Chapter 17 - Here Lie The Heroes

Aku ingat, Mama pernah mengajak kami sekeluarga menonton pertunjukan balet klasik di Krasivyy Theatre. Saat itu dipentaskan sebuah kisah tentang seorang Ratu Angsa bernama Odette dengan judul Swan Lake karya Pyotr Ilyich Tchaikovsky.

Odette disihir oleh Baron Von Rothbart sehingga hanya bisa berwujud manusia antara tengah malam sampai fajar dan kutukan ini akan berakhir hanya bila ada seorang laki-laki yang mau mengikrarkan janji cinta sejati abadi.

Tersebutlah seorang pangeran bernama Siegfried yang hampir berusia 21 tahun. Pangeran Siegfried didesak untuk menikah oleh ibunya. Dalam kebingungan, sang pengeran memutuskan untuk berburu ke danau angsa. Saat akan memanah buruannya, Siegfried melihat sosok Odette dari kejauhan. Terpesona oleh keanggunan Odette, ia pun jatuh cinta dan sering melakukan pertemuan di danau itu saat tengah malam hingga fajar menyingsing.

Pada hari ulang tahun Pangeran Siegfried tiba, ia mengundang Odette ke istana. Namun, Von Rothbart murka mengetahui pangeran jatuh cinta pada Odette hingga menyandera sang Ratu Angsa dalam sangkar besi. Von Rothbart juga menyihir wajah putrinya, Odile, menjadi seperti Odette. Pangeran terpesona oleh kecantikan Odile yang misterius dan menggoda.

Pangeran yang termakan tipu daya Von Rothbarth pun mengira Odile adalah Odette hingga terlanjur bersumpah menikahi Odile. Pengkhianatan ini mengunci nasib Odette yang tubuhnya melemah karena sihir Von Rothbart dan memutuskan pergi ke danau angsa dengan kesedihan yang mendalam.

Siegfried tersadar, lalu menyusul Odette ke danau angsa untuk meminta maaf. Odette berkata, ia tak punya pilihan selain bunuh diri. Pangeran menyatakan kalau ia juga akan ikut mati bersama Odette. Von Rothbart muncul mencegah mereka bersatu, tetapi dua sejoli itu lebih dulu menyeburkan diri ke danau. Mantra Von Rothbart patah, kekuasannya hancur. Ia menjadi saksi roh Odette dan Pangeran Siegfried naik ke langit, bersatu dalam kehidupan setelah kematian*.

Entah mengapa aku langsung teringat kisah ini ketika melihat hubungan antara Lev, Tatiana, Lidya, dan Koslov walau pastinya terdapat perbedaan di antara dua cerita itu. Koslov bukanlah penyihir meskipun ia tetaplah tokoh jahat yang berusaha memisahkan Lev dengan Tatiana, tidak hanya Koslov yang andil dalam kematian ini tetapi juga Lidya putrinya yang menodai tangannya langsung, dan akhir kisahnya pun tidaklah sebahagia itu---walau dapat dikatakan juga tragis karena mereka, Siegfried dan Odette, sama-samat mati bunuh diri---karena Lev tidak bisa semudah itu meninggalkan Norvogods seperti Siegfried. Ia hanya bisa mengerang seperti rusa terluka kena panah sembari memeluk tubuh Tatiana yang perutnya bersimbah darah.

Ayah merangkak menuju jasad putri tertuanya, menangis bersama Lev. Sean Ivanovic ikut jatuh berlutut di tempatnya tadi berdiri. Dimetric memeluk Anastasia yang menangis histeris. Kututup mulutku yang terbuka lebar akibat keterkejutan melihat kematian kedua secara langsung di depan mataku.

Sean mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Walaupun ia tidak ingat jika memiliki perasaan pada Tatiana, aku tahu jauh di dasar yang paling dalam hatinya tak pernah lupa.
Lev mengusap wajah Tatiana yang basah oleh air matanya. Ibu jari dan telunjuk bergerak menutup kelopak mata Tatiana yang masih terbuka. Ia menggeram, “Bawa perempuan itu pergi dari sini. Aku tak mau menodai tanganku dengan darah putraku sendiri.”

Dua anak buah Dimetric yang tadi membawa Lidya ke sini langsung maju menuruti perintah Lev, mencekal kedua tangan Lidya meski gadis itu meronta sekuat tenaga.

“Lepaskan tangan kalian dariku. Aku calon ibu suri Norvogods, aku tsarina kalian!” Teriakan Lidya tidak digubris siapa pun.

Sukacita besar seketika berubah menjadi hari perkabungan. Seorang gadis yang paling dicintai tsar sekaligus putri kebanggaan dan saudari kesayangan dari keluarga Tolstoy telah mangkat. Meninggalkan orang-orang terkasih berduka atasnya.

Aku tidak terlalu mengingat keseluruhan peristiwa pemakaman hari itu. Semuanya muram dan penuh kesedihan membuat dadaku sesak seakan ada beban berat yang menindih di atasku. Lev menghadiri pemakaman tanpa sorot kehidupan di matanya. Ibu terus-terusan memohon pada Zirnitra atau penyihir lain agar membangkitkan lagi Tatiana, tetapi itu tak mungkin dan sulit. Selain menyalahi suratan takdir---menurutku, itulah yang dilihat Zir malam itu---, roh yang akan dipanggil dalam ritual bisa jadi bukan roh Tatiana dan itu sangat berbahaya.

Sayangnya meski Lev sudah memaksa, mendesak, berteriak, dan lain sebagainya yang bisa ia lakukan Tatiana tidak bisa dimakamkan di pemakaman tsar dan tsarina karena statusnya saat itu bukanlah istri Lev lagi melihat Lev kini sudah menceraikannya dan menikahi Lidya walau di bawah paksaan Koslov. Kakakku itu dimakamkan di gua tempat kami pernah bersembunyi yang juga merupakan tempat ia ditawan. Tubuhnya dibaringkan di sebelah makam gundukan tanah yang berisi jasad Rurik.

“Di sini terbaring para pahlawan Norvogods.” Begitu papan yang dibuat di pintu gua karena orang-orang dari pihak kami yang gugur juga dibaringkan di tempat yang sama.

Lidya dijatuhi hukuman kurungan seumur hidup di kamar terkunci yang teletak di sayap barat menara paling atas. Pengunjungnya dibatasi hanya tabib dan seorang pelayan pribadi yang sudah menjadi pelayannya sejak sebelum menikah dengan Lev dan menjadi satu-satunya manusia yang bisa menjadi teman bicaranya---meski sepertinya ia lebih memilih bungkam---sekaligus membawa makanan serta memastikan isinya habis demi si jabang bayi.

Pintunya dijaga 24 jam setiap hari, masing-masing oleh dua orang penjaga yang memiliki pergantian jam empat kali sehari. Jendela kecil di ruangan itu juga diberi terali agar Lidya tidak mencoba untuk bunuh diri. Keamanan ketat tingkat tinggi diberikan padanya. Dan Lidya akan tetap tinggal di sana hingga bayinya lahir, setelah itu dipindahkan ke sel bawah tanah bersama tahanan perang lainnya.

Kabar buruk bagi keluargaku tidak hanya sebatas pembunuhan Tatiana. Luka akibat benturan di mata kiri Eugenia dengan kaki meja waktu itu tidak bisa disembuhkan. Adik bungsuku terpaksa buta sebelah mata karenanya.

Meskipun demikian, Eugenia tetap seceria biasanya ditemani oleh Olga yang selalu setia menjaga. Ia selalu mencoba menghibur agar kekhawatiran kami berkurang yang hampir mustahil terjadi.

“Tak apa,” kudengar ia berkata. “Aku tidak pernah takut menjadi buta. Selama aku bisa membaca pikiran kalian, selama itu juga aku masih akan tetap bisa melihat. Kalian yang akan melihat untukku.” Kedewasaan cara berpikirnya melebihi milikku padahal aku jauh lebih tua dari padanya. Mungkin jika aku yang mengalami kecelakaan itu, mulutku sudah mengeluarkan berbagai sumpah serapah mengutuki langit.

Hal yang sama terjadi juga pada Mr. Grecell yang membuatku sungguh menyesal telah membawanya kemari bersama Sean dan aku. Ia sempat dirawat oleh Zirnitra selama beberapa minggu setelah perang berakhir. Setelah sering mengalami pusing dan sakit kepala hebat, pria itu akhirnya mengembuskan napas terakhirnya. Sean bilang mungkin Mr. Grecell menderita pendarahan akibat gegar otak yang disebabkan oleh hantaman perisai waktu itu. Tubuhnya juga dibaringkan bersama Tatiana, Rurik, dan yang lain di Gua Pahlawan. Saat membereskan barang-barangnya, kutemukan agenda milik Mr. Grecell yang memuat petualangan kami serta teori-teori yang sempat kami utarakan dan memutuskan untuk ikut menguburkan buku itu bersama pemiliknya.

Liev dan istana dipulihkan. Politik dan ekonomi kembali normal di bawah pemerintahan Lev. Hukum sebelumnya yang Koslov buat atas nama Lev tentang melegalkan dan mengharuskan perburuan penyihir, telah ditambah menjadi hukuman mati bagi siapa pun yang  dengan sengaja membunuh dan memburu penyihir yang bukan merupakan bentuk pertahanan diri. Dengan kata lain, jika penyihir tidak menyerangmu lebih dulu maka kau tidak boleh membunuhnya. Lev juga meluruskan kesalahpahaman antara rakyat Norvogods dan para penyihir yang diakibatkan oleh ketakutan dan hasutan Koslov. Ada beberapa juga yang masih menentang keberadaan penyihir, tetapi paling tidak kebanyakan orang Norvogods sudah mulai menerima mereka.

Yang jelas-jelas kami rasakan adalah perubahan sosok Lev sejak kematian Tatiana. Semua orang bisa melihat hal itu. Ia menjadi dingin, lebih serius, kehilangan selerah humor, tak pernah lagi menyapa pegawai istana yang menjadi kebiasaannya dulu, dan beberapa kali ketahuan melamun dengan sorot mata kosong seperti orang depresi. Orang-orang menjadi segan padanya.

Sean dan aku menyambut lembar baru hidup kami tanpa semangat. Keluarga Tolstoy kembali ke rumah lamanya tanpa kehadiran Tatiana. Anastasia dan aku jadi tak terpisahkan bagai anak kembar. Sean Ivanovich serta Sean masih seperti orang asing, tetapi lebih dekat daripada sebelumnya. Memang begitu pembawaan mereka yang tidak gampang dekat dengan orang lain. Lagipula mereka tidak memiliki saudara kandung---terutama Sean Ivanovich karena Sean pernah mengalami menjadi abangku, anak-anak Papa dan Mama---sehingga masih aneh untuk membiasakan diri dengan sebutan keluarga.

Pernah karena penasaran aku bertanya pada Sean Ivanovich mengapa ia tak memiliki nama keluarga meskipun menyandang nama ayah setelah namanya sendiri. Jawab pemuda itu, “Entahlah. Orang-orang bilang aku lahir dari orang tua yang tidak menikah sehingga tidak pantas menyandang nama keluarga. Namun ibuku bersikeras ingin memberikanku sedikit bagian dari Ayah melalui namanya.”

“Jadi nama ayahmu Ivan?”

Sean Ivanovich mengangkat bahu tak peduli. “Bisa dibilang aku tak mau tahu lagi. Saat aku kecil aku selalu bertanya-tanya dalam hati apakah pria di depanku ini adalah ayahku atau bukan setiap menemui orang bernama Ivan. Kalau pun ayahku masih hidup, atau mungkin sudah mati, aku tak akan pernah mencarinya. Aku hidup di jalanan setelah kematian Ibu dan diselamatkan oleh Tuan Tolstoy dan bersahabat dengan Tatiana karena Dimetric terlalu sibuk mengejar mimpinya menjadi seorang prajurit istana.” Dan pembicaraan berakhir di sana.

Aku berbagi kamar dengan Anastasia karena sebelumnya ia sekamar dengan Tatiana. Tidur kami selalu gelisah setiap malam hingga berbulan-bulan kemudian. Tengah malam aku juga sering mendengar Ibu menangis, tetapi aku tak pernah turun dari ranjang untuk menemaninya karena takut mengganggu. Aku berpendapat, Ibu butuh waktu sendiri untuk mengikhlaskan kepergian putrinya.

Sebisa mungkin aku tidak merepotkan siapa pun dalam masa transisiku ke gaya hidup konvensional. Mereka sudah memiliki cukup banyak hal yang harus diurus pasca perang tanpa perlu ditambahi masalah sepele dariku. Aku membiasakan diri berjalan kaki ke mana pun, mencuci baju di tempat pencucian baju bersama di dekat sumur kota, belajar keterampilan wanita seperti menyulam dan memintal, dan sebagainya.

Kedua Sean memutuskan untuk mengikuti jejak Dimetric dalam karir keprajuritannya. Mereka sama-sama berlatih untuk menjadi pengawal Lev. Seleksi akan dilaksanakan minggu depan sehingga seringnya mereka berdua pergi ke padang rumput sehingga aku ditinggal bersama Anastasia untuk bergantian menjaga Eugenia dan Olga.

Hari ini adalah hari pertama aku benar-benar sendiri di rumah keluarga Tolstoy, tidak termasuk pelayan-pelayan yang ada di bawah. Ayah sudah kembali bekerja kembali seperti sedia kala sebagai penasihan tsar, kedua Sean menghilang seperti biasa dengan pedang kayu serta busur dan panah, Anastasia pergi bersama Ibu sejak sebelum aku bangun, dan Olga serta Eugenia sedang bermain bersama teman-teman sepantarannya dari sekeliling desa.

Kuputuskan untuk berjalan-jalan mengunjungi Raquel di rumahnya sebentar sebagai kawan lama untuk melihat keadaannya. Proteksi yang mengelilingi pondok batu itu sepertinya sudah dibuka dan tempat itu kembali seperti seperti pertama kali aku kemari.

Raquel berdiri sambil berkacak pinggang di ambang pintu. “Apa yang kau inginkan? Aku tak mau memanggilkan roh Tatiana atau pria asing itu untukmu atau untuk siapa pun,” katanya saat aku sudah cukup dekat untuk mendengar.

“Aku hanya ingin datang menyapa. Bukankah itu hal yang wajar untuk saling berkunjung ke rumah teman?”

“Aku bukan temanmu,” sangkalnya. “Dan jangan pernah menganggap sebaliknya.”

Aku terus saja bicara, mendesak masuk ke rumah Raquel. “Kau sedang sibuk?”

Raquel bersidekap sambil berdecak. “Lama-lama kau semakin mirip Tatiana, tidak pernah memperhatikan ucapanku. Jika kau tanya apakah kau sibuk atau tidak, ya aku selalu sibuk jika harus berurusan denganmu.”

Ia berjalan kembali ke mejanya. Jubahnya sengaja dikibaskan mengenaiku ketika lewat. Tangannya sibuk meracik sesuatu di kawah tembaganya. Persis sama seperti penyihir dalam film saat sedang membuat ramuan.

“Pulanglah kembali ke tempat asalmu. Jangan berlama-lama di sini."

Aku mengambil bangku dan duduk di hadapannya. “Tak mau. Rumahku sedang kosong jadi aku ingin berjalan-jalan dulu sebelum waktunya makan malam.”

Raquel meletakkan sendok kayu yang tadi digunakannnya untuk mengaduk ramuan dan menatapku. “Kembalilah ke zamanmu. Tolstoy bukan lagi keluargamu. Bawa salah satu Sean yang menjadi kakakmu juga. Matinya pria asing itu saja sudah merupakan kesalahan.”

“Maksudmu?”

“Sepertinya aku harus menjelaskan dari awal. Sampai kapan kau akan merepotkanku dalam masalah keluargamu, Tatiana,” gumamnya untuk diri sendiri.

“Begini,” Raquel memulai. “Kemampuan Tatiana yang disalurkan ke loket itu memiliki satu kelemahan, yaitu menghilangkan memori orang yang melewati portalnya ke masa depan karena memang hanya Tatiana yang bisa mengenakan benda itu tanpa terkena efeknya. Namun, bila kembali ke masa lalu seperti yang kau lakukan itu tidak akan ada memori yang hilang. Aku kurang bisa menjelaskan. Anggap saja seperti tali busur. Menuju masa depan artinya menarik tali busur ke belakang hingga tegang untuk mendorong anak panah ke depan nantinya. Kembali ke masa yang lalu sepert tali busur yang telah dilepaskan dan kembali ke bentu semula. Aku tidak dengan sengaja membuat portal itu kembali, tetapi sudah menjadi satu paket bila portal waktu harus berjalan dua arah. Itu yang dinamakan konsekuensi waktu.”

Ia melanjutkan, “Karena efek hilang memori itulah Tatiana memutuskan untuk mengirim dirimu saja karena kau memiliki kemampuan psikometri. Ia berharap kau bisa mendapatkan kembali memorimu melaluinya. Sean dikirim untuk menjagamu, kupikir kau juga sudah tahu.”

Keningku berkerut mencoba menerima penjelasannya. “Lalu, tentang aku harus kembali?”

“Itulah konsekuensi takdir,” katanya. “Tatiana membuat portal kembali ke waktu sebelum dirimu dan Sean yang pertama pergi ke masa depan sehingga ketika kau kembali ke sini ada dua Anastasia dan dua Sean. Hal itu membuatmu hidup sebagai manusia yang berbeda. Kau bukan lagi Anastasia Nikholaevna Tolstaya. Kau hanya menjadi gadis itu sampai kau menjejakan kaki pertama kali di era ini. Sekarang kau dan Sean adalah pribadi baru dari masa depan. Untuk itulah aku memintamu kembali ke zamanmu karena takdir sudah berubah.”

“Jadi sekarang aku benar-benar menjadi Annette? Bukan lagi menjadi Anastasia yang dikirim ke masa depan? Maka dari itu Tatiana mengira aku akan membencinya, karena ia mengorbankan diriku terhapus dari keluarga Tolstoy?”

”Kurang lebih seperti itu. Namun kau tak bisa menggunakan loket Tatiana yang masih aktif karena benda itu hilang. Aku tak melihat loket itu di lehernya,” balas Raquel. ”Tapi sebagai penghormatan terakhir aku akan merepotkan diri untuk memulangkan kau dan Sean, hanya untuk kali ini saja.”

∆∆∆

*Diambil dari diversitynia.wordpress.com

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top