102


I want you back, I want you in my arm, once again. 

–Ewan Marshall Wellington.

Pulang.

Ewan tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia harus pulang segera mungkin walaupun ia harus pulang dengan pesawat Ekonomi sekalipun, Ewan tidak peduli. Kalau memang benar Lidya masih hidup, Ewan tidak punya waktu untuk membuang waktu lebih lama lagi. Ia memasukkan ponsel ke dalam saku dan berjalan cepat meninggalkan Kelab-nya.

Di luar gedung, Ewan melihat Simon sudah menyiapkan mobil. Ia bisa melihat senyum Simon kearahnya. "Aku akan mengantarmu ke bandara. Peter sudah menunggumu disana."

"Aku bahkan belum memberikan perintah apapun," ucap Ewan ketika masuk kedalam mobil. "Darimana perintah itu berasal?"

"Russell menyuruhku berjaga-jaga kalau kau mendadak kehilangan akal sehatmu dan ingin pulang dengan baling-baling bambu, sementara Eugene sudah menyiapkan pesawat karena dia tahu pesawat ekonomi untuk ke Las Vegas sudah penuh dan Eugene tidak mau kau membuat keributan di Hongkong lalu menyuruhnya untuk menyelesaikan semua keributan itu."

Ewan mendengus.

"Seperti aku bisa melakukan hal gila disini," bantah Ewan.

"Well, tahun lalu kau menyuruhku untuk melakukan hack ke salah satu maskapai agar mereka tidak bisa menjalankan penerbangan sehingga mereka rugi besar. Kau melakukan hal itu karena mereka tidak mau menyewakan satu pesawat untukmu saat perjalanan kita menuju Yunani."

"Aku tidak tahu kalau kau mengingat hal itu dengan baik, Simon."

"Aku bahkan punya sejumlah list lainnya kalau kau mau mendengarnya." Simon mengejek Ewan dengan matanya melalui kaca spion dan melihat Ewan mendengus kesal. "Peter sudah menyiapkan semuanya, barang-barangmu akan kubawa beberapa hari lagi setelah meeting selesai."

Ewan tidak menjawab.

"Eugene, aku dan Thomas akan mengurus meeting dan permasalahan dengan Hong Tan, kau tidak perlu memikirkan apapun selain pulang kerumah. Kau mengerti?"

"Hm..."

"Kau akan langsung pulang kerumah, Ewan. Ini perintah langsung dari Maximillian Russell dan Eugene. Kau tidak akan mau melihat mereka meminta Fenton untuk menculikmu. Percayalah, kau tidak akan suka."

"Damn it! Aku akan langsung pulang kerumah, puas? Lagipula aku bos kalian disini, how dare you to command me, huh?" Ewan mendengus kasar, jemarinya mengetuk-ketuk jendela dengan tidak sabar. "Lidya masih hidup, Simon. Aku ingin—"

"Aku akan mencari dimana dia berada. Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, aku sudah mengirim beberapa orang untuk melacak keberadaan Lidya."

Sebelum Ewan sempat mengatakan apapun, kendaraan telah berhenti. Sebelum melangkah keluar ia berkata tanpa melihat kearah Simon yang tengah menatapnya melalui kaca spion. "Thanks for always being here for me."

"Kami yang seharusnya berkata begitu Ewan. Take care, boss."

Saat pintu tertutup, Simon menatap kepergian Ewan melalui kaca penumpang dan tersenyum kecil. Tidak ada yang tidak akan mereka lakukan untuk Ewan, selama atasannya itu bahagia Simon akan melakukan apapun. Bukan karena loyalitas, semua gaji yang diberikan Ewan hanyalah kamuflase. Pada kenyataannya Ewan tidak memberi hanya sekadar gaji, pria itu memberikan lebih dari yang mereka harapkan. Pria itu memberikan kehidupan.

Ewan mengangkatnya menjadi Staff Executive hanya untuk mengambil alih kenyataan bahwa sebenarnya Simon kabur dari kejaran pihak pemerintahan Rusia yang memaksanya untuk menjadi salah satu bagian dari tim mereka.

Kalau bukan karena Ewan yang membantunya dengan menjadi tameng, mungkin saat ini Simon sudah di hancurkan oleh pemerintah Rusia dan dipaksa menjadi salah satu bagian mereka seperti yang terjadi oleh kakaknya lalu berakhir dengan tragis. Simon tidak menginginkannya.

Masih tenggelam dalam pemikirannya, ponselnya mendadak berdering dan ia langsung mengangkatnya saat melihat ID Caller. "Ada apa Eugene?"

"Apa dia sudah berangkat?"

"Yeap. Aku sudah mengantarnya ke bandara. Peter mungkin sudah menjemputnya didalam," jelas Simon. "Apa Lidya bersama dengan Luca? Dan bagaimana keadaannya?"

"Everything is under control. Jangan khawatir, untuk sementara kau dan Thomas akan menjadi pengganti Ewan disana sampai aku tiba. Kau mengerti?"

"Kapan kau tiba?"

"Mungkin tengah malam, aku pasti sudah tiba untuk menghadiri meeting besok. Jangan khawatir." Jelas Eugene. Lalu," Apa kau sudah menghapus record data otopsi yang dikirimkan oleh Terry?"

"All done."

"Thanks, man."

Setelah mengucapkan hal itu Eugene langsung memutuskan sambungan telepon, sementara Simon langsung menghidupkan kendaraannya dan bergegas kembali ke Kelab seperti yang sudah direncanakannya.

*

"Mr. Wellington, kami sudah menunggu anda."

Para kru pesawat menyapa Ewan dan mempersilahkan Ewan untuk masuk ke cabin pesawat. Ewan yang pikirannya tidak fokus hanya mengangguk dan mengikuti arahan para Kru pesawatnya. Setelah duduk di kursi Ewan langsung mengambil ponsel dan menghubungi satu-satunya pria yang mengetahui kebingungan yang mendadak dialaminya.

"Aku bahkan tidak tahu kenapa aku menghubungimu, Gene. Kau berhutang banyak penjelasan padaku," ucap Ewan. "Sudah berapa lama kau menipuku?!"

Dari seberang telepon, Ewan bisa mendengar suara tawa Eugene dan membuatnya bertambah kesal. "Keparat kau Gene, harusnya aku tahu ada sesuatu yang tidak beres saat kau menolak ke Hongkong kemarin!" Ketika Eugene masih tertawa, Ewan menyipitkan matanya. "Apa Max yang menjadi dalang semua ini?!"

"Well, sebenarnya Robert adalah dalang semua ini."

"Ro—My father?"

"Iya Ewan. Menurut kartu keluarga Wellington yang terdaftar di pemerintah, Robert Wellington adalah ayahmu. Jadi kalau kau tanya Robert adalah ayahmu atau bukan, jawabannya iya."

"Are you fucking kidding me? Pria tua itu tidak akan pernah mau membantuku, dia sangat ingin menghancurkanku."

"Iya Ewan. Aku mengerti. Tapi itu kejadian sebelum Robert menyadari bahwa tindakannya sudah menyakitimu dan juga ibumu. You know what? Penyesalan memang selalu datang terlambat. Dan kau mau tahu apa yang lebih lucu lagi?"

"What?"

"Pria yang mengharapkan kehancuranmu selama bertahun-tahun, malah jadi orang yang menyelamatkan orang yang kau anggap penting." Eugene tahu kalau Ewan tidak mengerti maksudnya, dan Eugene langsung berkata,"Robert adalah orang yang menemukan Lidya dan membawanya ke Tjandrawinata. Bisa kau bayangkan hal itu? Pria tua itu memohon kepada Thalia Tjandrawinata untuk membantunya menyelamatkan Lidya—"

"Gene—"

"—untuk dirimu, Ewan. Bisa kau bayangkan hal itu?"

Tidak. Tentu saja tidak, dalam mimpi terliarnya sekalipun Ewan tidak akan berani bermimpi bagaimana ayahnya rela melakukan hal itu untuk dirinya dan kini ketika Eugene memberitahukan hal yang dulu sangat diinginkannya, Ewan tidak bisa mempercayai pendengarannya.

Ewan ingin mengatakan 'tidak' kepada Eugene namun ia merasa lidahnya kelu. Jadi ia hanya diam dan membiarkan Eugene yang mendominasi percakapan.

"Robert tidak bermaksud mendapatkan maaf darimu untuk apa yang telah ia lakukan, Ewan. Tapi dia tahu, bahwa dengan membawa kembali Lidya adalah satu-satunya cara untuk melihatmu kembali hidup." Ewan tidak menjawab. "Dia bahkan memintaku untuk tidak pernah memberitahumu. He said that he didn't deserve that."

Ewan masih terdiam.

"Bukankah sudah waktunya untukmu bahagia, Ewan? Terlebih lagi saat kau sendiri tahu bahwa kau tidak benar-benar membenci ayahmu. Kau marah, aku mengerti. Tapi benci? Aku rasa tidak."

"Kau tidak mengerti apapun, Gene—"

"Iya, aku memang tidak akan pernah mengerti. Tapi Ewan, kalau boleh kuingatkan, kau memiliki ratusan akses untuk menjatuhkan ayahmu selama lima tahun terakhir dan kau tidak pernah menggunakannya. Kau hanya sekali menggunakan kekerasan kepadanya, hanya ketika itu menyangkut Lidya. Remember?"

"That's not the point," sanggah Ewan berusaha menyakinkan dirinya sendiri.

"Kalau kau tidak bisa melakukan hal itu untuk dirimu, setidaknya lakukan hal itu untuk Luca. Kau berhak membenci ayahmu setelah apa yang dilakukannya selama ini, aku mengerti. Tapi Luca juga berhak untuk mencintai ayahmu sebagai kakeknya."

Eugene yakin Ewan masih mendengarnya walaupun tidak merespon, jadi Eugene berusaha mengucapkan kalimat terakhir yang pasti akan membuatnya dipecat oleh Ewan Wellington. "Cukup masa kecil Luca saja yang hilang, jangan kau ambil lagi kesempatannya untuk memiliki keluarga besar yang bahagia. Jika kau tidak bisa memaafkan Robert Wellington seperti yang kau yakini, maka berbohonglah seumur hidupmu didepan Luca. Anak itu berhak bahagia. Setidaknya Lidya pasti mengharapkan hal yang sama."

Setelah itu Eugene mematikan ponselnya, membiarkan Ewan memikirkan kembali apa yang baru saja di katakannya. 

TBC | 24 Jan 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top