubuhnya dan melambaikan tangannya keatas seolah mengucapkan selamat tinggal kepada Eugene. Ewan bukan orang yang jahat tetapi dia juga bukan orang yang lemah, sahabatnya mungkin menganggap ia adalah orang yang lembut, suka bercanda dan mengganggu.
Tetapi bukan hanya itu, Ewan suka mendominasi dan ia tidak suka jika seseorang berusaha mendominasinya. Untuk ini saja yang tidak akan dibiarkan Ewan. Pihak Underground Italia adalah pihak yang sangat keras peraturannya. Ewan berhasil menguasai pihak Underground di Jepang dan Rusia, dan ia membutuhkan satu Negara lagi-ia menginginkan Italia.
Bilang saja dia terlalu berlebihan, tapi Ewan tidak peduli. Bukankah sekali seorang pria mengenal sesuatu yang memacu adrenalin maka ia tidak akan pernah melepaskannya atau menyesal? Karena itu Ewan tidak akan menyesal.
Menaklukkan pihak underground yang diwaspadai oleh CIA dan pemerintahan sangat patut di perjuangkan. Bukan begitu? Ini adalah olahraga kedua yang paling menarik dibanding mengganggu sahabatnya...
Vote for Bachelor? 1k?
TBC | 08 April 2017
Repost | 27 February 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top