96


"Papa, tu es venu à la maison (Papa, kau kembali)"

Ewan mendengar suara merdu itu dan seketika ia ingin menangis. Ini Lucas... Lucasnya...Anaknya yang seharusnya telah tiada. Ia melepaskan pelukannya, menatap erat-erat kedalam manik anak itu dan menyadari matanya bisa berubah warna seperti dirinya. Matanya seterang biru dan ketika meredup berubah menjadi hijau seperti dirinya.

"Petite...me connais-tu?"

"Oui, Papa"

"Tu peux parler francais, petite."

"Tu me manques papa. tu ne me manque pas?"

Tentu saja Ewan merindukan puteranya, dan ia melihat betapa hancur Dee ketika mengatakan bahwa Lucas telah tiada. Ewan menamakannya Lucas, sang cahaya, pembawa terang dalam hidupnya yang kelam. Ewan menamakannya Lucas, karena Lucas merupakan serpihan jiwanya yang rusak dan di kumpulkan Dee hingga menjadi utuh.

Perlahan Ewan menarik nafasnya, melihat baik-baik kemiripannya dengan anak tersebut. Jarinya mengusap pipi halus Lucas, merasakan serta menyadari bahwa anak itu benar-benar nyata. "Lucas, Papa menjemputmu pulang. Tentu saja papa merindukanmu..."

Kemudian ia memeluk anak itu dan mendengar Lucas berkata pelan, "Kakek tidak berbohong. Katanya, jika aku menjadi anak baik, Sinterklaus akan mendengarkan permohonanku dan memberikan apa yang aku inginkan."

"Papa dan Mama adalah apa yang aku inginkan..." lanjut Lucas.

Dan jawaban singkat itu cukup membuat Ewan menggendong Lucas dengan perasaan membuncah. Sementara Lucas memeluk leher Ewan dengan tangan kecilnya, tidak ingin melepaskannya.

Ketika berjalan keluar dari rumah itu, Ewan melihat Eugene tengah berjalan kearahnya dan terlihat sangat terkejut karena melihat Ewan menggendong seorang anak laki-laki. Eugene terdiam dan mengernyitkan alisnya dalam-dalam, berusaha mencerna informasi apapun yang ada di benaknya.

Saat Ewan ingin mengucapkan sesuatu, Eugene langsung mengangkat tangannya dan berkata, "Biarkan aku memproses informasi." Lalu Eugene melihat kearah anak kecil tersebut dan berbisik, "Jangan bilang...kalau dia Lucas?"

"Kau mengetahuinya?" Tanya Ewan

"Damn it, NO! Tapi...wajah anak itu terlihat sepertimu Ewan. Dan—"

"Eugene, berhenti mengumpat di depan puteraku!" Ewan dengan tegas memberikan ultimatum karena Lucas tidak boleh mendengar ucapan kasar apapun. Ewan menapa kearah Lucas dan berkata lembut, "Petite, dia adalah Paman Eugene." Ketika anaknya tersenyum manis, Ewan berbisik pelan. "Paman Eugene adalah salah satu orang kepercayaan papa. Dan kalau marah dia menyeramkan, jadi jangan membuatnya marah, Petite."

Lucas terkekeh sambil mengangguk. Ia menatap Eugene yang masih bingung dan berkata, "Oncle Eugene. je m'appelle Lucas."

Bagi Eugene, hidupnya hanya di dedikasikan untuk senyum Ewan tidak perduli apa yang harus di korbankannya. Karena ketika ia terpuruk hanya Ewan seorang yang mengulurkan tangan kepadanya, bersikap layaknya saudara, bersikap layaknya teman. Tidak akan ada lagi saudara seperti Ewan, dan Eugene telah bersumpah akan memastikan saudaranya itu bahagia. Ia merasa gagal karena Lidya meninggal dan Ewan terpuruk, tapi sekarang Eugene bisa melihat sedikit kebahagiaan yang terpancar dari mata Ewan.

Lucas adalah penerang hidup Ewan, Dan kali ini Eugene akan memastikan kebahagiaan ini akan berlangsung lama. "Mobil sudah siap, kita akan kembali ke kediaman." Ucapan Eugene mengundang kekesalan di wajah Ewan. Pasalnya Ewan masih ingin bermain dengan puteranya itu, sebelum Ewan mengucapkan kalimat menusuk lainnya, Eugene berjalan membuka pintu dan berkata, "Sekarang sudah jam tidurnya Lucas, dan kau memiliki setumpuk kerjaan yang harus kau bereskan sebelum malam, Ewan. 57 dokumen kerja sama yang harus kau baca."

Setelah Ewan memasukkan Lucas ke dalam mobil. Ia menutup pintu mobil, sebelum membuka pintu untuk dirinya sendiri. Ewan berkata, "Fuck you, Gene!"

Eugene tersenyum.

"Di larang mengumpat Ewan." Ketika Ewan membuka pintunya, Eugene berkata, "Kau harus belajar menjadi papa yang baik untuk petite." Ejekan itu berakhir dengan pintu Ewan yang ditutup dengan kasar.

*

Begitu sampai, Alfred membukakan pintu dan tersenyum ketika melihat Lucas yang terlihat begitu mirip dengan Ewan ketika muda. Pria tua itu tersenyum dan mengulurkan tangan kearah Lucas,"Saatnya ada istirahat, Tuan Lucas..."

Lucas menggenggam tangan Ewan dan menggeleng kearah Alfred. "Je veux rester à côté de papa." (Aku masih ingin bersama papa). Perlahan Alfred menepuk puncak kepala Lucas dan berkata, "Ayah harus bekerja, dan Lucas harus tidur siang. Setelah tidur siang, kakek tua ini akan menyiapkan makan malam untuk kalian berdua, dan kau bisa bersama dengan ayah. Bagaimana?"

"Mais..." (Tapi...)

"Lucas, ayahmu memiliki setumpuk pekerjaan. Dan—"

Sebelum Eugene menyelesaikan ucapannya, Ewan langsung menggendong Lucas, mengusap puncak kepalanya dengan lembut. "Aku masih bisa mengerjakan pekerjaanku sementara Lucas tidur di sofa." Ewan menatap Lucas dan mengecup pipi montok anak itu dan bertanya, "Tapi tidur di sofa belum tentu nyaman, Luke. Est-ce que ça va aller?"

"ça va aller, papa."

"Kalau begitu kau rapikan saja sofa di ruang kerjaku, Alfred. Berikan dia bantal dan seprai hangat karena udara agak dingin di sana. Letakkan sofa kecil itu di samping meja kerjaku."

Lalu Ewan berjalan kearah ruang kerja sebelum masuk Ewan berkata kepada Alfred. "Lucas tidak suka paprika, jangan masukkan apapun yang berbau paprika Alfred. Dan buatkan pizza sebagai penutupnya." Tadi di mobil Ewan menanyakan semua yang tidak disukai dan apa yang di sukai anak itu. Ewan menatap Lucas sambil tersenyum lembut. "Kau ingin topping apa, Luke?"

"Beaucoup de viande et de fromage, papa!"

"Siapkan apa yang Lucas inginkan, Alfred," ucap Ewan lembut.

"It's my pleasure, Sir."Setelah mengucapkan itu Ewan menutup pintu kerjanya dan meninggalkan Alfred serta Eugene di ruang depan. Sebelum Eugene sempat pamit, Alfred menatap kearah Eugene dan menunduk dalam-dalam di hadapan pria itu. Lalu berkata, "Terima kasih telah membawa kebahagiaan Tuan muda kembali, Mr. Eugene."

"Jangan begitu Alfred." Eugene langsung mengelus lengan Alfred lembut. "Aku belum mendapatkan wanita itu kembali, Al. Dia belum sepenuhnya bahagia..."

"Dia bahagia, Sir. Seperti apapun bentuknya, Tuan muda kini memiliki alasan untuk bertahan. Dan ini juga merupakan kebahagiaan." Alfred menatap ruang kerja yang tertutup dan menoleh kearah Eugene kembali. "Nona Lidya akan kembali, tidak peduli seperti apa bentuknya dan sekeras apapun, jika mereka di takdirkan bersama maka dia akan kembali..."

"Kita akan berusaha, Al."

"Jangan berusaha terlalu keras, Mr. Eugene." Alfred menepuk lengan Eugene pelan dan berkata seperti seorang ayah. "Jika kau menggenggam terlalu erat sebuah pisau, kau akan menyakiti dirimu sendiri. Jangan berusaha terlalu keras, jangan menggenggam terlalu keras, biarkan rasa sakit itu menggiringmu pada sebuah kekuatan untuk membuatmu bertahan. Inilah hidup yang harusnya kau jalani setelah kehilangan, bukan?"

"Al..."

Alfred menepuk tangannya beberapa kali dan mendatangkan beberapa pelayan kehadapannya. Ia langsung memberikan perintah tegas kepada masing-masing pelayan tersebut. "Tuan Lucas akan tinggal bersama kita selama beberapa hari. Kunci pintu selatan. Jangan biarkan siapapun masuk kecuali atas perintahku. Tuan Eugene, Tuan Lucas dan Tuan Marshall akan tinggal di mansion utara. Segera bereskan dan aku ingin semuanya beres sebelum Tuan Marshall selesai bekerja. Kalian mengerti?"

"Dan kunci pintu ruangan Tuan Marshall yang ada di tengah. Jangan biarkan dia masuk ke dalam ruangan itu lagi."

"Baik," jawab seluruh pelayan dan mereka segera melakukan apa yang di perintahkan. Seluruh pelayan tidak ada yang mengetahui mengenai ruangan terlarang bagi Ewan, hanya Alfred saja yang mengetahuinya. Dan kali ini Alfred tidak akan membiarkan Ewan kembali terpuruk hanya karena memasuki ruangan itu, ruangan itu memang seharusnya di kunci sejak dulu dan tidak ada yang boleh kembali masuk, termasuk Tuan Marshall.

Perlahan Alfred menoleh kearah Eugene dan berkata, "Apakah kau tidak seharusnya kembali ke istrimu, Tuan Eugene?"

Eugene mengepalkan tangannya di samping tubuhnya. Memang seharusnya ia kembali ke Yunani untuk menemani Harletta, seharusnya ia melakukan hal itu seperti yang selalu ia lakukan. Tapi kali ini, ia belum bisa membiarkan Ewan sendirian. Sambil menahan pedih yang perlahan-lahan menyeruak keluar, Eugene berusaha tersenyum."Aku selalu mendapatkan berita dari Terry, Al."

Ia tidak bisa meninggalkan Ewan. Tidak ketika saudaranya itu tengah berduka... Dan Eugene tahu, jika ia yang berada di posisi Ewan pria itu juga tidak akan meninggalkannya demi alasan apapun. Jadi inilah keputusan Eugene.

*

Secangkir kopi hangat dan senyum Dee di ruang kerja adalah dua hal yang harus ada ketika Ewan bekerja. Namun melihat senyum nyaman Lucas yang bergelung di dalam selimut, menyempurnakannya. Senyum anak itu membuat Ewan bersemangat menyelesaikan semua pekerjaannya hingga ia bisa makan malam bersama Lucas.

Ewan melihat pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 15.30 lalu mendadak mendapatkan suara Eugene masuk sambil berkata,"Kau masih memiliki waktu 3 jam lagi untuk menyelesaikan pekerjaanmu sebelum jam makan malam."

"Kalau tidak ada Lucas, aku bisa saja menembakmu sekarang juga, Gene."

"Aku sudah biasa tertembak, kau lupa dari mana aku berasal?" Eugene maju dengan membawa beberapa berkas di hadapan Ewan. "Ini dari kantor pusat kita di perancis. Kau harus menandatangani semuanya."

"Apa ini?"

"Ada laporan keuangan, beberapa dokumen kerjasama yang sudah kubuat dan harus kau tanda tangani." Eugene menjelaskannya satu persatu dan membuat raut wajah Ewan berubah pias. "Kau pikir keabsenanmu selama satu bulan tidak mengubah apapun? Semua sudah kujalani, saham stabil, pelanggan tetap merasakan alcohol yang terjamin. Tapi kau tetap memiliki pekerjaan untuk memonitor semua cabang nightclub, Ewan."

"Kenapa aku bisa memiliki nightclub sebanyak ini??" Tanya Ewan sambil membuka beberapa berkas yang di tunjukkan Eugene.

Eugene mendengus. "Salahkan saja keinginanmu dulu untuk menguasai nightclub dan underground di dunia. Sekarang kau terima konsekuensinya."

"Kau memang teman yang sialan, Gene. Aku akan memastikan untuk memberikanmu share holder dan kau akan menjadi penggantiku untuk melakukan semua ini." Ewan memincingkan matanya dan berkata," Aku pastikan dalam beberapa bulan ini pekerjaanmu akan bertambah. Suatu saat nanti, pekerjaanku adalah pekerjaanmu, Gene."

"Demi Dewa dewi di seluruh dunia yang kupercayai, jangan lakukan itu, Boss. Aku sudah sangat senang dan bersyukur lahir batin hanya dengan gaji yang kau berikan."

"Oho, kita lihat saja nanti. Sekarang kau jelaskan padaku mengenai laporan keuangan di Perancis dan Italia. Aku ingin melihat saham dan penjualan perharinya, dan siapkan laporan mengenai Underground kita yang di Hongkong."

"Aku akan menyiapkannya dalam 20 menit. Simon akan mengirimkan email hasil CCTV dan bukti yang di lakukan para Underground tersebut." Eugene mengecek ponselnya. "Samuel sedang melakukan penyelidikkan. Katanya ada sesuatu yang terjadi di kantor kita yang di Jepang."

Ewan mengangkat kepalanya dari tumpukan dokumen sambil mengernyitkan alisnya. "Apa kita juga harus menyusul Sam? Dia kelihatan berbahaya kalau—"

"Percayalah, Samuel tidak lebih berbahaya darimu, Ewan. Dia lebih bisa membunuh orang tanpa harus menyiksa mereka terlebih dahulu."

Ewan mengendikkan bahunya dan kembali melihat laporan keuangan yang ternyata dalam sebulan ini telah menghasilkan keuntungan yang membuatnya menjadi salah satu pria terkaya di dunia, bahkan pendapatannya berhasil menggeser kedua sahabatnya, Max dan Aram. Berulang kali Ewan mengedipkan matanya dan ia menatap kearah Eugene. "Laporan ini, benar?"

"Kau bisa mengeceknya di rekeningmu. Aku belum mengambil bagianku."

"Aku kaya?"

"Memangnya kau pernah miskin?"

Ucapan Eugene sebenarnya keterlaluan, karena dulu ketika lari dari rumah dan memutuskan hubungan dengan ayahnya ia pernah menjadi miskin. Ya walaupun Ewan tidak pernah semiskin itu memang. Ia masih mendapatkan uang tunjangan yang di anggap ayahnya sebagai 'Uang kewajiban', tetapi tetap saja bagi Ewan ia pernah merasakan miskin.

Dan ucapan frontal Eugene sebagai personal Assistantnya sebenarnya bisa membuat Ewan memecatnya. Tapi alih-alih melakukan itu, Ewan malah tertawa, karena yang berani melawannya hanyalah kedua sahabatnya dan Eugene. Hanya mereka yang benar-benar melihat Ewan apa adanya. Dan untuk itu, Ewan tidak memecat Eugene.

"Siapkan laporanku, Gene. Aku ingin pekerjaanku cepat selesai."

TBC | 3 April 2019
Repost | 19 July 2020

Bagaimana hari kalian setelah membaca Ewan dan Lucas?

Jangan lupa V. O. T. E. M. E. N. T 😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top