☪︎⋆✧ Chapter 8 : ❝New Mission.❞

❄️ Chapter 8 : New Mission.
🧊
🌨️ Bab 8.
|| New Mission ||
[ Misi Baru ]
.
❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️

Suara kenop pintu yang di tarik, kemudian bunyi dorongan pintu terdengar hingga ke pendengaran tajam milik Gojou. Sang pria masih menutup mata, tidak ada niatan untuk membukanya meskipun rasa kantuk sudah hilang semenjak lima menit lalu.

Ia masih setia bergelung dalam balutan selimut hangat. Meskipun diri kehilangan bantal guling -nya. Mungkin, itu juga yang membuat Gojou bangun dari tidurnya.

"Satoru."

Sebuah sentuhan ia rasakan pada lengannya. Telapak tangan yang hangat. Gojou bergumam menjawab panggilan wanitanya.

"Ayo, bangun."

Perlahan, kelopak mata ia buka, hal pertama yang ia lihat adalah diri [Name] di sampingnya. Dress hitam mulai dari atas dada sampai ke bawah lutut wanitanya pakai, ditambah cardigan putih berbahan hangat khas rajutan Korea.

Hitam dan putih memang warna yang cocok saat dipadukan. Bahkan pakaian kasual Gojou rata-rata berwarna hitam.

Gojou bangkit dari baringnya kemudian meletakkan kepalanya pada bahu [Name].

"Ne, makanan di bawah nanti dingin, loh."

Meski mereka adalah keluarga yang berada. Memiliki banyak pelayan di mansion utama dan beberapa mansion lainnya di daerah lain, bahkan di luar negeri. [Name] lebih suka memasak makanan sendiri untuk Gojou.

Ia menolak bantuan maid yang ingin membantunya memasak makanan. Gojou juga mengizinkan, ia tak masalah karena masakan [Name] pas pada indra perasanya. Rasa masakannya tidak lebih dan tidak kurang juga.

Terlebih, jika [Name] sedang memasak, ia akan sendirian dalam dapur 'kan? Makanya pada saat seperti itu Gojou menggunakan waktu itu untuk berduaan.

Tapi, karena ia malas bangun pagi hari ini. Gojou melewatkan kesempatan itu.

"Beri aku kecupan selamat pagi." Ucap Gojou. Sedikit tergelitik saat mengatakan kalimat ini.

[Name] mengecup pipinya secepat mungkin. Lalu bangkit dari duduknya hingga Gojou menegakkan tubuh.

Kedua tangan mungil menggenggam tangan besarnya. Berusaha menariknya untuk turun dari atas ranjang.

"Ayoo!"

.

.

Kedua insan saat ini berada dalam perpustakaan pribadi. Gojou rebahan di atas sofa, dengan pangkuan [Name] sebagai bantalnya. Wanitanya saat ini sedang membaca buku novel, dari sampulnya mungkin cerita genre fantasi. Werewolf dan Wizard.

"Hei, [Name]!" Gojou memanggil. Ia mengubah posisi menjadi tengkurap. Wajahnya tetap berada di atas pangkuan [Name].

[Name] menutup buku novelnya. Meletakkan benda itu di atas meja yang posisinya berada di samping kanan [Name].

"Hm?"

"Kau tak mau mendengar ceritaku?"

"Cerita apa?"

Gojou mengedipkan mata beberapa kali. Ia pastikan, [Name] lupa.

"Soal misi baru."

"Eh iya ... Aku melupakannya, hehe."

Gojou memajukan bibir, matanya tertutup.
"Tak apa, kau memang pelupa, sih. Bukankah ada bagusnya kau menghilangkan kebiasaan itu?" Gojou mengubah posisi menjadi telentang.

"Aku akan melakukannya saat kamu juga mau menghilangkan sifat aroganmu."

"[Name], kau tahu itu tidak akan pernah terjadi 'kan?"

[Name] mengangguk.
"Seperti sifat aroganmu yang tidak bisa benar-benar hilang. Aku juga tidak bisa jadi pengingat yang baik." [Name] mengembangkan senyum.

Gojou menatap dalam diam. Bertanya dalam angan, apa sebenarnya yang membuat [Name] tersenyum? Dalam beberapa hal, terutama menebak pikiran atau perasaan sang wanita, Gojou kesulitan dan mengganggap itu sebagai misteri.

Dari sekian banyak orang yang dengan mudah ia tebak. Orang yang telah meluluhkan, membuka hatinya yang hampir mati menjadi orang yang tidak bisa ia baca dengan mudah.

"Heee, aku jadi penasaran apa suatu saat nanti kamu juga akan melupakan namaku. Ataupun wajahku," ucap Gojou. Ini bukan candaan sebenarnya, meski diri menyampaikan dengan nada jenaka. Kadang Gojou memang memikirkan hal ini secara berlebihan.

"Itu tidak akan terjadi, loh. Habisnya, kamu spesial, sih." Senyumannya semakin mekar.

Damn shit!!

"Haha! Baiklah, baiklah~!"

Kekhawatiran Gojou seketika menghilang. Senyuman terpasang di wajahnya, kekehan kecil ia keluarkan. Tangan terangkat mengelus puncak kepala wanita tersayangnya.

"Semalam, para petinggi meminta mencari kutukan di salah satu sekolah. Masalahnya, mereka memintamu untuk melakukannya." Nada bicara Gojou terdengar serius.

"Masalah? Aku bisa melakukannya. Serahkan saja padaku."

Dia benar, kenapa aku khawatir?

"Bagus. Tapi, kau harus menyamar sebagai siswa."

[Name] menyentuh dagu.
"Apa kutukan yang dicari itu ada dalam sebuah kelas?" Tebak [Name]. Jika sampai ia harus menyamar sebagai siswa, ada kemungkinan kutukan itu bersemayam di dalam salah satu kelas di sekolah itu.

Gojou mengangguk.
"Menyamar menjadi guru di sana akan menyusahkan. Lalu, kau tidak bisa selalu berada di dalam kelas itu jika menjadi guru untuk mengawasi kutukan itu sebelum membantainya."

"Makanya aku harus menyamar sebagai siswa di sana." Lanjut [Name].

Gojou tersenyum lebar. Ia suka ini, berbicara tanpa perlu memikirkan dan menjelaskan semuanya. Cara berpikirnya yang bisa menebak jawaban orang lain dengan mudah membuatnya bosan.

Seolah ia sedang bertanya, berbicara, dan sudah tahu jawabannya sendiri. Padahal ia sedang berbicara pada orang lain.

"Tapi ... Apa aku masih cocok menyamar sebagai murid? Umurku sudah duapuluh lima tahun ...."

"Tubuhmu mungil, sih. Pasti bisa. Tenang saja."

"Kapan aku menjalankan misi ini?"

"Musim semi nanti, sayang."

❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️

I give you my love untuk yg udah vote ulang When Autumn Comes dan makasihh.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️

❄️ ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ ❄️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top