Dream

Layar penghubungku kepada si gadis boneka tiba-tiba menggelap. Perasaanku semakin khawatir. Apakah ada yang akan menolongnya nanti. Ataukah  dia akan mati membusuk tanpa siapapun yang tahu.

Walau kubilang hukuman ini tak cukup buatku, sebenarnya hukuman ini cukup menyakitkan. Aku diperlihatkan dunia mereka kepadaku, menyaksikan penderitaan mereka tanpa bisa mengulurkan tangan ke mereka untuk ditolong. Itu sakit. Walau ku tak tahu apa kaitan gadis boneka ini denganku, namun rasanya sama sakitnya ketika ku tak bisa menolong Nona.

Layar si gadis boneka kembali berkedip. Terlihat didalamnya semuanya putih. Aku cukup yakin tempat putih ini bukanlah dunia nyata.

Dia bermimpi?

Kulihat dia menatap tangannya yang cukup kecil. Lalu dia berdiri. Menatap sekitarnya. Kemudian dari kejauhan kulihat seseorang berlari kearahnya. Saat sosok itu semakin mendekat aku reflek membelalakkan mata. Tak percaya dengan apa yang kulihat.

"Kakak" kata sosok itu menerjang si gadis boneka.

Sosok itu tampak seperti anak laki-laki kecil berambut hitam sehitam arang dan mata biru bagai laut. Yang tampak begitu lugu.

Kurasa tak hanya aku yang kaget melihat sosok itu. Si gadis boneka itu sendiri tampak syok karena ku bisa mendengar suaranya rada tercekat dan layar di depanku tampak seperti ditetesi air.

"Erase..."

Erase...

Setelahnya yang kulihat hanyalah mimpi buruk. Anak kecil itu perlahan meleleh. Mengeluarkan cairan hitam dari mata dan mulutnya dengan tubuh gemetar ketakutan. Mulutnya yang penuh terus-terusan mengatakan hal itu.

Kata yang kuhafal mati itu.

"Maafkan aku...maaf...maaf..."

Tanpa sadar akupun mengucapkan hal yang sama dengan anak kecil itu. Ku bisa mendengar suara teriakan penuh kesedihan baik dari anak kecil itu maupun dari Si gadis boneka yang juga menangis meratapi sosok anak itu yang perlahan menghilang. Terus mengucapkan hal yang sama sepertiku sekarang.

"Maaf... Maaf sekali Erase..." kata itu terus berulang-ulang terucap dari layar itu.

"Aku gagal sebagai kakakmu..."

Aku hanya bisa menatap layar dengan air mata (?) yang perlahan memenuhi wajahku hingga menghitam. Menyentuh layar itu dengan tangan gemetar.

Bagaimana bisa aku tak mengenalmu sama sekali...

Kupikir hanya akulah yang dihukum karena kejadian itu.

Ternyata kau juga...

"Ini salahku..."

Hanya itu yang bisa kugumamkan dalam kesepian ini.

"Salahku..."

"Maafkan aku..."

Rasanya saat mengetahui kenyataan ini aku ingin sekali keluar dari dunia gelapku sekarang.Aku ingin sekali menghilang dari dunia ini.

Tapi itu mustahil.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top