Bab 79. Pengumuman dari Pesaing
▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya
~~~
Bagas mengerjakan segalanya sendirian. Beruntung, pertemuan-pertemuan penting sudah terlaksana dan kini dia hanya menyelesaikan pekerjaan di kantor saja. Meski begitu, pimpinan perusahaan yang telah terbiasa dilayani itu tetap kewalahan. Seharian di kantor, sudah lebih dari lima kali dia memanggil nama Alesha yang jelas-jelas tidak ada di sana. Pria itu memutar-mutar pulpen di tangan sambil menelepon sekretaris yang sedang dalam masa skros.
Dia mengerutkan kening karena teleponnya tidak mendapat jawaban bahkan hingga panggilan yang kelima kali. Bagas termenung memikirkan keadaan kekasihnya itu.
"Ah, Glen. Iya, gue bisa tanya sama dia aja," ucapnya kepada diri sendiri saat mengingat tempat terakhir yang didatangi Alesha pagi tadi.
Pria itu segera mengambil ponsel di meja lalu menghubungi Glen. Pada panggilan kedua, barulah teleponnya mendapat jawaban.
"Alesha masih di sana?" tembaknya langsung.
"Masih. Buruan lo jemput dia sebelum dia ngancurin kafe gue dengan eksperimennya itu."
Bagas menahan tawa. "Emang dia ngapain aja seharian di sana?"
"Udah. Buruan lo ke sini. Entar juga lo tau sendiri."
Belum sempat Bagas membalas ucapan pria itu, Glen sudah menutup telepon secara sepihak. Dia memijit pangkal hidungnya membayangkan Alesha megobrak-abrik kafe temannya itu. Setelah meregangkan tubuh, Bagas berdiri lalu mengambil jas yang disampirkan di belakang kursi. Pria yang menggulung lengan kemeja hingga siku itu keluar dari ruangan.
Kurang dari satu jam, Bagas sudah sampai di depan kafe milik Glen. Dia meninggalkan jasnya di mobil lalu keluar untuk menghampiri kekasihnya. Tiba di dalam, dia melihat wajah lelah yang ditunjukkan oleh Veni dan beberapa pegawai lainnya.
Bagas mengangkat tangan sebagai isyarat bertanya saat tatapannya bertemu dengan Glen. Temannya itu hanya menggeleng sambil menunjuk hasil kreasi yang dibuat oleh Alesha.
"Ada apa ini? Kenapa sama mereka semua?"
Glen mendengkus lalu melanjutkan tugasnya membuat pesanan dari pengunjung kafe. Dia hanya memberi isyarat kepada Bagas agar menemui kekasihnya itu di dapur.
Sebelum mencapai dapur, Veni menghentikan Bagas dengan berdiri di depan pria itu. "Kak Bagas kenapa baru dateng, sih?"
Bagas menyipitkan mata melihat Veni masih berada di kafe padahal hari sudah malam. "Kamu sendiri ngapain masih di sini? Bukannya pulang ke kos terus belajar buat ujian masuk?"
Veni menghela napas kasar. "Aku juga udah mau pulang dari sore, Kak. Tapi, Kak Alesha nahan aku. Katanya aku harus bantuin dia cari ide baru. Sebenernya kenapa, sih Kak Bagas sampek skros dia? Kita yang di sini jadi repot ,tau!"
Pria itu tertawa lalu segera menahannya saat melihat Veni melotot. "Sekarang di mana dia?"
"Di dalem, tuh!" Veni menunjuk dapur dengan dagunya. "Nggak tau apa aja yang udah dibuat seharian ini. Gue sama yang lain kebagian suruh nyicipi hasil eksperimennya."
"Ya udah, kamu siap-siap pulang. Habis ini aku anter sekalian ke kos setelah bujuk Alesha. Makasih, ya, udah nemenin dia." Bagas menepuk pelan lengan Veni sebelum masuk ke ruangan kecil di belakang meja barista.
Bagas melihat Alesha sibuk dengan racikan kopi. Wanita itu sudah berlepotan bubuk kopi dan bahan lainnya. Pria itu mendekat setelah mengambil beberapa tisu lalu dengan lembut mengusap wajah kekasihnya.
"Eh, Pak Bagas? Kapan sampeknya, Pak?"
Alesha terkejut, dia menghentikan kegiatannya untuk menghadap Bagas. Wanita itu megambil tisu dari tangan kekasihnya lalu membersihkan wajahnya sendiri.
"Kamu ngapain aja seharian di sini sampek berlepotan gitu?"
Alesha meringis. "Lagi nyoba-nyoba menu baru, Pak. Kali aja bisa dapet ide. Atau salah satu dari hasil karya saya ini bisa diajukan sama Pak Wawan."
Bagas yang gemas langsung menyentil kening wanita di hadapannya itu. "Kamu mau bikin perusahaan kita memproduksi kopi dalam kemasan?"
"Ya, kenapa enggak? Kalo memang peluangnya besar?"
"Kita fokus sama yang sebelumnya aja, Alesha. Kamu mau riset kebun kopi yang bisa kita ajak kerja sama?"
Alesha memajukan bibir. Waktunya tidak mungkin mencukupi untuk mencari petani kopi sebelum bertemu dengan investor. Bagas hanya memberinya waktu kurang dari satu minggu.
"Sekarang kita beresin dulu aja. Abis itu kita anter Veni pulang. Nanti kita pikirin lagi ide lain sebagai ganti ide yang kemarin, ya."
Alesha mengangguk lalu mulai membereskan kekacauan yang dibuatnya. Pria itu membantu dengan telaten membersihkan dapur Glen hingga kembali seperti semula. Tiga puluh menit kemudian, kedua orang itu keluar dari dapur dan menghampiri Veni yang mengobrol dengan pemilik kafe.
"Makasih, ya. Udah dipinjemin dapur sama peralatan juga bahan-bahannya. Makasih juga buat semuanya udah mau jadi kelinci percobaan," ucap Alesha sambil tersenyum manis saat berdiri di samping Veni. "Balik, yuk, Ven."
Veni berpamitan kepada Glen dan pegawai lain sebelum mengikuti Alesha berjalan ke luar kafe.
Bagas mendekati Glen lalu berbisik, "Lo itung aja semuanya. Nanti biar gue yang bayar."
Glen langsung tersenyum senang sambil mengacungkan kedua jempolnya. Dia mengangkat tangan kanan membentuk hormat ketika Bagas berpamitan.
Bagas dan Alesha tiba di apartemen pukul delapan malam setelah sebelumnya mengantarkan Veni ke indekos. Mereka masuk ke unit Bagas lalu sama-sama langsung merebahkan diri di sofa.
Baru saja memejamkan mata, tiba-tiba ponsel Bagas berdering. Pria itu segera duduk tegak saat melihat nama Wawan di layar ponselnya. Dia menggeser tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga.
"Kamu mau nipu saya? Kamu bilang kalo produk pai itu hanya diproduksi satu-satunya oleh perusahaanmu. Tapi, apa? Saya dapet kabar kalo PT. Fastfood Jaya sudah buat pengumuman akan memproduksi pai persis seperti yang ada diproposalmu waktu itu."
Bagas susah payah menelan ludah setelah mendengar omelan dari Wawan. Pria itu menggeleng kepada Alesha yang bertanya melalui isyarat.
"Maaf sebelumnya, Pak Wawan. Saya belum mengetahui berita ini. Kalo memang benar begitu adanya, kemungkinan besar konsep yang mereka pakai adalah konsep perusahaan kami. Setelah pertemuan kita waktu itu, sekretaris saya tidak sengaja menghilangkan porposal tersebut. Dan kemungkinan, proposal itu ditemukan oleh seseorang yang berhubungan dengan PT. Fastfood Jaya tersebut."
"Itu artinya, konsep produk terbaru dari perusahaanmu sudah bocor ke luar? Terus sekarang apa yang akan kamu lakukan dengan kerja sama kita? Saya sudah menaruh banyak harapan sama konsep kemarin itu."
"Kami sedang menyiapkan konsep baru, Pak. Kami jamin konsep kali ini lebih baik dari konsep pai kemarin. Saya mohon beri waktu kami selama satu minggu untuk menyelesaikannya lalu kami akan mempresentasikan kembali kepada Bapak. Bagaimana, Pak?"
"Kamu yakin konsep baru ini lebih baik dan lebih menguntungkan dari sebelumnya?"
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Pak."
Terdengar helaan napas dari seberang telepon. "Oke. Karena perusahaanmu rekomendasi dari teman baik saya, akan saya kasih kesempatan terakhir. Jangan sampek buat saya kecewa lagi."
"Baik, Pak. Terima kasih banyak atas kesempatannya."
Alesha langsung menuntut penjelasan dari Bagas mengenai perbincangan di telepon bersama Wawan itu.
"Kamu tenang aja. Pak Wawan kasih kesempatan terakhir buat kita. Jadi, kita harus buat konsep yang lebih menarik dan tentunya lebih menguntungkan daripada konsep pai kemarin."
Alesha bernapas lega. "Syukurlah. Tapi, kita mau buat konsep apa, ya, Pak?"
Bagas tidak mendengarkan ucapan Alesha. Pria itu mencari informasi melalui situs web dari perusahaan yang disebutkan oleh Wawan tadi. Benar saja, mereka mengumumkan akan memproduksi produk oleh-oleh pertama dengan kemasan dan bentuk yang lebih menarik.
Alesha yang penasaran ikut membaca situs web tersebut dan menjadi sangat marah saat membaca nama salah satu teman SMA-nya sebagai penanggung jawab.
"Berengsek! Reza bener-bener cari mati sama gue!"
Bagas terkejut mendengar kekasihnya tiba-tiba berubah menjadi emosi seperti itu setelah ikut membaca pengumuman dari pesaing.
Bersambung
~~~
Gas, jangan ikutan stres kayak Alesha, ya. Harus ada yang waras untuk mengingatkan yang satunya.🤭🤗
Guys, karena cerita Alesha sebentar lagi tamat. Kalian boleh banget mampir ke cerita aku yang lain, loh. Aku lagi nulis cerita baru ala-ala FTV gitu. Silakan mampir, ya.😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top