Bab 16. Makan Bareng Bos

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama shre, ya

~~~

Diam-diam Alesha mencuri pandang ke ruangan bosnya meski tahu tidak akan bisa melihat pria itu dari posisinya sekarang. Bukannya fokus ke layar komputer, wanita itu justru menyentuh pipi yang terasa hangat. Dia yakin kini wajahnya merona akibat kejadian tak terduga barusan. Wanita itu menggeleng sambil cengar-cengir sendiri.

Fokus Alesha! batin Alesha dengan menampar pelan pipinya sendiri.

Alesha memaksakan diri untuk fokus ke layar komputer dan mengerjakan perintah bosnya sebelum mendapat teguran lagi. Dia harus selalu mengingat betapa galaknya Bagas agar hatinya tidak goyah. Ingat! Dia hanya mencari pria yang lembut dan penuh pengertian. Bukan yang galak dan sok mengatur seperti bosnya itu. Namun, pria itu memiliki ketampanan hakiki yang bisa membuat hatinya berkhianat.

Wanita itu membuka beberapa dokumen di komputer yang berisi laporan dari sekretaris sebelumnya. Dia membaca dan mempelajarinya sebelum mulai menyusun laporannya sendiri. Alesha membuka lembar dokumen baru lalu mengetikkan sesuatu sesuai catatan yang diberikan Bagas melalui email. Dia memasukkan beberapa bagian yang belum ada pada laporan-laporan sebelumnya.

Alesha hampir menyelesaikan laporan tersebut ketika pintu ruangan di depannya terbuka. Wanita itu sempat mendongak dan melihat Bagas keluar. Rupanya pria itu belum keluar ruangan lagi sejak tadi. Dia hanya mengangkat bahu lalu fokus kembali ke layar komputer.

Bagas berdeham saat berdiri di depan meja sekretarisnya. "Kamu masih ngapain?"

Tidur! Jelas-jelas dia juga liat kalo gue masih ngerjain laporan. Pakek nanya segala! Tentu saja Alesha tidak akan berani mengungkapkannya secara langsung. Dia masih sayang dengan pekerjaan yang baru saja didapatnya itu.

"Tinggal dikit lagi, Pak laporannya selesai," jawab Alesha tanpa mengalihkan perhatian dari komputer.

"Tinggal aja dulu. Kamu ikut saya makan siang. Jangan sampek nanti kamu ngeluh karena nggak dikasih waktu istirahat."

Alesha sempat menganga dan menghentikan jarinya yang sedang menari di atas keyboard setelah mendengar ucapan Bagas. Apa? Dia itu sebenernya mau ngajakin makan atau nyindir, sih? Dasar pria aneh!

"Alesha, kamu denger saya?"

Wanita itu mendongak. "Ah, iya, Pak? Tapi ini nanggung banget, Pak. Dikit lagi."

"Saya bilang tinggalin itu dan ikut saya sekarang." Bagas menaikkan nada bicaranya hingga membuat Alesha mau tidak mau menurut.

"Ba-baik, Pak. Saya simpan dulu failnya."

Wanita itu segera menyimpan laporan yang tinggal sedikit lagi selesai itu ke dalam folder baru atas namanya. Kemudian, dia berdiri dan mengambil ponsel serta dompet sebelum mengikuti Bagas dari belakang.

Pria itu berhenti lalu menoleh ke belakang. "Kamu itu sekretaris saya atau pengawal pribadi?"

"Eh?"

"Jalan di samping saya sini. Ngapain ngekor di belakang?"

"Oh, maaf, Pak." Alesha segera mendekat dan berdiri di samping Bagas. Setelah itu mereka berjalan bersisian.

Mereka menaiki lift dan berhenti di lantai tiga. Dewi yang sudah siap di depan lift segera masuk saat pintunya terbuka. Wanita yang sangat dihormati setelah Bagas itu masuk dengan beberapa karyawan lainnya. Salah satunya ada Mira yang kemarin sempat mengerjai Alesha.

Tiba di lantai dua, mereka semua turun dari lift dan menuju kantin. Alesha sempat bingung mengapa mereka pergi ke lantai dua dan bukannya ke luar untuk mencari restoran atau warung terdekat. Pertanyaannya terjawab setelah mereka tiba di sebuah ruangan yang berada di ujung lantai dua, kantin. Ternyata kantor gue punya kantin. Dasar kudet! ucap Alesha dalam hati.

Alesha mengikuti Bagas dan Dewi yang langsung memesan makanan. Wanita itu memperhatikan sekeliling dan cukup takjub dengan apa yang dilihatnya. Menu makanannya cukup bervariasi. Ada soto, pecel, gado-gado, dan masih banyak lagi. Dia memutuskan untuk memesan gado-gado dan es lemon tea sementara kedua atasannya memesan soto dan es teh.

Mereka duduk di meja sebelah kiri dekat jendela. Baru saja mendaratkan pantat di kursi di samping Bagas, Alesha mendengar bisik-bisik dari karyawan lain mengenai dirinya. Dia sempat melirik Mira yang menatapnya sinis sambil membisikkan sesuatu kepada teman di samping wanita itu.

"Aku seneng liatnya kalo bos sama sekretarisnya akur gini." Ucapan Dewi mengalihkan perhatian Alesha dari bisik-bisik di sekitarnya.

"Aku baru tau kalo di kantor ini ada kantinnya, Mbak. Eh, Bu." Alesha meralat sapaannya kepada Dewi.

"Santai aja, Sha. Kalo di luar jam kerja kamu bebas manggil aku apa aja."

"Iya, Mbak." Alesha beralih menatap Bagas. "Pak Bagas juga sering makan di kantin?"

"Dia, mah biasa makan di sini. Kecuali lagi ada acara makan siang sama klien atau lagi ada urusan di luar kantor. Kan, dia yang ngusulin ada kantin di kantor. Jadi, buat karyawan yang males keluar bisa makan di sini aja. Terus dia emang sengaja kasih lapangan pekerjaan buat ibu-ibu yang bisa masak."

Alesha mengangguk-angguk mendengar penjelasan dari Dewi. Dia tidak menyangka bos galaknya itu perhatian juga terhadap orang kecil. Lagi-lagi dia melirik ke arah Mira yang juga masih menatapnya sinis.

"Kamu liatin siapa, sih?" Dewi yang penasaran ikut menoleh ke arah Mira. "Oh, dia itu Mira. Anak keuangan."

"Iya, Mbak. Dia itu kemarin yang ngerjain aku dengan satu sendok makan gula."

Dewi tertawa. "Pantesan. Ya udah, nggak usah diladeni."

Alesha menoleh untuk melihat reaksi Bagas. Ternyata pria itu sibuk dengan ponselnya dan sepertinya tidak peduli dengan apa yang dua wanita itu obrolkan. Dia mengecek ponselnya sendiri setelah mendengar ada notifikasi masuk.

Aqila Melati

Makan siang sama siapa?

Perlu gue temenin?

Makan bareng bos

Serius? Gila! Gercep banget lo?

Dah, ah, jangan ganggu.

Alesha tersenyum membaca balasan terakhir dari sahabatnya yang mengirim stiker gambar dua boneka, yang satu memegang palu untuk memukul boneka satunya. Dia meletakkan ponsel di meja saat pesanan mereka datang. Mereka menghabiskan makan siang dengan diselingi obrolan ringan.

Dewi turun di lantai tiga sementara Alesha dan Bagas masih naik ke lantai empat. Tiba di meja Alesha, Bagas meminta sekretarisnya itu menunjukkan hasil laporan yang telah dibuat tadi.

"Belum selesai, Pak. Biar saya selesaikan dulu."

"Nggak apa-apa. Saya sambil periksa kalo masih ada yang kurang. Jadi, sekalian kamu perbaiki."

"Oh, baik, Pak."

Alesha duduk di kursi lalu menghidupkan komputernya lagi. Dia membuka dokumen terakhir yang dikerjakannya tadi. Bagas menunduk dan mengambil alih tetikus yang dipegang oleh wanita itu. Seketika Alesha bergeser sedikit menjauh. Dia tidak mau membuat jantungnya berulah.

Wanita itu memperhatikan Bagas yang fokus membaca laporan di komputer. Dia bisa menghirup aroma aqua dari parfum yang dipakai pria itu. Aroma yang segar dan membuatnya nyaman. Dia perhatikan wajah pria di sampingnya itu. Rahang tegas, hidung mancung, mata lebar merupakan lukisan indah yang terpahat di wajahnya. Kulitnya yang agak kecokelatan seperti sawo matang makin menambah kesan seksi darinya. Apalagi pundak yang lebar dan dada bidangnya itu, membuat Alesha ingin berada dalam pelukannya.

Nyaman banget pasti! pikirnya wanita itu sambil tersenyum.

"Eh, iya gimana, Pak?" Alesha tersadar dari lamunan ketika Bagas menjetikkan jari di depan wajahnya.

"Kamu liatin apa? Bisa fokus ke komputer aja?"

Liatin ciptaan Tuhan yang begitu indah, Pak! batinnya.

"Ah, iya, Pak."

Setop Alesha!  Wanita itu menggeleng lalu menarik napas panjang sebelum kembali fokus pada pekerjaannya. Dia mencatat setiap perkataan Bagas untuk ditambahkan pada isi laporannya nanti.

Bersambung

~~~

Fokus, Alesha! Fokus!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top