101

Hongkong, 10.00 A.m

"Seperti yang kita lihat, ada beberapa kerusakan di pusat. Beberapa orang yang dicurigai sebagai mata-mata di Hong-Tan Club sepertinya mengetahui bahwa Mr. Wellington sangat jarang menghabiskan waktu di Hongkong. Dan beberapa underground dari keluarga Fang mulai menunjukkan taringnya."

"Tapi kita seharusnya—"

Meeting yang di adakan telah berjalan sekitar 15 menit dan sudah selama itu juga otak Ewan tidak bisa berpikir jernih. Seharusnya saat ini yang menghadiri meeting ini adalah Eugene sebagai tangan kanannya, tapi pria itu menolak dengan alasan ada hal penting yang harus diselesaikannya di Manhattan. Jelas tidak masuk akal.

Ewan mendongakkan kepalanya ketika mendengar seseorang membuka pintu, lalu melihat Simon masuk kedalam bersamaan dengan ponsel di tangannya. "Telepon untukmu."

"Lalu kenapa hidungmu memerah?" Tanya Ewan bingung.

"Karena aku terkena serbuk hujan!" Simon menarik nafasnya dalam-dalam dan memberikan ponsel tersebut kepada Ewan. "Ini urgent, cepat di angkat."

"Hujan tidak memiliki serbuk Simon, sebenarnya apa yang sedang terjadi?"

"Ewan, telepon ini memiliki tingkat ke-urgent-an yang sangat tinggi. Blue Code dari Amerika, kau tidak mau mengangkatnya?" Tanya Simon sedikit kesal karena Ewan masih juga tidak memegang ponsel yang sedari tadi di ulurkannya. "Damn it, pick up the phone, Boss!"

Dengan malas, Ewan mengambil ponsel tersebut dari genggaman tangan Simon. Lalu menempelkannya ke telinga kanannya, dengan nada datar ia bersuara, "Wellington. What's your problem?"

Tidak ada jawaban.

"Hallo?"

Sambil mengernyit Ewan kembali bertanya, namun tidak ada jawaban. Akhir-akhir ini kesabaran Ewan menipis dan siapapun orang yang berani menghubunginya sudah membuang waktunya. "Dengar, aku tidak suka membuang waktuku untuk orang bisu. Mengerti?"

Setelah Ewan mematikan sambungan telepon, ia mengernyitkan alisnya kearah Simon. "Dan aku akan memotong gaji-mu kalau berani menggangguku dengan hal bodoh seperti ini, Simon."

"I swear di depan nisan anjingku Coco, kalau telepon ini bukan hal bodoh Ewan!" Simon melihat ponsel ditangannya dan mengernyit bingung. "Aku yakin kalau ini dari—"

"I swear di depan para executive kalau aku akan memotong gajimu bulan ini kalau kau masih melanjutkan ucapanmu, Simon," potong Ewan. Sebelum Simon berani melanjutkan ucapannya, Ewan menatap dengan sinis. "Lebih baik kau hubungi Gene, karena aku ingin segera pulang."

"That's not fair! Lagipula ya—" sebelum Simon sempat menyelesaikan ucapannya mendadak ponsel ditangannya kembali berdering, kali ini ia melihat ID Caller : Terry, tertera di layar dan segera mengangkatnya. "Ya, Terry. What's up?"

Simon menoleh kearah Ewan dan berbisik di ponsel, "Dia akan memotong gajiku kalau berani mengganggunya lagi. Apakah ini penting?" lalu "Alright. Kalau sampai gajiku dipotong, kau harus menutupi gajiku dengan milikmu."

"Fine, fine. Kenapa semua orang harus berteriak padaku!"

Simon menjauhkan ponsel itu dari telinganya dan mengulurkannya kearah Ewan yang sedaritadi sudah menatapnya dengan tatapan tergganggu. "Ini bukan salahku, Terry memaksaku untuk memberikan telepon ini kepadamu. Penting."

"Seberapa penting?"

"Katanya sepenting kau membahagiakan Lucas di hari ulang tahunmu."

Jawaban itu membuat Ewan mengambil ponsel yang di ulurkan oleh Simon, masih dengan alis yang mengernyit, Ewan menjawab telepon dari Terry. "Ada apa? Something wrong?"

"Ewan, that corpse isn't Lidya.She's still alive, I thought you should know it."

Ketika Ewan berdiri secara mendadak, semua executive di ruangan langsung berhenti mempresentasikan dan mendiskusikan meeting. Semua mata tertuju pada Ewan yang membuat gerakan secara mendadak. Tanpa merasa terganggu, Ewan langsung keluar dari ruangan tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Mr. Wellington?!"

Semua Executive mulai memperbincangkan dan bertanya-tanya mengapa Ewan Wellington meninggalkan meeting terutama ketika meeting ini sengaja diadakan secara mendadak karena masalah mengenai Fang Family. Sebelum bertambah besar, Simon langsung berkata, "Relax. Mr. Wellington baru menerima telepon mengenai puteranya. Beliau akan kembali dalam beberapa menit lagi."

"Apa ada masalah dengan Tuan Lucas?" tanya salah satu Executive yang mengurusi Hong Tan Club. "Apa tidak lebih baik meeting hari ini di tunda jika memang diperlukan?"

"Iya, kami setuju, bagaimanapun Tuan Lucas harus diprioritaskan," sahut yang lain.

Simon tertawa renyah mendengar hal itu. Bagaimanapun tidak bisa dipungkiri bahwa para Executive di ruangan meeting ini tergila-gila dengan Lucas Wellington, sang penerus kerajaan bisnis Wellington, anak yang memiliki perawakan yang sama dengan Ewan Wellington namun memiliki binar mata yang menenangkan dan membuat siapapun yang melihat anak itu tersenyum dengan aura positive yang dipancarkannya.

"Apa tidak sebaiknya kita langsung menyuruh seseorang mencari tahu apa yang terjadi di kediaman Wellington?"

"Tapi Mr. Eugene berada disana, seharusnya tidak akan terjadi masalah besar bukan?"

Perbincangan antar Executive semakin berlanjut, mereka memecah kubu antara Lucas dan Eugene. Mereka semua bahkan lupa kalau mereka masih berada di ruangan meeting, dan di hadapan mereka masih ada Simon, salah satu staff Executive pribadi Ewan Wellington.

"Hey kalian, Relax. Ini bukan masalah berat. Tapi aku setuju mengenai Meeting ini akan dilanjutkan besok siang." Simon tersenyum kearah mereka. "Bagaimanapun Mr. Wellington tidak akan bisa berkonsentrasi setelah menerima telepon dari puteranya, tidakkah kalian menyetujuinya?"

Para Executive mengangguk setuju.

"Kalau begitu, meeting hari ini selesai. Kita akan bertemu besok pada jam yang sama." Sebelum melangkahkan kaki keluar dari ruangan, Simon menunduk 45 derajat untuk memperlihatkan kesopanan. "Then, Good afternoon gentlemen."

**

Di luar ruangan Ewan mengetatkan genggamannya pada ponsel, ia berusaha mengatur nafasnya sebelum akhirnya mampu berkata, "Dari mana kau mengetahuinya?"

"Dari otopsi."

"Aku tidak ingat kalau aku menyuruhmu untuk melakukannya, Ter. Sejak kapan kau—"

"Kau memang tidak menyuruhku, tapi Eugene serta Russell mempunyai pemikiran yang berbeda." Sebelum Ewan mengeluarkan umpatan, Terry langsung berkata,"Sebelum kau marah karena tindakan pribadiku ini, sebaiknya kau mulai berpikir mengapa Prescott tidak menyetujui otopsi padahal itu adalah puterinya sendiri. Darah dagingnya."

Ewan terdiam.

"Ewan, aku tahu kau tidak bodoh. Kau sebenarnya menyadarinya dari awal bukan? Bahwa kematian Lidya yang sengaja di umumkan secara besar-besaran oleh Prescott sangat aneh."

"Mungkin dia juga kehilangan."

"Bullshit. Dia menyebarkannya hingga seluruh pesaingnya bergembira diatas kematian Lidya, atau bisa kita sebut wanita yang kita sangka Lidya." Ewan mendengar penjelasan Terry dengan pikiran yang masih tidak fokus. "Listen to me, Ewan. She's alive and now, you should go and get her back."

"Dia sudah meninggal," ucap Ewan.

"Apa itu yang ingin kau percayai?"

Ewan tidak menjawab.

"Atau sebenarnya kau takut menghadapi keinginanmu sendiri karena kau pernah terluka? Kau takut dia tidak ingin kembali lagi padamu setelah apa yang sudah kau lakukan padanya selama ini?"

Ewan masih tidak menjawab pertanyaan Terry dan pria itu kembali menyerang Ewan dengan ucapan terakhir. "Berhenti berpikir bahwa kau tidak pantas mendapatkan dia, Ewan. Kalau kau berpikir kau tidak pantas, maka buat dirimu menjadi pantas. Kau tidak memerlukan kehidupan lain untuk membuat dirimu pantas, kau bisa memulainya di kehidupan ini."

"Tanyakan pada dirimu sendiri, Ewan, apa itu yang benar-benar kau inginkan."

TBC | 23 Jan 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top