Bab 68. Ada yang Aneh

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Alesha terbangun karena perutnya terasa lapar. Dia terkejut saat membuka mata dan mendapati dirinya berada di kamar Bagas. Wanita yang masih mengenakan pakaian kerjanya siang tadi itu menurunkan kaki lalu duduk di tepi kasur. Dia berusaha mengumpulkan kesadarannya sebelum turun dari kasur dan pergi ke luar kamar.

Wanita itu memutuskan pergi ke dapur karena perutnya makin nyaring berbunyi. Dia mengangkat kaki perlahan agar tidak menimbulkan kegaduhan dan membuat Veni terbangun. Kemudian, dia mengamati keadaan sekitar yang gelap. Dia berusaha mencari keberadaan Bagas, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, dia tetap pergi ke dapur dan mencari apa pun yang bisa dimakan.

Tiba di dapur, Alesha menghidupkan lampu. Seketika, ruangan yang gelap itu berubah jadi terang benderang. Cahayanya mencapai ke ruang televisi dan wanita itu bisa melihat jika Bagas tidak berada di sofa. Hem, ke mana Pak Bagas? Ini udah jam berapa, sih? batinnya. Dia menoleh ke jam dinding di atas televisi yang menunjukkan pukul sepuluh malam.

Alesha mengangkat bahu saat tidak bisa memikirkan tempat yang bisa dikunjungi bosnya pada jam segitu. Dia lalu membuka lemari di atas meja dapur untuk mencari mi instan yang bisa dimasaknya. Lumayan, sebungkus mi bisa membuat perutnya berhenti berbunyi.

Wanita itu berjingkat saat tiba-tiba ada tangan melingkar dari belakang. Dia segera berbalik.

"Pak Bagas! Dari mana? Saya liat di sofa, kok, nggak ada? Tiba-tiba muncul main peluk orang aja."

Bagas menyandarkan kepalanya di pundak Alesha ketika wanita itu berbalik lagi untuk mengaduk mi dalam panci.

"Saya dari ruang kerja. Sori, ya. Tadi waktu balik ke kafe Glen kamu udah tidur. Saya nggak tega buat bangunin. Jadi, kami bungkus makanan dan dibawa pulang. Karena takut kamu ketiduran sampek pagi, akhirnya saya nggak bungkusin makanan buat kamu."

"Enggak apa-apa, kok, Pak. Ini aja udah cukup bikin kenyang, kok. Bapak mau juga? Saya buatin sekalian?"

Bagas menggeleng di atas pundak Alesha. "Kamu aja. Saya masih kenyang. Nanti kalo pengen bisa minta punya kamu."

Alesha mendengkus sambil terus mengaduk mi yang sudah dicampur potongan sayur dan telur. Dia juga sudah menyiapkan mangkuk berisi bumbu. Tinggal menunggu mi matang, makan malamnya siap disantap.

Bagas mengikuti kekasihnya yang membawa semangkuk mi itu ke meja makan. Dia duduk di hadapan Alesha yang mulai menyendok mi lalu meniup-niupnya sebelum disuapkan ke mulut. Pria itu berdiri lalu berjalan memutar ke belakang kekasihnya ketika melihat wanita itu terganggu oleh rambut sendiri. Dia mengambil karet gelang di meja dan mulai mengikat rambut Alesha ke belakang.

Alesha buru-buru menelan minya. "Makasih, Pak. Maaf, jadi ngerepotin."

"Santai aja lagi. Kamu ini, kan, pacar saya. Udah seharusnya saya memperlakukan kamu sebaik mungkin."

Wanita itu menyentuh pipinya yang terasa panas. Dia menunduk ke mangkuk lalu menyuapkan sesendok mi lagi ke mulut.

"Oh, iya, Pak. Tadi Bapak yang bawa saya ke sini? Terus Aqila ke mana?" tanyanya setelah menghabiskan semangkuk mi buatan sendiri itu.

"Iya. Masak si Veni yang mau gendong kamu? Saya tadi ke unit Aqila dan sudah mencet bel berkali-kali, tapi tetep nggak ada yang bukakan pintu. Jadi, saya bawa kamu ke sini lagi."

"Aqila ke mana, ya, Pak? Kok, nggak ada kabar sama sekali? Eh, atau dia ngubungi saya, tapi saya aja yang nggak tau karena ketiduran. Nanti, deh saya cek HP. Makasih, ya, Pak. Udah repot-repot gendong saya dan nggak ninggalin saya di mobil. Pasti berat, ya, Pak?"

"Nggak mungkinlah saya ninggalin kamu di mobil semalaman. Lagian, seberat apa, sih kamu? Mau reka ulang aja biar kamu percaya saya kuat gendong kamu?"

"Eh, eh, eh! Enggak usah, Pak. Saya percaya, kok."

Alesha langsung panik dan mengangkat tangan saat melihat Bagas berdiri dari duduk hendak menghampirinya. Wanita itu segera membawa mangkuk kosong ke dapur untuk mencucinya bersama dengan panci yang tadi digunakan memasak.

Setelah semua beres, dia menghampiri Bagas di sofa depan televisi. Wanita itu sempat melihat jam dinding, sudah pukul sebelas malam dan kini dia belum mengantuk lagi. Alesha duduk di pinggir, sementara Bagas di belakangnya. Dia mengambil minuman kaleng yang diletakkan pria itu di meja lalu meneguknya hingga setengah.

"Pak, besok saya nggak ikut pindahan Veni, ya? Saya mau balik ke unit Aqila. Saya jadi khawatir sama dia karena belum ada kabar sama sekali sampek sekarang."

Alesha memeriksa ponselnya lagi yang tadi diambilnya di kamar untuk melihat pesan atau panggilan tak terjawab dari sahabatnya itu. Namun, tetap saja tidak ada kabar apa pun dari Aqila. Dia sudah mengirimkan pesan kepada sahabatnya itu dan berharap besok pagi sudah mendapat kabar.

Bagas meminta Alesha untuk berbaring di sofa. Pria itu menutupi tubuh mereka dengan selimut lalu memeluk kekasihnya itu dari belakang. Meski awalnya rasa kantuk itu telah hilang, tetapi setelah mendapat dekapan hangat dari Bagas wanita itu akhirnya terlelap kembali.

Keesokan paginya, Alesha bangun dengan tubuh yang terasa pegal. Sepertinya, posisi tidurnya semalam tidak benar. Dia melihat Bagas masih tertidur hingga membuatnya bangun perlahan. Wanita itu melihat ke sekeliling dan belum menemukan Veni di luar kamar. Dia memutuskan untuk membersihkan diri sebelum mulai membuat sarapan.

Tiga puluh menit kemudian, Bagas sudah keluar dari kamar dengan pakaian rapi dan wangi. Veni duduk di sofa depan televisi sambil menunggu Alesha selesai membuat roti lapis dan jus jeruk untuk sarapan. Mereka berdua duduk di meja makan ketika Alesha memanggil.

Mereka bertiga keluar dari unit milik Bagas. Alesha yang melihat jam di ponsel dan masih pukul tujuh kurang, meminta bosnya untuk berangkat terlebih dulu dan meninggalkannya. Wanita itu masih harus mengunjungi unit Aqila untuk memeriksa keberadaan sahabatnya itu.

"La, lo di dalem, kan? Semalem ke mana aja nggak ada kabar? Gue chat juga nggak ada balesan."

Alesha terus menyusuri unit apartemen sahabatnya untuk mencari kebaradaan Aqila. Namun, sudah memanggil berkali-kali tetap saja tidak ada sahutan. Dia makin khawatir dan takut terjadi apa-apa dengan sahabatnya.

Memasuki kamar, dia melihat Aqila tengah meringkuk di kasur. Alesha segera menghampiri sahabatnya dan langsung memegang kening wanita itu.

"La, lo sakit? Kok, nggak ngabarin gue, sih? Kita ke dokter aja, ya? Gue anterin. Yuk!"

Aqila memegang tangan Alesha hingga membuat wanita itu menoleh. "Gue nggak apa-apa, kok. Paling kecapekan aja. Masuk angin."

"Jangan disepelein, La. Masuk angin juga bisa bahaya kalo nggak ditanganin dengan bener. Yuk, ke dokter aja. Nanti gue bisa izin sama Pak Bagas."

Aqila menggeleng samar. Bibir wanita itu pucat dan kering. Wajahnya lesu dan lingkaran hitam di bawah matanya terlihat begitu jelas.

"Lo udah pucet banget kayak gitu, La. Badan lo juga panas banget. Ke dokter aja, ya?" Alesha masih berusaha membujuk sahabatnya agar mau dibawa ke dokter untuk periksa.

Aqila tetap menolak dan tiba-tiba berdiri lalu berlari ke kamar mandi. Alesha yang melihatnya langsung mengikuti. Di kamar mandi, Aqila muntah-muntah dan Alesha memijit bagian belakang leher sahabatnya agar merasa lebih enakan.

"Lo belum makan apa-apa dari semalem? Nggak ada yang lo muntahin, La. Itu cuma cairan lambung. Pasti pait banget rasanya. Gue bikinin teh anget manis dulu, ya," ucap Alesha setelah membantu sahabatnya kembali ke kamar.

"Sha, lo mending berangkat kerja, deh. Gue nggak apa-apa, kok. Palingan kalo dibuat tidur seharian juga udah sembuh."

"Gue yang nggak tega ninggalin lo dalam keadaan kayak gini. Udah, deh. Gue bisa izin sama Pak Bagas, kok."

"Sha! Kalo ada lo gue malah nggak bisa istirahat. Lo berangkat aja, deh."

Alesha berdecak. "Iya, gue bakal berangkat kerja. Tapi, setelah gue bikinin lo bubur dan teh anget."

Alesha meninggalkan Aqila di kamar dan berjalan menuju dapur. Kenapa, sih, sama dia? Aneh! Udah tau sakit, malah nyuruh gue pergi. Pasti ada yang disembunyiin sama dia. Tapi, apa? pikir Alesha.

Bersambung

~~~

Makin mesra aja sama Pak Bagas, Sha! Jangan lupa punya sahabat diurus juga, dong. Kasihan, kan, sampek sakit gitu.🤭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top