Ibu dan Olga langsung menghampiri Eugenia yang masih berteriak sambil menutup mata kirinya dengan kedua tangan. Ia menangis kesakitan. Darah mengalir dari mata yang itu membuat kami semua panik.
Tanpa bertanya, Ibu langsung meraup si bungsu dalam pelukan dan berlari keluar menuju barak pengobatan yang didirikan di rumah Raquel. Olga masih di sini bersama Sean dan aku untuk membangunkan Mr. Grecell. Syukurlah ia tidak mati kena hantaman. Napas dan denyut nadinya ada.
Kami mengguncang-guncangkan tubuh Mr. Grecell sambil memanggil namanya. Satu menit berlalu, dua menit tak ada respon, tetapi di menit ketiga keluar erangan lirih dari mulutnya. Aku mengeluarkan napas lega, tak sadar telah menahannya selama ini.
"Ann?" panggilnya ketika sadar. "Apa yang terjadi?"
"Hanya tentara yang menghantamkan perisainya ke kepala Anda. Semua baik-baik saja, Anda baik-baik saja," kataku menenangkan. Tidak hanya untuk Mr. Grecell, tetapi untuk diriku sendiri juga.
Pria itu membekap mulutnya. "Perutku rasanya mual." Dan Mr. Grecell berpaling ke samping untuk memuntahkan sarapannya.
Aku menatap Mr. Grecell prihatin. "Anda harus segera kembali ke rumah Raquel agar Zirnitra dan Ione dapat memeriksa Anda. Kuharap ada rumah sakit di sini sehingga Anda bisa ditangani dokter ahli bukannya dua orang penyihir. Anda bisa berdiri?"
Mr. Grecell mengangguk. Ia menggunakan bahuku sebagai tumpuan dan tanganku menahan sikunya. Ia bisa jatuh kalau tak kupegang saat ia terhuyung ke belakang.
"Ayo, Olga. Tugas kita sudah selesai. Omong-omong, di mana Nyonya Sveta dan Eugenia?"
Aku menjawab pelan. "Eugenia mengalami kecelakaan. Ibu langsung membawanya pergi ke rumah Raquel tadi."
Kepala pria itu langsung bergerak tak tentu arah yang kuartikan sebagai gelengan. "Oh, tidak!" serunya sedih. "Itu semua salahku. Seharusnya aku tidak mendorong Eugenia terlalu keras."
"Tidak, tidak, itu bukan salah Anda. Justru kami harus berterima kasih karena Anda telah menyelamatkan Eugenia. Jika tidak, mungkin ia sudah tewas sekarang karena tengkorak yang remuk," balasku. "Apa Anda bisa berjalan?"
"Kurasa, ya."
Mr. Grecell melangkah keluar dapur dengan sempoyongan. Aku menahannya di salah satu sisi dan Sean membantuku menahan berat Mr. Grecell di sisi yang lain.
"Aku bisa membawanya ke rumah Raquel jika ia sudah tak mampu berjalan, tenang saja," ucap Olga. Namun, aku masih tetap khawatir walau aku tak meragukan kemampuan Olga membawa beban satu pria dewasa pulang .
Setelah memastikan mereka semua selamat sampai di luar istana, aku langsung meminta Sean menemaniku ke ruangan Koslov untuk melihat apakah benar ada ruang rahasia di sana tempat Tatiana disembunyikan. "Bantu aku," kataku yang membuat Sean langsung mengekor naik ke ruangan yang sempat kami masuki dulu.
Sampai di sana kuketuk setiap inci dinding untuk mendengarkan apakah ada bagian yang terdengar kosong atau tidak. Ternyata tidak ada yang kosong sehingga teoriku akan ruangan rahasia gagal. Semoga Sean Ivanovich dan Anastasia lebih beruntung.
Sean dan aku memutuskan untuk membantu Ayah, Dimetric, dan Lev di ruang rapat. Aku tidak tahu apakah aku benar-benar akan membantu atau menjadi beban bagi mereka, tetapi coba saja. Paling tidak tambahan dua orang berarti sesuatu.
Pemuda itu menyerahkan dua buah belati yang didapatnya dari ikat pinggang tentara yang ia lumpuhkan di dapur tadi. Aku sedikit ragu menerimanya.
"Aku tak bisa bertarung," keluhku.
Sean tetap mengangsurkan belati-belati itu dan mengangkat bahu.
"Seorang amatir melawan dengan liar, tetapi gerakan profesional mudah diprediksi. Itu kata-kata yang pernah kubaca di internet. Bawa saja untuk membela diri. Barangkali mungkin kau harus menyelamatkan aku."
Setengah khawatir sekaligus setengah bersemangat, aku menerima dua belati dari tangannya. Satu buah kuselipkan di ikat pinggang dan satu buah belati lainnya kugenggam erat seakan nyawaku bergantung pada benda panjang itu.
Kami menuju aula tempat dewan istana sempat rapat sebelum mendapat interupsi serangan dari Dimetric beserta anak buahnya. Banyak tentara Koslov berjatuhan di sepanjang jalan, walau tidak sedikit juga dari pihak kami. Meski begitu kelompok Dimetric berada di atas angin. Ayah melawan Vorobyev senior, Dimetric berhadapan dengan Vorobyev junior, dan Lev membereskan Koslov.
Kebencian ada di wajah Lev. Tampak sekali ia sangat ingin mengakhiri hidup pria jahat di hadapannya. Pria itulah yang membunuh mendiang tsar dan yang telah mengganggu penyihir sehingga terjadi kematian tsarina, ibu Lev, yang tak disengaja. Koslov jugalah yang membuat citranya buruk di hadapan seluruh rakyat Norvogods karena bertindak mengatasnamakan Lev Tsar sehingga ia dianggap tsar yang tidak mumpuni.
Tak banyak yang bisa Sean dan aku lakukan agar tidak mengganggu konsentrasi mereka. Akhirnya kami hanya membawa pihak kami yang terluka, menyingkir ke tempat yang lebih aman untuk memberikan pertolongan pertama dan selanjutnya diserahkan pada yang lain yang sanggup membawa rekannya sampai ke rumah Raquel.
Dapat kulihat Dimetric bukanlah lawan yang sebanding bagi Vorobyev junior. Bagaimanapun, abangku dilatih lebih intensif daripada dirinya. Beberapa menit kemudian putra Vorobyev senior itu berhasil dilumpuhkan. Vorobyev tua juga tidak lebih baik. Melawan Ayah dan Dimetric yang membantunya, ia langsung terkapar di samping anaknya. Sekarang yang tinggal hanyalah duel antara Koslov dan Lev. Antara kambing dan singa berdarah serigala.
Koslov dan Lev berjalan melingkar berhadapan, menjaga jarak di antara mereka tetap sama sambil mencari ancang-ancang serta celah dalam kewaspadaan lawannya.
"Kau suka tongkat baruku?" tanya Koslov di tengah pertarungan mereka.
Lev membalas kaku, masih fokus pada pergerakan Koslov. "Maksudmu ukiran singa kecil yang ada di dalam mulut ukiran kepala kambing? Kau membuat tongkat baru hanya untuk menyombongkan kemampuanmu menguasaiku? Menaikkan pajak dan membuat peraturan untuk memburu penyihir dengan stempel namaku?"
Lawan bicaranya terkekeh.
Koslov melompat ke depan, mengarahkan ujung runcing senjatanya ke dada Lev. Beruntungnya, Lev bisa menghindar dan memukul tengkuk Koslov dengan sikunya. Pria itu hampir jatuh, tetapi kakinya berhasil mendapatkan kembali pijakan yang mantap. Seringaiannya tadi berubah menjadi dengkusan.
"Ayahmu akan sangat kecewa."
"Tidak!" sangkal Lev tegas. "Ayahku akan bangga bila aku berhasil menyingkirkan ular-ular yang bersarang di istana Norvogods."
Seringaian Koslov berubah menjadi dengkusan. Ia mengarahkan pedangnya kalap ke arah Lev. Pemuda itu menangkis setiap serangan dengan sekali kibasan pedang.
"Menyerahlah sekarang, Koslov. Kau sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Letakkan pedang itu dan akan kupertimbangkan untuk meringankan hukumanmu."
"Satu-satunya yang harus kulakukan adalah membunuhmu! Dengan begitu Lidya akan menjadi tsarina penguasa tunggal Norvogods dan akhirnya akan kembali memerintah di balik punggungnya seperti yang kulakukan padamu." Koslov bergerak cepat ke belakang Lev hingga berhadapan dengan punggung pemuda itu.
"Argh!" Lev berteriak.
Pedang Koslov sukses menyabet kedua betis Lev hingga pemuda itu jatuh berlutut di depan Koslov dengan menyanggakan beban tubuhnya pada pedang dalam genggaman.
"Mati kau, Yang Mulia!"
Koslov menganyunkan pedangnya ke atas kepala, bersiap membunuh. Namun, sebelum itu terjadi dengan sigap Lev berbalik dan menancapkan pedangnya lebih dulu ke dada lawan. Ekspresi terkejut dan kengerian terlukis sempurna di wajah itu. Koslov ambruk. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Koslov atas Norvogods.
Kami semua bersorak dan saling memberi selamat. Sudah dapat dipastikan akan ada pesta besar di mana-mana karena Norvogods sudah kembali pulang ke tangan pewarisnya yang sah. Dan untuk hal itu, sepertinya aku harus mengoreksi istilah pemberontak yang kuberikan pada kelompok kami karena sesungguhnya kami tidak memberontak, kami adalah orang-orang yang masih setia pada Lev yang membantunya membebaskan diri dari kuk yang dipasang Koslov di tengkuknya, membuatnya menjadi seperti kuda tunggangan di mana Koslovlah yang memegang tali kekangnya.
Perang akhirnya usai. Terompet diserukan di atas menara untuk menandakan bahwa Koslov telah dikalahkan dan orang-orangnya diminta menyerahkan diri. Sorakan kegembiraan terdengar di seluruh penjuru Liev. Aku memeluk Sean. Mimpi buruk kami sudah lewat.
Seluruh pihak yang membantu Koslov dibawa ke penjara bawah tanah istana untuk menunggu hukuman dijatuhkan pada mereka pada pengadilan yang akan datang.
Lidya digiring dari kamarnya ke aula terlebih dahulu karena permintaanya bertemu Lev. Dua anak buah Dimetric berusaha menahan tangannya di kanan kiri agar gadis itu tidak lari. Namun dengan angkuh ia berseru, "Singkirkan tangan hina kalian dari tubuhku! Kalian merusak gaunku."
Lev yang masih berlutut karena luka di kedua betisnya menatap Lidya dengan pandangan jijik membuat ekspresi terluka di wajah tsarina itu.
"Kupikir sekarang kedudukan Ayah dan kau impas," ucapnya. "Ayahku membunuh ayahmu, lalu kau membunuh ayahku."
Tak ada balasan dari suaminya. Lev menatap kosong suatu titik di kejauhan hingga tiba-tiba pupilnya melebar serta berteriak, campuran antara bahagia dan kelegaan. "Tatiana!"
Arah pandang semua orang beralih pada apa yang dilihat Lev. Benar saja, di pintu aula ada Sean Ivanovich dan Anastasia sedang memapah tubuh kurus Tatiana menuju ke arah kami. Jadi Anastasia benar jika Koslov menawan Tatiana di gua persembunyian kami sebelumnya.
Kepala Tatiana mendongak hingga matanya bertemu dengan mata Lev. Sontak, ia meminta Sean Ivanovich dan Anastasia melepaskan dirinya dan tubuh yang semula lemah hingga perlu disangga dua orang menjadi penuh energi karena bahagia. Ia berlari menyeberangi aula menuju Lev.
Pemuda itu berusaha berdiri untuk menyambut Tatiana dengan membuka tangannya, menawarkan pelukan. Pedang yang semula menjadi tumpuannya dibiarkan jatuh begitu saja. Lev menolak anak buah Dimetric yang mencoba menolong karena tak ingin membuat Tatiana terlalu khawatir dengan lukanya.
Jarak mereka semakin dekat. Aku merasa malu sendiri melihat adegan seperti dalam film roman seperti itu. Namun begitu, hatiku juga menghangat karena kakakku menemukan kebahagiaannya bersama Lev. Perasaan di antara mereka berdua membuatku terharu. Sean dan Sean Ivanovich memalingkan wajah.
Yang tidak kami duga dan perhatikan sama sekali adalah ada seorang gadis lain di ruangan itu yang turut menyaksikan detik-detik menjelang peristiwa sukacita terjadi di depan matanya. Bibir memberengut, kedua matanya dipenuhi sorot kebencian mendalam, dan giginya saling gemeratakan di dalam mulutnya. Lidya mengambil pedang Lev dan menusukkan benda itu ke perut Tatiana saat gadis itu hampir sampai dalam dekapan Lev.
Saat aku menyadari hal itu, sudah terlambat untuk memperingatkan. Lidya dengan wajah tanpa ekspresi menarik benda itu keluar dan menjatuhkannya. Darah menyembur ke gaun Tatiana, Lev, dan Lidya. Tatiana muntah darah lalu tubuhnya jatuh mengikuti arah gravitasi. Lev menangkapnya sebelum kepala gadis itu membentur lantai marmer aula.
"Sekarang kita benar-benar impas. Aku membalaskan dendamku karena gadis ini menyakiti hatiku. Seharusnya aku yang kau cintai. Sekarang ia tak bisa hidup bahagia bersamamu," Lidya berucap dengan nada dingin.
Anastasia dan aku berteriak. Para pria mengacungkan senjata mereka ke arah Lidya, tetapi gadis itu malah tertawa histeris. "Kalian tak bisa membunuhku begitu saja. Ada bayi dalam perutku. Aku mengandung putra Lev."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top