Bab 20 - Kalian cari mati.

Satu minggu sudah berita kematian Claudia menjadi topik perbincangan di kalangan masyarakat. Sampai detik ini pihak kepolisian masih belum menemukan bukti apapun. Kasus kematian Claudia membuat kinerja para polisi di kota itu dipertanyakan karena banyaknya kasus pembunuhan yang tak terpecahkan selama satu tahun belakangan ini.

Ketika polisi sibuk mencari siapa pembunuh Claudia, Aimee yang merupakan pelaku dari kasus itu tidak merasa gelisah sedikitpun. Ia tetap bekerja seperti biasanya. Makan dan minum dengan baik tanpa rasa takut.

Kurang dari dua bulan tinggal bersama Shane membuat Aimee menjadi pribadi yang berbeda. Shane berhasil melatih Aimee jadi tak berperasaan seperti dirinya ketika membunuh orang.

"Aimee, kau dipanggil oleh bos," seru Landon pada Aimee yang baru saja selesai mengantar pesanan.

"Ya." Aimee segera melangkah menuju ke ruangan Keenan. 

Ia mengetuk pintu, kemudian masuk ke dalam sana.

"Lama tidak bertemu, Aimee." Bukan Keenan yang ada di dalam sana melainkan Shane yang saat ini tersenyum manis pada Aimee.

Aimee menutup pintu dan melangkah ke arah Shane. Wajahnya masih terlihat datar seperti biasa. Aimee ingin rencananya untuk membuat Shane meninggalkan Valerie berjalan alami tanpa membuat Shane curiga.

Shane menarik tangan Aimee, menyentaknya hingga Aimee terduduk di atas pangkuannya. Shane menarik ikat rambut Aimee, kemudian menghirup aroma rambut Aimee yang kini sudah tergerai. Shane rindu aroma ini. Hampir 10 hari ia tidak melakukan hal yang ia sukai ini.

"Bagaimana 10 hari tanpaku, hm? Dunia terasa begitu buruk atau sebaliknya?" Shane bertanya pelan masih dengan kegiatan yang sama.

Aimee menahan napasnya. Ia merasa tergelitik karena perlakuan Shane.

"Aku akan menagih ucapanmu waktu itu, Aimee. Aku yakin kau pasti sudah siap." Shane bersuara lagi. Ia memindahkan rambut Aimee ke satu sisi, lalu menghisap leher Aimee hingga memerah.

"Aku masih harus bekerja." Aimee mencoba melepaskan lehernya dari mulut Shane. Ia tidak mau ada yang membicarakannya karena bekas kemerahan di lehernya.

Shane tidak peduli. Ia membuka kancing kemeja kerja Aimee. Tangannya bergerak masuk, membelai salah satu buah dada Aimee. "Jika pekerjaanmu menghalangi kesenanganku, aku rasa kau bisa berhenti bekerja hari ini juga."

Aimee menggelinjang ketika Shane mencubit puting payudaranya. Seketika ia tidak bisa menjawab ucapan Shane.

Shane membuang kemeja Aimee lalu menanggalkan bra Aimee. Ia mengangkat tubuh Aimee jadi menghadap ke arahnya. Tangan nakalnya menyingkap rok yang Aimee pakai. Menangkup bongkahan bokong Aimee yang kenyal lalu meremasnya kuat hingga bokong Aimee memerah.

Senyum terlihat di wajah Shane ketika Aimee menggigiti bibir bawahnya. Ia telah berhasil membuat Aimee bergairah.

"Kau sangat sexy, Aimee." Shane menatap bola mata Aimee sejenak, lalu melumat bibir Aimee rakus.

Shane tidak tahan lagi. Ia merobek celana dalam Aimee. Memainkan kewanitaan Aimee yang kini sudah basah dan siap untuknya.

Tangan Shane menurukan resleting celananya. Mengeluarkan kejantanannya yang sudah membesar dan terasa sesak meminta pelepasan. Shane memasukan kejantanannya ke milik Aimee. Desah napasnya terdengar begitu berat.

Kedua tangannya bergerak mengangkat pinggul Aimee, sedang bibirnya masih sibuk bermain dengan bibir Aimee.

Keringat mengalir dari tubuh Aimee. Jemari lentiknya mencakar punggung Shane yang tertutupi oleh kemeja. Aimee kini menikmati setiap sentuhan Shane. Hal pertama yang ia harus lakukan untuk mendapatkan hati Shane adalah dengan menerima sentuhan Shane tanpa memberikan penolakan sedikitpun. Aimee akan menjadi wanita seperti yang Shane inginkan agar Shane tidak berpaling darinya.

Shane melepaskan bibir Aimee saat ia merasa Aimee mulai kehabisan napas. Ia beralih ke bahu terbuka Aimee dan menggigitnya gemas.

Desahan keluar dari bibir Aimee. Membuat Shane semakin bergairah. Shane mengangkat tubuh Aimee. Merebahkannya di atas meja kerja Keenan. Barang-barang yang ada di atas sana terjatuh seiring pergerakan Shane dan Aimee yang diluar kendali.

Melihat Aimee pasrah di bawahnya membuat Shane merasa senang. Aimee benar-benar menepati janji. Shane terus menggerakan bokongnya. Sedang Aimee terus mengerang dan memanggil Shane. Erangan itu membuktikan seberapa besar gairah yang ada dalam tubuhnya.

Kejantanan Shane berkedut. Cairan miliknya tumpah di dalam milik Aimee. Shane tidak pernah sekalipun menggunakan pengaman, begitu juga dengan Aimee yang memang tidak memiliki kesempatan untuk memakai pengaman. Shane tidak pernah keberatan jika nanti ia memiliki anak dengan Aimee.

Shane mengeluarkan miliknya dari milik Aimee. Ia belum merasa puas, ralat, tidak pernah merasa puas bermain dengan tubuh Aimee. Ia seperti binatang buas yang haus darah jika menyangkut dengan Aimee. Namun, ia memiliki pertemuan penting hari ini. Pertemuan yang sengaja ia pindahkan lokasinya ke cafe milik Keenan agar ia bisa melepas rindu dengan Aimee.

Shane merapikan kembali pakaiannya, sedang Aimee, wanita itu menjumputi pakaiannya yang berserakan di lantai.

"Pakai saja dulu pakaianmu. Landon akan mengantarkan celana dalam untukmu," seru Shane.

Aimee menatap Shane sejenak. Ia pikir tidak ada orang lain yang tahu mengenai hubungan anehnya dengan Shane kecuali Keenan, tapi nampaknya ia salah.  Landon pasti juga tahu mengenainya dan Shane.

"Tunggu di sini sampai Landon tiba," perintah Shane.

"Memangnya aku tidak punya otak keluar tanpa menggunakan celana dalam." Aimee merespon perintah Shane dengan sahutan ketus.

Shane tertawa kecil. "Kau yang mengatakannya, Aimee, bukan aku."

Aimee tak membalas ucapan Shane. Ia hanya terus mengancingkan kemejanya. Tiba-tiba Shane mendekat padanya, membantunya mengancingkan kancing terakhir di bagian atas. Tanpa mengatakan apapun, Shane melumat bibirnya. Kemudiam melepaskannya setelah beberapa saat.

Shane menghapus air liur yang membasahi bibir Aimee dengan ibu jarinya. Ia tersenyum hangat kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

Aimee terpaku. Shane, pria itu benar-benar memiliki kepribadian ganda. Shane bisa menjadi sangat mengerikan dan juga sangat manis dalam satu waktu.

Aimee tersadar. Ia tidak boleh jatuh ke dalam pesona Shane. Bukan dirinya yang harus jatuh cinta di sini, tapi Shane.

***

Setelah menunggu beberapa saat, Aimee mendapatkan pengganti celana dalamnya yang dirusak oleh Shane.

Dengan rasa tidak nyaman, Aimee kembali bekerja. Seperti yang ia duga, rekan kerjanya memperhatikan lehernya tanpa berani berkomentar.

Shane yang masih berada di cafe itu sesekali mencuri pandang ke Aimee yang sedang melayani pelanggan cafe. Matanya yang tenang menyembunyikan emosi yang sedang ia rasakan sekarang. Shane menyadari beberapa pelanggan pria kini tengah menatap Aimee-nya. Haruskah ia mengurung Aimee lagi di kediamannya? Ia sungguh tidak tahan membiarkan Aimee bekerja dengan banyak pria di sekitar wanitanya itu.

"Waw, Nona, kau melalui malam yang panjang ya?" Pelanggan yang Aimee layani menatap Aimee menggoda disusul dengan tawa kedua teman pria itu.

Kalian cari mati. Shane mengerang dalam hatinya. Matanya masih tetap tenang begitu juga dengan gesture tubuhnya.

"Silahkan dinikmati pesanannya." Aimee berbalik hendak meninggalkan meja yang ia layani.

Tangan jahil pelanggan yang Aimee layani melayang ke arah bokong Aimee.

"Bersikaplah sopan jika kau masih menyayangi tanganmu."

Aimee urung melangkah. Ia mendengar suara ringisan dan segera berbalik ke arah pelanggannya tadi. Suara ringisan itu ternyata berasal dari pria yang ia layani. Wajah pria itu memerah karena kesakitan.

"Siapa kau! Lepaskan aku!" Pria itu mencoba melepaskan tanganya, tapi semakin ia mencoba semakin sakit pula tangannya.

"Aku pemilik cafe ini. Jangan coba-coba untuk bertindak kurang ajar pada pegawaiku atau kau tidak akan pernah bisa menggunakan tanganmu lagi!" Keenan menghempas tangan pria itu. Matanya yang tajam mampu mengintimidasi pria yang ada di depannya.

"Kembalilah ke tempatmu, Aimee." Keenan beralih ke Aimee.

Aimee menganggukan kepalanya dan pergi sesuai perintah Keenan.

"Cafe macam apa ini?! Ayo pergi dari sini!" Pria tadi bangkit dari tempat duduknya dan pergi disusul dengan kedua temannya.

"Maaf atas ketidaknyamanannya, silahkan lanjutkan kembali," seru Keenan pada pelanggan lain di cafenya. Setelah itu ia pergi menuju ke ruangannya.

Untung saja Keenan datang tepat waktu, jika tidak Shane pasti sudah bergerak karena tidak bisa menahan diri. Keenan menyadari betul, bahwa ketenangan Shane akan lenyap dengan mudah jika itu menyangkut orang yang penting bagi Shane. Shane tidak akan membiarkan orang yang disayangi terluka lagi. Cukup kakaknya saja yang gagal Shane lindungi.

Dua jam kemudian, pertemuan Shane dengan kliennya selesai. Shane membiarkan sekertarisnya kembali ke kantor lebih dulu sedang dirinya masih di cafe itu.

"Kau harusnya mematahkan tangan pria itu, Keenan." Shane menutup pintu ruang kerja Keenan.

Keenan menutup laporan bulanan cafe miliknya. Meletakannya ke samping dan sekarang fokus pada Shane.

"Jika aku tidak datang tepat waktu, Aimee bisa benar-benar menghancurkan kerja kerasmu selama bertahun-tahun." Keenan mencemooh Shane. "Kau harus lebih bisa menahan dirimu, Shane."

Shane duduk di atas meja kerja Keenan. Ia memang hampir saja bergerak jika Keenan tidak mencegah tangan kotor pria yang mencoba menyentuh Aimee. Sungguh Shane ingin memotong tangan itu hingga menjadi bagian-bagian kecil.

"Perintahkan Landon untuk mengawasi Aimee lebih ketat lagi. Jika sampai ada orang lain yang berani menyentuh sehelai saja rambut Aimee maka aku akan membunuh Landon terlebih dahulu," peringat Shane serius.

Keenan mendengus perlahan. Sahabatnya semakin kehilangan akal sehat. Wanita memang racun paling mematikan di dunia, tidak terkecuali bagi pria sakit jiwa seperti Shane.

"Sebaiknya kau kurung saja Aimee di rumah," ketus Keenan.

Shane turun dari meja kerja Keenan. "Aku akan pergi mengunjungi Matt." Shane mengabaikan seruan ketus Keenan dan melangkah menuju ke pintu ruangan itu. "Ah, tadi aku menggunakan ruangan ini untuk melepas rindu dengan Aimee." Kemudian ia membuka pintu dan pergi tanpa peduli makian Keenan.

"Brengsek sialan!" Keenan mengumpat kesal. Sebagai pemilik ruangan ini saja Keenan tidak pernah memakai ruangannya untuk bercengkrama dengan tubuh wanita, dan Shane? sahabatnya itu tanpa permisi telah memakai ruangannya, mencemari kesucian tempat itu. Shane benar-benar menjengkelkan.








Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top