Chapter 12 - Jeopardy

Dengan cepat Sean membekap mulut Lev, mencegahnya berteriak memanggil penjaga, dan mendorongnya masuk.

“Tutup pintunya, Ann!” perintahnya.

Segera kuturuti dengan menutup pintu ganda besar ruang tamu milik Tatiana. Lev meronta, dan karena pemuda itu dilatih dengan baik sedari kecil maka tak sulit untuk melepaskan diri dari Sean. Wajahnya merah menahan marah dan kebingungan. Mungkin ia menganganggap ini penghinaan.

“Lelucon apa ini?” semburnya. “Tatiana, apakah kau bisa menjelaskan ini semua?”

Tatiana menghela napas seraya menaikkan selendang yang ia kenakan sebagai selimut menutupi bahu dan dadanya. “Duduklah dulu, Lev. Karena kalian sudah tahu akan kuceritakan juga semuanya pada kalian, aku janji.”

Gadis itu mempersilakan suaminya duduk di sofa yang ia tempati tadi. Kami berempat---Mr. Grecell, Sean, Anastasia, dan aku---duduk di sofa seberangnya sementara Tatiana menempatkan diri di bangku kecil di salah satu sisi sofa Lev.

Mata Lev memicing menatap Anastasia dan aku bergantian. Tatiana menangkap hal itu lalu tersenyum. “Aku tahu kalian semua bingung, jadi akan kuceritakan semuanya.”

“Kalau begitu ceritakanlah,” sahut Lev. Tubuhnya disandarkan ke punggung sofa, tangannya bersedekap.

“Baiklah, aku akan mulai dari awal,” ucap Tatiana. ”Tapi sebelum itu, aku memohon agar kau memaafkan aku, Lev. Ada alasan mengapa aku menyembunyikan hal ini darimu. Semua menyangkut keselamatan keluargaku.”

“Seperti yang kau tahu, Ayahku, Nikholai, adalah penasihat tsar dari sejak masa mudanya. Beliau bertemu dengan ibuku, seorang gadis desa bernama Sveta di sebuah festival dan memutuskan untuk menikah tanpa tahu latar belakang kehidupannya. Waktu itu tentu saja, orang-orang tidak membenci penyihir begitu hebat seperti sekarang. Mereka hanya takut pada kekuatan mereka dan gaya hidupnya. Tanpa disuruh pun warga desa menjauhi hutan bila hari sudah petang. Namun semua berubah saat ada penyerangan penyihir yang menewaskan ibumu dan sepupu jauhnya. Tsar dan Koslov begitu membenci penyihir karena itu dan memburu mereka habis-habisan. Rakyat dibuat ketakutan luar biasa hingga mampu merajam seseorang dengan batu bila kedapatan menampakkan hal-hal ganjil berbau supernatural.”

“Ibuku bukan penyihir, begitu juga kami.” Mata Tatiana menerawang melewati jendela. “Ibu hanya salah satu dari segelintir manusia biasa yang memiliki kemampuan tambahan pada indranya. Beliau bisa melihat kejadian di tempat yang jauh pada waktu yang sama, maka dari itu ibu bisa mengawasi kami ketika kecil walau ibu sendiri tidak ada di sana.”

“Ibu tidak memberitahukan pada Ayah tentang kekuatan yang dimilikinya. Yang ibu tahu, pria yang ia nikahi adalah orang paling loyal dan taat hukum di Norvogods jadi ia mengambil resiko untuk bungkam. Kekhawatiran ibu sedikit hilang saat Dimetric, kakakku, menginjak usia dua tahun tanpa menunjukkan tanda-tanda tak masuk akal. Begitu pula dengan kelahiranku dan Anastasia.”

Tatiana menyesap minuman yang sempat diantarkan oleh pelayan untuk kami semua. “Sayangnya,” lanjut gadis itu, “saat aku memasuki usia lima tahun dan Anastasia empat tahun ada kejadian aneh yang berhubungan dengan kami, khususnya diriku. Aku masih ingat betul, aku mengatakan pada mereka bahwa adik-adikku sangat lucu. Mereka menyadari bahwa aku menyebut kata adik dalam artian jamak padahal saat itu adikku satu-satunya hanya Anastasia. Ayah bertanya untuk memastikan, tetapi aku bersikeras mengatakan adik-adik bukannya adik. Anastasia sendiri sempat mengatakan andai saja Alexei masih hidup tentu ia bisa bermain bersama kami. Ayah bertanya siapa itu Alexei dan Anastasia menjawab Alexei adalah adik laki-laki Ayah, paman kami, yang meninggal karena demam sewaktu kecil. Ia mengaku mengetahui hal itu ketika bermain bersama mainan kayu usang yang diberikan ayah sebelumnya. Orang tua kami tidak pernah sekali pun menyebut-nyebut tentang Alexei sebelumnya.”

“Ibu langsung tahu ada yang tidak beres. Malam itu, takut karena Ayah akan menyadari sesuau, beliau langsung mencegah kami mengatakan hal-hal yang kami lihat kepada siapa pun kecuali dirinya. Namun Ayah sudah menyadari kejanggalannya dan Ibu terpaksa menceritakan semuanya.”

Kami semua terdiam, terhanyut mendengarkan cerita Tatiana. Lev masih bersandar, tetapi matanya kini terpejam. Aku tahu ia tidak tidur, mungkin membayangkan cerita istrinya. Sean menatap cangkir minumnya dengan pandangan kosong. Mr. Grecell mencatat semua perkataan Tatiana di jurnalnya dengan cepat hingga tulisannya berantakan tak terbaca. Anastasia menopang dagu dengan sebelah tangan, tentu saja ia mengetahui semuanya. Ia masih memiliki ingatan yang seharusnya juga kumiliki. Yang tidak ia ketahui tentu saja, sama sepertiku, bagaimana ada dia dan aku---dua Anastasia---saat ini.
Tatiana kembali bersuara setelah menarik napas dalam. “Ayah tentu saja marah karena Ibu merahasiakan hal itu darinya. Awalnya Ayah berpikir bahwa Ibu adalah penyihir sama seperti orang-orang lain yang akan melihat kami sekilas tanpa penjelasan. Namun, Ayah mencintai Ibu dan percaya padanya.”

“Seharusnya ketiga wanita yang memiliki kemampuan khusus di keluarga Tolstoy sudah cukup memberikan bahaya bila hidup di Norvogods. Kami menguasai tiga dimensi waktu sekaligus. Anastasia dengan masa lalu, Ibu dengan masa kini, dan aku dengan masa depan. Tuhan sepertinya berkata lain dengan memberikan dua orang adik bungsu seperti yang sudah pernah kukatakan pada orang tuaku. Olga dan Eugenia sedikit berbeda dengan kami. Si bungsu itu dapat mendengar pikiran orang lain bahkan sejak ia dilahirkan. Bila yang mengasuhnya memintanya berhenti menangis, ia berhenti. Bila kami memintanya tidur, ia langsung terlelap. Aku pernah mencari sebuah barang milikku, lalu Eugenia bayi menunjuk sebuah sudut kamar dengan jarinya dan ketika aku pergi ke sana kudapati barang yang sedang kucari padahal aku tidak mengatakan apa-apa. Olga lebih unik lagi. Ia bisa menggerakkan benda tanpa menyentuhnya. Aku masih belum bisa memahami dari mana ia bisa mendapatkan kekuatan seperti itu atau bagaimana cara kerjanya.”

“Saat Ayahku mengabarkan bahwa tsar memintaku menjadi istrimu, Lev.” Tatiana menatap Lev dengan lembut. “Aku tahu sesuatu yang buruk akan menimpa keluargaku. Bukan karena kau yang memberi nasib sial pada kami, tentu saja tidak! Ada seseorang di istana ini yang sangat membenci Ayahku dan sekarang sedang mereka-rekakan sesuatu yang jahat terhadap kami. Untuk itu aku … mencari cara untuk mengirim keluargaku ke masa depan meninggalkan Norvogods.”

Aku mendengar jeda yang diberikan Tatiana. Ia menghindar menyebut-nyebut tentang loket portal itu dan bantuan seorang penyihir. Tatiana melanggar janjinya untuk berkata terus terang pada Lev untuk melindungi seorang teman. Namun, paling tidak kami berempat sisanya mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi.

Tatiana tersenyum miris. “Itu rencana awalku. Membuat keluargaku menghilang bila bahaya mengancam, tetapi penglihatanku semalam mengubah sedikit rencananya. Orang jahat itu tentu sangat cerdas karena mempersempit kesempatanku untuk mengumpulkan seluruh keluarga Tolstoy. Artinya aku harus memilih salah satu dari kami untuk diselamatkan atau tidak sama sekali, pilihanku jatuh pada Anastasia. Ia memiliki kemampuan melihat masa lalu dengan sentuhannya jadi aku berharap ia bisa bertahan menghadapi konsekuensi waktu dan berharap ia dapat kembali lagi untuk menyelamatkan kami semua sebelum petaka itu datang.”

“Ada dua rencana yang bisa kupikirkan,” lanjutnya lagi, “Membawa Ana kembali ke sini sebelum bencana itu terjadi untuk menyelamatkan keluargaku saja atau sebelum semua rencana jahat orang itu dijalankan untuk mengembalikan nama baik keluarga Tolstoy dan juga menyelamatkan Norvogods dari kehancuran walau harga yang harus dibayar lebih mahal. Aku memilih yang kedua. Maka disinilah Tuan Grecell yang baik dengan Sean Ivanovich dan Anastasia yang lain.”

Lev mengarahkan pandangannya kembali padaku dan Anastasia. “Jadi mereka ada dua?”

“Ya,” jawab Tatiana. Namun, bisa kulihat rasa bersalah di wajahnya ditujukan padaku. Ia menambahkan dengan sedih, “Itu adalah salah satu bagian dari konsekuensi takdir.”

“Namaku Ann, begitu mereka memangilku di sana,” sahutku. “Dan panggil saja ia Sean tanpa nama Ivanovich untuk membedakan kami dengan Anastasia dan Sean Ivanovich yang lain.”

Pemuda di seberang tempat dudukku mengangguk paham. “Baiklah,” ucapnya, lalu berpaling pada Tatiana. “Kau tidak ingin menceritakan tentang pertemuanmu dengan seorang wanita di hutan?”

Kedua mata Tatiana membelalak terkejut. “Kau tahu?”

“Kau istriku, tentu saja aku tahu jika kau pergi. Kau sudah menjadi bagian dari keluarga Volkov. Apa kau akan membiarkan dirimu tanpa penjagaan?” balasnya dengan santai.  “Omong-omong, aku juga tahu ia seorang penyihir.”

“Jangan sakiti dia. Ia melakukan semuanya di bawah paksaanku,” Tatiana memohon.

Aku memberanikan diri bertanya. “Kau tidak membunuh kami karena terlibat dengan penyihir?”

Lev menautkan tangannya yang bertumpu di lutut dan meletakkan dagu di sana. Tubuhnya condong ke depan dengan sikap serius.

“Begini, Ann Tolstaya.” Lev memulai. “Aku percaya kaum penyihir tidak akan melakukan penyerangan yang menewaskan ibuku bila tidak diusik lebih dahulu. Selama mereka tidak menjadi yang pertama mencelakai rakyatku, aku akan bertindak adil pada mereka. Pastilah ada musuh yang melakukannya. Mereka tentu saja menginginkan takhta ayahku dan kekuasaan atas seluruh Norvogods. Pengakuan Tatiana meyakinku bahwa musuh itu begitu dekat dengan kami, hanya aku tidak tahu siapa saja.”

“Aku tahu. Untuk itulah kami datang ke sini pagi-pagi,” sahutku.

“Kau tahu?”

Aku mengangguk. Lalu bergulirlah cerita mengenai apa yang kulihat semalam dari tongkat komando Koslov sekaligus melaporkan pada Tatiana mengenai rencana busuknya. Setelah selesai Lev tampak sedikit tidak percaya.

“Koslov?” tanyanya ragu. “Maksudmu Sergey Koslov suami dari sepupu jauh mendiang ibuku? Koslov tangan kanan ayahku?” Sekali lagi aku mengangguk. Kuberikan juga lima nama yang menjadi pengikut setia Koslov.

“Kalau Anda tak percaya, Anda bisa mengirim mata-mata untuk mengintainya.”

Pemuda itu terlihat enggan, tetapi dilakukan juga usulku demi melacak tangan yang bersedia menggorok lehernya dari belakang.

Kami menunggu sehari di penginapan kemudian aku kembali ke istana setelah mendengar kabar bahwa mata-mata Lev sudah kembali untuk melapor.

“Mata-mataku bilang tak ada yang mencurigakan dari Koslov,” ungkap Lev saat aku sampai di ruang tamu Tatiana di istana.

Dahiku berkerut. “Ada kesalahan. Pasti Koslov berjalan dengan hati-hati. Yang Mulia, tolong sekali lagi kirim mata-mata Anda yang lain maka Anda akan terkejut mendengar laporannya.”

Lev mendesah kesal, tetapi dilakukan juga permintaanku. Beberapa hari lagi aku menunggu di penginapan bersama Mr. Grecell dan Sean. Tidak keluar penginapan, bahkan tidak ke rumah keluarga Nikholai, untuk mencegah ada orang lain selain Lev yang melihat Ann dan Anastasia bersamaan atau Sean dan Sean Ivanovich. Beberapa hari itu kami tidak melakukan apa pun selain mempersiapkan diri melawan Koslov.

Beberapa hari yang terasa seperti bertahun-tahun. Tidak ada kabar bahwa mata-mata Lev telah kembali untuk melapor hingga aku khawatir Koslov sudah berjalan sangat jauh.
Kekhawatiranku sirna saat menerima undangan dari Tatiana agar kembali menemuinya hari ini bersama Sean dan Mr. Grecell. Maka kami bertiga pergi ke istana secepat yang kami bisa. Tidak ada lagi masalah dengan penjaga karena Tatiana sudah memberi perintah membiarkan kami masuk.

Kami diantar oleh seorang pelayan yang langsung meninggalkan kami begitu Mr. Grecell, Sean, dan aku sudah berada di dalam. Lev serta Tatiana duduk bersebelahan di sofa biasa. Seorang pemuda dengan wajah lebih dewasa mengenakan seragam pengawal kerajaan berdiri siap di dekat Lev. Ada juga Anastasia dan pemuda mirip Sean yang kuduga adalah Sean Ivanovich. Sekejap kulihat ekspresi terkejut, tetapi menghilang dengan cepat. Pastilah Tatiana atau Anastasia sudah menceritakan hal itu. Sean Ivanovich berdiri untuk mempersilakanku duduk di sebelah Anastasia sehingga ia dan Sean serta Mr. Grecell berdiri di samping kami.

“Kau benar,” katanya Lev. “Mata-mataku melapor tadi pagi bahwa ada pergerakan mencurigakan yang dilakukan Koslov malam sebelumnya. Sepertinya ia mengadakan sebuah pertemuan. Lima orang yang kau sebutkan sebelumnya juga ada di sana. Dan kalau benar mereka adalah orang-orang yang ingin mengacaukan Norvogods, aku tidak akan membiarkan hal itu. Terutama bila mereka sampai menyakiti Tatiana.” Tangan pemuda itu menggenggam tangan istrinya membuat Sean Ivanovich dan Sean memalingkan wajah datar.

Mendengar berita itu aku merasa lega karena Lev tahu kalau Tatiana dan aku tidak berbohong. Namun, di samping itu aku juga khawatir karena kami tidak tahu apa yang sedang direncanakan Koslov maupun waktu pelaksanaannya.

Lev melanjutkan, “Jika kita mau melaporkan Koslov pada ayahku, maka harus ada banyak bukti valid yang harus dikumpulkan.

Kemungkinan besar semuanya ada di ruangan pria itu. Kemudian, Dimetric, untuk sementara kau kubebas tugaskan. Bersama ayahmu, carilah tempat persembunyian yang benar-benar aman sehingga kalian bisa bersembunyi secepatnya jika keadaan mendesak.”

Pemuda yang berdiri di sebelah Lev, Dimetric kakakku, mengangguk. “Baik, Yang Mulia. Terima kasih atas perlindunganmu pada keluarga kami.”

“Ana, kau harus bersembunyi bersama Sean di rumah. Jangan sekali-kali keluar bila aku tidak mengundangmu.” Anastasia ingin memprotes, kupikir sama seperti diriku, ia ingin membantu menyelamtkan keluarganya. Keluarga kami.

Tatiana harus meyakinkan Anastasia dengan sungguh-sungguh. “Tak apa, ada Sean dan Ann yang akan menolongku. Mereka adalah diri kalian juga.”

“Kalau begitu, Sean dan aku bisa menyusup ke ruangan Koslov malam ini juga,” aku menawarkan diri. “Mr. Grecell bisa membantu menjaga Olga dan Eugenia sementara Ayah, Ibu, Sean Ivanovich, dan Dimetric memikirkan hal lain.”

“Ide bagus,” Mr. Grecell menyetujui.
Lev mengangguk. “Baiklah.” Ia berpaling pada Dimetric. “Antar adikmu, Sean Ivanovich, dan Tuan Grecell ke rumahmu lalu kabari Koslov bahwa aku mengundangnya makan malam agar ruangan itu kosong sementara Ann dan Sean pergi ke sana.”

Jantungku berdegup kencang memikirkan tindakan ilegal yang akan Sean dan aku lakukan nanti malam. Semoga keberuntungan ada di pihak kami.

∆∆∆

Sean dan aku mengendap-endap menyusuri koridor menuju ruangan Koslov sesuai arahan yang telah diberikan Lev. Sepanjang jalan yang kami lalui tidak ada satu orang pun yang melintas, mungkin perintah Lev. Sampai di ujung lorong ada sebuah pintu ruangan yang kami masuki sambil berharap bahwa tempat itu benar-benar ruang kerja Koslov.

Ruangannya mirip dengan drawing room Tatiana hanya saja jauh lebih kecil serta tidak memiliki pintu ganda. Dua buah sofa terletak di tengah ruangan saling berhadapan di atas permadani mengesampingkan pintu. Ujung sofa yang tidak berdekatan dengan pintu terdapat sebuah meja tulis dengan lilin yang padam di atasnya membelakangi jendela.

Sekilas tidak ada tanda-tanda ruangan ini dimiliki oleh seseorang yang penting. Kalau pun memang menjadi ruang kerja seorang bangsawan tidak terpikirkan bahwa Koslov yang memeliki ruangan ini. Aku hampir menarik Sean keluar karena berasumsi kami salah masuk jika mataku tidak menangkap patung pahatan kepala kambing yang menghiasi lemari kaca di samping meja. Lambang Koslov.

Kami langsung berpencar ke empat sisi ruangan mencari bukti yang memberatkan Koslov bila Lev akan mengadukan pada tsar. Kusentuh semua barang yang ada untuk melihat apakah Koslov pernah mengatakan sesuatu mengenai rencananya di ruangan ini.

Nihil. Ia merencanakan di luar tempat ini. Bahkan tidak ada satu pun berkas yang membuktikan kejahatannya. Hanya ada beberapa informasi kecil yang kudapat. Dari barang-barang Koslov, aku tahu pria itu juga menggelapkan dana tsar beberapa kali, mengkhianati kepercayaan tsar.

Pintu tiba-tiba terbanting terbuka, menampilkan sosok seorang pria yang kulihat kemarin malam bersama Koslov dan pengikut-pengikutnya yang lain.

"Wah, wah," ucapnya. "Nona Tolstoya. Ada apa ini?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top