Chain Girl
Ku tak ingat sudah berapa lama kau menggulung. Meratapi segalanya. Kepalaku rasanya berat sekarang. Sudah waktunya aku bergerak maju, bukan terus-terusan meratapi masa lalu.
Pffftt...
Bergerak maju. Maju kemana di dunia serba gelap ini. Ku tak bisa apa-apa disini. Dasar ku pikun.
Aku hanya mentertawakan diriku sendiri yang bodoh. Aku hanya memiliki masa lalu bersamaku, tidak masa depan.
Mati saja kau
Ini salahmu. Seharusnya kau tak menghancurkannya.
Kenapa kau menghancurkan kertas kami. Aku tak berharap kau menghancurkannya.
Sebentar.
Dari mana asal suara ini. Suara ini begitu familiar. Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar suara ini.
Dulu sebelum ku berakhir dengan waktu terhenti ku selalu mendengar ini. Suara yang begitu berisik yang membuat kepalaku serasa pecah dan membuatku gila. Namun sekarang suara itu sudah tak membuatku merasakan hal itu lagi. Walau suara itu masih membuat hatiku ngilu karena ku hanya ingin membantu pemilik suara kala itu.
Dari mana asal suara ini?
Ku menoleh mencari sumber suara, dan kembali mendapati sebuah layar baru. Mata siapa lagi ini?
Seumur hidup ku hanya benar-benar interaksi dengan tiga orang dan hanya mengenal lima orang.
Nona, Gadis Boneka, Nona Guardian Kepala Anggur, Raja Bayangan dan Ayah Nona.
Cukup logis aku bisa melihat dari sudut pandang Nona dan Gadis Boneka. Karena aku dan Gadis Boneka bisa dibilang bagian dari Nona. Tapi bisa dibilang sangat mustahil aku bisa melihat dari sudut pandang yang lain. Apalagi Ayahnya Nona.
Lalu mata siapa yang melihat dunia penuh rantai merah darah ini?
"DIAM KALIAN DASAR DEWA BRENGSEK"
Aku terlonjak kaget mendengar suara bentakan perempuan keluar dari layar. Suara yang keluar seperti suara perempuan. Suara yang sangat mirip dengan suara Nona. Hanya saja terdengar sedikit lebih tajam daripada suara Nona yang sedikit berjeda dan lambat karena terdengar selalu seperti suara orang kebingungan.
Ah... Dewa. Sumber suara yang menyalahkan itu ya. Suara para dewa pencipta kertas. Mereka sampai sekarang tak pernah berubah. Sangat tidak punya pendirian.
Rasanya seperti nostalgia.
Kubilang tak punya pendirian, karena mereka kadang meminta menghancurkan kertas buatan mereka sendiri, namun saat kertas itu hancur, mereka akan marah. Seperti sekarang Dewa Para Kertas sayup-sayup menyuruh gadis itu menghancurkan kertas. Setelah itu menyalahkannya.
Seperti yang kualami dulu. Dimasa-masa gilaku.
Tapi sepertinya gadis ini tidak gila. Dia sangat sadar dilautan permintaan Dewa yang terlalu menuntut.
"Kalau aku menemukan perempuan yang jatuh ke Void itu nanti, akan kupastikan lehernya patah sebagai akibat sudah membuang dosa seenaknya"
Seketika ku terdiam lama sekali.
Perempuan yang jatuh ke Void
Bagaimana dia tahu soal Nona? Bahkan menyumpahinya dengan penuh kebencian dan pengharapan akan kematian seperti itu...
Siapakah kau wahai gadis rantai?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top