28. Menyenangkan diri
Hari ini Morgan keluar dari rumah sakit. Ia akan dibawa menuju ke kantor BIN untuk diinterogasi. Morgan masih sama, ia tidak akan membuka mulutnya meski Mikhael mengancamnya. Ia yakin Edzard akan melindungi keluarganya seperti janji Edzard.
Tiga mobil milik BIN melintasi jalanan. Mikhael sengaja berjaga-jaga. Siapa yang tahu Edzard akan mengirim pasukan untuk menyelamatkan Morgan.
Namun, Mikhael meleset. Ketika ia pikir Edzard akan menyerang anggota BIN untuk menyelamatkan Morgan, yang terjadi adalah Edzard membunuh Morgan.
Sebuah mobil bermuatan besar menabrak mobil BIN yang membawa Morgan. Mobil itu hancur, dan dipastikan tidak akan ada yang selamat.
Penabrak tidak melarikan diri, melainkan melakukan aksi bunuh diri dengan meminum racun.
Edzard jelas tidak akan membiarkan masalah muncul. Ia tak segan membunuh orangnya yang akan menjadi batu sandungan baginya.
Morgan tewas. Mikhael tidak akan bisa mendapatkan pengakuan dari pria itu.
Setelah menerima kabar, Mikhael segera mendatangi tempat kecelakaan. Wajahnya berang, ia marah dan sangat ingin membunuh Edzard sekarang juga.
"Aku pasti akan menangkapmu, Edzard!" geramnya.
Sementara di kediamannya, Edzard tengah berdiri menghadap keluar jendela dengan kedua tangan ia masukan ke saku. Wajahnya terlihat begitu tenang.
"Aku tidak akan hancur hanya karena tikus sepertimu, Mikhael." Ia menyunggingkan senyuman angkuh dengan tatapan penuh kemenangan. Edzard merasa aman untuk saat ini. Ia juga sudah memindahkan gudangnya, serta sudah memerintahkan kepala kurirnya untuk berhati-hati.
Shane sudah menerima kabar dari Mikhael, ia tersenyum kecil. Tentu saja tak akan mudah menghadapi seorang Edzard, tapi Shane pastikan ia tak akan kalah.
Untuk saat ini Shane akan mengabaikan Edzard sejenak. Ia membiarkan Mikhael yang mengurus permasalahan itu. Shane memiliki urusan yang lebih penting, membuat Matt bertanggung jawab atas semua pembunuhan yang ia lakukan.
Saat ini Shane memilih seseorang yang harus ia bunuh. Polisi berusia 30 tahunan yang menutupi beberapa kejahatan karena uang. Pria itu juga yang menangani kasus kejahatan yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun.
Sepulang dari bekerja, Shane mengikuti pria yang akan jadi sasarannya, pria itu sedang menyelidiki kembali beberapa kasus yang sudah Shane lakukan. Ia pikir mungkin ada bukti yang terlewat. Polisi itu bekerja keras agar posisinya yang berada dalam ambang kehancuran bisa diselamatkan.
Shane mengeluarkan pisau lipatnya yang sudah terdapat sidik jari Matt. Ia mendekati sang polisi dengan pakaian yang serba hitam, ia mengenakan topi serta masker untuk menyamarkan dirinya.
"Siapa kau!" Si polisi yang menyadari keberadaan Shane menatapnya tajam.
Shane menyunggingkan senyumannya. "Aku, Matt. Malaikat mautmu." Shane bergerak cepat, menyerang si polisi yang pandai beladiri.
Terjadi pertarungan sengit antara keduanya. Shane beberapa kali menerima pukulan, sedang si polisi sudah mendapatkan beberapa luka. Shane menyudahi pertarungan dengan menusukan pisaunya ke perut si polisi. Ia melakukannya sama dengan pembunuhan yang sudah ia lakukan sebelum-sebelumnya.
Si polisi terkapar. Shane menyunggingkan senyuman keji.
"Ketua tim!" Seseorang datang sesuai dengan yang Shane rencanakan.
Sebelum pergi ke gedung terbengkalai itu, Shane sudah lebih dahulu mengirim pesan bahwa hari ini ia akan melakukan pembunuhan lagi. Shane sengaja memprovokasi para polisi dengan mengarahkan pada tempat yang salah.
Selalu ada seseorang yang menonjol dalam sebuah tim, dan Shane mengetahui tentang itu. Tidak sulit baginya untuk mendapatkan informasi di kepolisian. Ia bisa menyusup ke kantor polisi atau meretas jaringan komputer.
Dan saat ini polisi muda yang menonjol datang menemukannya saat para polisi lain terjebak dalam arahannya yang sesat.
Shane berlari. Polisi muda itu mengejar Shane. Ia tidak akan pernah membiarkan Shane lolos.
Shane tidak melambatkan gerakannya. Ia ingin menguji seberapa tangguh polisi yang sedang mengejarnya saat ini.
Dug! Tendangan polisi itu mengenai bahu Shane. Shane tersungkur beberapa langkah, tapi ia berhasil menyeimbangkan dirinya dan tidak terjatuh.
Shane dan polisi muda itu bertarung. Keduanya terlihat sama hebat. Namun, Shane jauh lebih berpengalaman dari si polisi, ia berhasil menjatuhkan polisi itu dan kembali berlari.
Sang polisi tak melepaskan Shane. Ia berdiri dan mengejar Shane. Saat Shane sudah mencapai tangga untuk turun, polisi itu berhasil mendapatkan jaket Shane. Mereka kembali berkelahi.
Shane mengarahkan pisau pada si polisi, tapi polisi itu terus menghindarinya. Hingga akhirnya si polisi memitas tangan Shane dan membuat pisau terlepas dari tangannya. Shane menggunakan kakinya, menerjang pria itu hingga tersungkur.
Ia kembali kabur, dengan si polisi muda yang masih mengejarnya. Si polisi kehilangan Shane di belakang bangunan. Ia murka karena tidak bisa menangkap Shane.
Shane melewati tempat yang tidak memiliki kamera pengintai, ia tahu wilayah itu dengan baik. Shane memastikan bahwa saat ini ia aman.
Setelah dari gedung tak terpakai, Shane pergi ke kontainer yang digunajan oleh Matt sebagai tempat bersembunyi. Di dalam sana ia meletakan semua barang-barang milik orang yang sudah ia bunuh. Shane mengumpulkannya bukan sebagai tropi, tapi ia memang sudah menunggu saat ini tiba. Ia akan menyalahkan Matt atas segalanya, kemudian tangannya akan bersih.
Shane memang suka membunuh, ia memiliki gangguan jiwa, tapi ia berjanji di depan makam kakaknya. Ia akan berhenti membunuh ketika semuanya usai. Dan Shane akan menepati janjinya.
Mungkin akan memakan beberapa hari bagi polisi untuk menemukan tempat itu, tapi dengan sedikit petunjuk yang ia berikan mereka pasti akan menemukannya.
Shane yakin si polisi akan menggeledah kediaman Matt, di sanalah ia akan meninggalkan petunjuk. Petunjuk yang hanya orang cerdik yang akan bisa menemukannya.
Usai meletakan barang-barang milik korbannya, Shane meninggalkan kontainer dan menguncinya. Ia pergi dengan seringaian mengerikan.
***
Aimee memutuskan untuk berhenti bekerja. Ia harus fokus pada tujuannya. Jika ia bekerja maka ia tidak akan bisa berlatih.
Kini ia menggunakan semua fasilitas yang diberikan oleh Shane. Ia bersiap untuk pergi ke salon, tujuannya bukan untuk mempercantik diri tapi untuk semakin dekat dengan Valerie.
Saat berbincang dengan Valerie beberapa waktu lalu, Aimee mengetahui dari kartu nama yang ada di dompet Valerie tempat biasa Valerie melakukan perawatan kecantikan. Tidak hanya itu, ia juga tahu di mana Valerie sering berkumpul dengan teman-temannya. Serta asosiasi wanita yang beranggotakan Valerie. Aimee sangat bertekad dalam mendekati Valerie, ia akan melakukan segalanya agar bisa masuk ke kehidupan Valerie dan bertemu dengan Edzard.
Aimee turun dari mobil sedan yang mengantarnya ke salon. Ia memerintahkan sang sopir untuk tidak menunggunya karena ia mungkin akan lama.
Bukan sebuah kebetulan, Aimee kembali bertemu dengan Valerie.
"Aimee." Valerie menyapa Aimee.
Aimee tampak terkejut. "Vale? Kebetulan sekali." Aimee memberikan senyuman hangat.
"Kau juga melakukan perawatan di sini?" tanya Vale.
"Keenan yang menyuruhku. Mungkin dia ingin aku terlihat lebih cantik."
Valerie terkekeh pelan. "Keenan sangat perhatian padamu. Aku cukup mengenalnya, dia sangat dingin pada para wanitanya, dan kau berbeda."
"Benarkah?" Aimee seolah tidak percaya. "Aku senang kalau memang seperti itu."
Keduanya kembali terlibat percakapan. Tanpa disadari Valerie sadari Aimee berhasil mendekatinya.
Mereka melakukan perawatan bersama, berbaring bersebelahan sambil sesekali melakukan percakapan. Hingga akhirnya waktu berjam-jam terlewat.
Wajah Aimee tampak lebih segar. Make up telah mempercantik dirinya. Saat ini ia benar-benar terlihat seperti wanita dari kalangan atas.
"Kau mau ke mana setelah ini?" tanya Vale.
"Belanja. Menghabiskan uang Keenan." Aimee mengedipkan sebelah matanya.
Valerie terkekeh geli. Ia terlihat sedikit ragu, tapi akhirnya ia bicara. "Mau bergabung denganku? Aku akan pergi ke pertemuan dengan teman-temanku, mungkin kau akan menyukainya."
Aimee menolak. "Aku akan membuat suasana tidak nyaman. Lagipula aku tidak berasal dari kalangan atas."
"Tidak perlu merasa rendah. Tidak akan ada yang mempertanyakanmu ketika kau datang bersamaku."
Aimee masih bersikap seakan ia ingin menolak. Tapi wajah Valerie terlihat sedikit meyakinkannya. "Baiklah."
Valerie tersenyum. "Ayo, pergi."
"Aku akan menghubungi sopirku."
"Tidak perlu, Aimee. Kita akan pergi bersama."
"Baiklah."
Aimee melewatkan harinya dengan senyuman palsu. Keramahan yang ia tawarkan mengandung racun. Valerie benar, tidak ada yang berani merendahkannya, tapi Aimee tahu itu hanya di depan Valerie.
Kini ia mengetahui bagaimana cara bergaul orang-orang kaya. Mereka akan menghabiskan banyak uang untuk bersenang-senang. Beruntung ia memiliki kartu dari Shane yang bisa membayari seluruh kegiatannya. Mungkin Shane akan terkejut ketika melihat tagihannya nanti.
Aimee pulang ke rumah dengan beberapa belanjaan. Ia tidak pernah bermimpi hidup dengan bergelimangan harta seperti ini, tapi sesekali melakukannya tidak masalah. Lagipula Shane yang memberikannya dengan sukarela.
"Dari mana saja, Aimee?"
Aimee mendapatkan pertanyaan itu sesaat setelah ia memasuki kamar. Shane duduk di sofa dengan ponsel.di tangannya.
"Menyenangkan diri sendiri."
Shane mengerutkan keningnya. Ia merasa sedikit aneh dengan perubahan sikap Aimee. Namun, ia tidak memperpanjangnya. Selagi Aimee tidak kabur darinya maka itu bagus.
"Aku membelikanmu sebuah dasi." Ia mendekati Shane, kemudian mengeluarkan kotak dasi bermerk.
Shane berhenti memainkan ponselnya. Ia mengalihkan matanya pada dasi yang dibelikan oleh Aimee. Dasi karya Stefano Ricci yang terbuat dari bahan satin sutra yang berwarna hitam silver.
"Seleramu cukup bagus." Shane meraih dasi merk terkenal itu. Ia menyukai pilihan Aimee, sesuai dengan karakter dirinya. "Jadi, apa kali ini yang kau inginkan dariku?"
Aimee tersenyum kecil. "Tidak ada. Aku hanya ingin membalas kebaikanmu. Lagipula ini juga pakai uangmu. Aku tidak melakukan apapun."
Shane menarik Aimee duduk ke pangkuannya. "Kau sudah menyenangkan dirimu, bagaimana jika sekarang kau menyenangkanku?"
"Dengan senang hati." Aimee mengelus rahang Shane.
Bagaimanapun juga sikap Aimee terasa mencurigakan bagi Shane. Apakah benar Aimee melakukannya karena berterima kasih? Atau ada maksud lainnya?
Shane mengusir kecurigaannya, apapun alasan Aimee ia tidak peduli. Ia menyukai kenakalan Aimee saat ini. Terlebih ia kini bisa menikmati senyuman Aimee, ya meskipun Shane tahu senyum itu bukan sebuah senyuman lepas.
Aimee menciumi bibir Shane provikatif. Ia mulai membangkitkan gairah Shane yang selalu tak bisa dikontrol jika berada di dekatnya.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top