Bab 36. Gara-gara Mabuk
▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya
~~~
Alesha meminta Aqila untuk mampir ke swalayan terlebih dulu. Dia harus membeli Point Coffee kesukaannya dan roti untuk mengisi perut yang keroncongan. Mata masih terasa lengket dan di dalam kepalanya seolah terdengar bunyi debam berkali-kali. Kalau bukan karena sahabatnya itu, mungkin saat ini dia masih tergolek lemas di kasur.
Wanita itu mengirim email kepada semua divisi melalui ponsel untuk memberitahukan agenda rapat pagi ini sambil menunggu pesanan kopinya jadi. Dia tidak mau mendapat amukan dari Bagas jika pukul sembilan tepat semua anggota divisi belum berada di dalam ruang rapat. Saat ini pun dia sudah nyaris terlambat, tetapi wanita itu harus mengonsumsi es kopi terlebih dulu sebelum memulai aktifitasnya hari ini.
Dia kembali ke mobil lalu menyerahkan es matcha dan sebungkus roti untuk Aqila. Selama perjalanan, Alesha menghabiskan roti dan es kopi miliknya. Saat tiba di kantor, setidaknya matanya sudah bisa terbuka dengan benar. Dia bergegas menuju mejanya di lantai empat. Beruntung, Bagas belum datang saat dia memeriksa ruangan pimpinan perusahaan itu.
Setelah meletakkan tasnya di laci meja, Alesha langsung menghidupkan komputer untuk mencari fail yang akan digunakan dalam rapat pagi ini lalu mencetaknya. Setelah semua perlengkapan beres, wanita itu pergi ke lantai tiga untuk menyiapkan ruang rapat. Dia menata botol air mineral di meja sesuai dengan jumlah kursi yang tersedia. Kemudian, satu per satu perwakilan dari setiap divisi datang dan mengambil tempat masing-masing.
Alesha bernapas lega saat Bagas tiba di ruangan tersebut semua perwakilan divisi sudah memenuhi kursi. Dia segera memberikan berkas yang sudah disiapkannya kepada pria itu. Wanita itu kembali ke tampat duduknya di samping Bagas dan bersiap untuk mencatat hasil rapat.
Wanita yang hari ini mengenakan blus biru muda dipadukan dengan rok sepan selutut itu memperhatikan para peserta saat Bagas memulai presentasi. Dia melihat para peserta mengerutkan kening dan tidak fokus memperhatikan penjelasan dari pimpinan mereka. Alesha yang curiga ada kesalahan segera meminjam berkas yang tadi dibagikan kepada para peserta tersebut. Dia menggigit bibir bawah ketika menyadari berkas yang diberikan kepada peserta dan Bagas berbeda.
Setelah menarik napas panjang lalu mengembuskannya, Alesha mendekati Bagas dan membisikkan sesuatu mengenai kesalahannya dalam memberikan berkas kepada peserta rapat. Dia bisa melihat dengan jelas perubahan raut wajah bosnya itu. Wanita itu hanya mampu menelan ludah sambil merutuk diri sendiri dalam hati.
Alesha mengikuti Bagas yang keluar dari ruangan tersebut setelah menghentikan rapat dan meminta jeda selama lima belas menit. Wanita itu masuk ke ruangan bosnya sambil terus menunduk.
"Apa yang mau kamu jelaskan dari situasi ini, Alesha?" Bagas langsung menembak Alesha dengan pertanyaan mematikan ketika wanita itu sudah berdiri di depan mejanya.
"Saya ngaku salah, Pak. Maaf. Saya akan perbaiki dulu berkasnya dan akan membacanya lagi sebelum diberikan kepada peserta rapat."
"Kenapa kamu bisa salah kasih berkas sama peserta, sementara berkas yang kamu berikan sama saya benar?"
"I-itu, Pak. Iya, saya nggak fokus."
Alesha mengumpat dalam hati untuk menyalahkan dirinya yang telah ceroboh hingga menyebabkan kesalahan lagi. Kini, seluruh karyawan di perusahaan tempatnya bekerja itu pasti tengah membicarakan kebodohannya.
"Ini yang saya takutkan saat semalam kamu dengan entengnya meminum bir hingga habis empat kaleng. Sekarang kamu tau kenapa saya kekeh buat ngelarang kamu minum?"
Alesha tidak berani menatap wajah Bagas secara langsung. Dia hanya menunduk sambil sesekali mencuri pandang kepada pria yang sedang mati-matian menahan emosinya itu.
"Ma-maaf, Pak."
Wanita itu hanya mampu berkata maaf dan menyalahkan diri sendiri karena tidak mau mendengar ucapan Bagas semalam. Dia berharap tidak mengatakan sesuatu yang buruk dan tidak melakukan hal-hal yang memalukan di hadapan bosnya itu saat mabuk semalam.
"Sekarang kamu kembali ke meja dan selesaikan semuanya dalam waktu sepuluh menit. Saya tidak mau ada kesalahan lagi."
"Baik, Pak."
Alesha segera pamit dan keluar dari ruangan Bagas menuju mejanya sendiri. Dia bergegas mencari berkas di meja yang sudah disiapkannya sejak siang kemarin. Wanita itu bisa bernapas lega saat berkas yang dicari ditemukannya di dalam map cokelat di atas mejanya. Dia membaca kembali isi berkas tersebut dan membawanya ke ruang rapat setelah memastikan semuanya sesuai dengan bahan presentasi Bagas.
Tepat lima belas menit seperti waktu yang ditentukan oleh Bagas, pria itu memulai kembali presentasinya. Kali ini, para peserta rapat dapat fokus memperhatikan dan mencatat hal-hal penting yang tidak ada di dalam berkas di hadapan mereka.
Wanita yang terus memperhatikan satu per satu wajah para peserta rapat itu segera kembali kepada buku catatannya setelah yakin tidak ada kesalahan lagi. Dia mencatat setiap perkataan Bagas yang tidak tertulis dalam berkas.
Bagas menyudahi presentasinya dan membuka tanya jawab. Alesha bagian mempersilakan peserta rapat yang hendak bertanya.
"Pak, kalo sudah ada kata sepakat dari kedua belah pihak. Kami bagian marketing melakukan apa, Pak?" tanya seorang perwakilan dari divisi pemasaran setelah Alesha menunjuknya.
Bagas berdeham sebelum menjawab. "Tugas kalian ya tetap memasarkan produk kita. Entah kalian membuat event apa yang bisa menarik pembeli dengan bekerja sama dengan perusahaan distributor. Atau kalian bisa datang ke toko-toko kecil untuk menawarkan produk kita dan memberi pengarahan untuk pengambilan pada distributor yang sudah bekerja sama dengan perusahaan kita. Masak seperti ini saja harus saya juga yang turun tangan langsung? Bukannya kalian di bagian pemasaran kebanyakan anak muda yang harusnya bisa berpikir kreatif dan inovatif?"
Alesha menahan tawa melihat Bagas berusaha agar tidak memaki bagian pemasaran itu di depan orang banyak. Dia melihat pria dari bagian pemasaran yang mengajukan pertanyaan tadi langsung memerah dan menunduk menahan malu.
"Baik, Pak. Akan kami diskusikan dengan tim."
"Ya sudah. Kita akhiri saja rapat pagi ini. Untuk divisi lain saya harap tau tugas masing-masing dan tidak perlu menanyakan hal yang sudah jelas cara kerjanya. Terakhir, saya minta Mira segera menyerahkan laporan keuangan untuk acara beberapa waktu lalu."
"Siap, Pak. Nanti akan saya serahkan laporannya melalui sekretaris Bapak." Mira menjawab dengan percaya diri.
Alesha sempat mencibir dalam hati wanita yang berada dalam divisi keuangan itu. Dia akan membaca secara teliti dan menemukan kesalahan dari laporan yang dibuat oleh Mira nanti.
Bagas dan seluruh peserta rapat sudah meninggalkan ruangan, sementara Alesha masih tinggal untuk membersihkan sisa-sisa sampah dibantu oleh staf kebersihan. Dia baru kembali ke meja setelah memastikan ruang rapat bersih seperti semula. Baru saja dia duduk di kursinya, Mira sudah menghampri mejanya untuk menyerahkan laporan yang diminta Bagas tadi.
"Nih, laporan gue. Tolong kasih ke Pak Bagas dan kalo bisa langsung minta ditandatangani. Untuk kerapihan, sih gue yakin udah sempurna, ya. Bikin laporan keuangan kayak gini bukan hal baru lagi buat gue yang udah jadi senior."
Alesha memutar bola matanya malas mendengar wanita yang berdiri di samping mejanya itu tengah menyombongkan diri. Dia bersumpah untuk menemukan kesalahan sekecil apa pun dalam laporan keuangan tersebut nantinya.
Bersambung
~~~
Awas malah bikin kesalahan lagi, Sha!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top