Chapter 10 - Norvogods

"Siapa kau?" tanya seorang pria dengan suara berat. Ada kewibawaan dalam nadanya yang membuatku berpikir pastilah orang yang sedang mengacungkan pedang di leherku bukanlah orang biasa. Aku melirik ke arahnya, tetapi yang bisa tertangkap oleh mataku hanya tangan yang menggenggam mantap gagang pedang dan valenki---sepatu dari samakan bulu domba---di dalam sepatu bot yang ia kenakan.

Hutan ini tak mengeluarkan suara sedikit pun, bahkan juga tidak ada gemeresak daun tertiup angin. Hanya ada suara detak jantungku yang berdebar kencang, suara napasku, serta suara napas yang lebih halus milik pria ini. Belum ada tanda-tanda Mr. Grecell maupun Sean sadarkan diri. Jadi apakah ini akhirnya? Kami bertiga mati di hutan asing berabad-abad jauhnya dari kehidupan modern?

Ia berlutut dan mencengkeram daguku hingga wajah kami berhadapan lalu kudapati ekspresi curiganya berganti menjadi keterkejutan. Pastinya ia mengenalku.

"Anastasia Nikholaevna Tolstaya?" ia bertanya heran. Tangannya langsung melepas daguku dan menyimpan lagi pedang di sarungnya. "Apa yang sedang kau lakukan di sini? Siapa kedua orang yang sedang tidak sadarkan diri itu?"

Ternyata ia bukanlah seorang pria tua yang sejak tadi kubayangkan melainkan seorang pemuda berusia kira-kira 20 tahunan. Tampan jika kau tanya aku. Aku jamin banyak gadis yang mengabdikan diri dengan sukarela untuknya. Termasuk diriku, jika tidak mengingat bahaya yang sedang kami hadapi dan rasa perih akibat sayatan pedang pemuda itu. Hiperbola, ya. Intinya orang ini super model.

Aku meraba leher, masih belum mampu berkata-kata, dan merasakan cairan di sana.

"Oh, maaf," katanya lagi seraya mengeluarkan sebuah sapu tangan untuk menghapus darah di leherku.

Ia mengulang pertanyaannya, "Mengapa kau bisa berada di sini? Hutan ini adalah tempat tinggal penyihir. Bisa bahaya jika ada yang melihatmu di sini, mereka bisa menganggapmu berencana menemui penyihir."

Kuputar otakku dengan cepat untuk mencari alasan. Jika aku menyebut-nyebut soal loket itu padanya bisa dipastikan bahwa kami terbukti bersalah. Entah siapa pemuda di hadapanku ini, yang jelas aku harus berhati-hati mengatakan kebohongan. Fakta yang aku tahu adalah kami tiba di waktu saat loket ini dibuat di rumah Raquel. Tatiana dan Lev sudah menikah sehingga Tatiana pasti tinggal di istana. Kakak keduaku adalah harapan kami.

"Kami tersesat," jawabku dengan suara dibuat semerana mungkin. Tanganku menunjuk Sean. "Itu Sean Ivanovich. Kami menjemput seseorang yang ingin ditemui Tatiana." Lalu mengarah pada Mr. Grecell. "Kami dalam perjalanan menuju istana dan tersesat karena hutan ini gelap sekali. Entah bagaimana kami bisa tak sadarkan diri lalu kau datang." Aku hanya bisa berharap pemuda itu percaya dan tidak menanyai macam-macam.

Kemudian aku mendengar suara derap kuda, segerombolan. Awalnya pelan, lama-lama suaranya makin keras seiring jarak di antara mereka dan aku yang juga semakin mengecil. Salah satu dari mereka muncul lebih dulu dari yang lainnya. Seorang pria berwajah keras dengan kepala nyaris botak, hanya rambut tipis yang tumbuh di kepalanya. Ekspresinya yang tegas memudar sedikit setelah matanya berhasil menangkap pemuda di sebelahku.

"Tuanku," panggilnya. "Apa Anda baik-baik saja?"

"Ya, ya. Aku baik," pemuda itu menjawab sekenanya lalu bangkit berdiri.

Pria di atas kuda tampaknya masih ingin memastikan apakah keadaan pemuda itu benar seperti apa yang dikatakannya. Matanya berpindah memindai sekitar ketika yakin tuannya tidak apa-apa dan akhirnya jatuh juga pandangannya padaku setelah melihat dua tubuh tak sadarkan diri. Bersamaan dengan itu, rombongan pasukan berkuda yang lain tiba.

Reaksinya mirip dengan pemuda tadi. "Astaga! Anastasia Nikholaevna Tolstaya?" Aku tak yakin dengan apa yang seharusnya kulakukan jadi tanganku hanya melambai ringan padanya sebagai ganti sapaan 'hai'. "Apa yang terjadi?"

"Mereka tersesat ketika hendak kembali ke istana setelah menjemput rekan mereka lalu tak sadarkan diri tiba- tiba. Tolong bantu Nona Tolstaya mengangkat teman-temannya, dan antar mereka juga ke Tatiana."

Setelah memberi perintah begitu ia naik ke kudanya sendiri yang bahkan tidak kuperhatikan ada di sana sebelumnya. Kakinya menyenggol sang kuda dan mereka pun berlalu bersama beberapa pengawal yang berpacu mengikuti.

Si pria setengah botak memberi komando, membeokan titah tuannya. "Kalian tunggu apa lagi? Laksanakan perintah Lev Knyaz sekarang!"

"Dia ... Lev Knyaz?" tanyaku tak percaya. "Pangeran Norvogods? Suami Tatiana?"

"Tentu saja dia Lev Knyaz suami kakakmu. Siapa lagi?" Pria itu tampak heran melihat keterkejutanku.

Jadi yang tadi mengacungkan pedang ke leherku tak lain dan tak bukan adalah Pangeran Norvogods sendiri! Tsar Lev Yang Kejam adalah gelar yang ia dapat saat ia memerintah nanti. Rasanya seperti mimpi, seperti ... bertemu tokoh fiksi dari cerita dongeng. Mr. Grecell bisa kegirangan saat sadar nanti. Yang tak kusangka adalah bagaimana bisa pemuda setampan itu membunuh ratusan penyihir tak bersalah dan memiliki putri yang tak kurang kejam dari dirinya?

Beberapa pasukan turun dari kuda mereka begitu mendengar komando pria setengah botak yang kuduga sebagai pemimpin rombongan. Ada empat orang yang memapah tubuh Sean dan Mr. Grecell, masing-masing seorang di tiap sisi kemudian menaikkan mereka masing-masing ke seekor kuda ditemani seorang penunggang.

Aku sendiri bingung bagaimana cara membawa dua rekanku itu, tetapi tampaknya kekhawatiranku tidak berlangsung lama sebab belum sempat rombongan kami berjalan mereka berdua sadarkan diri.

"Ann?" Sean memanggilku dari kudanya yang berdiri di sebelah kuda yang kutunggangi. "Mereka siapa?"

"Mereka akan mengantar kita pada Tatiana," balasku. Lalu kami bertiga terdiam karena rombongan mulai berjalan dan jarak kami bertiga terpisah cukup jauh.

Liev yang kukenal sebelumnya tentu saja berbeda jauh dengan Liev di masa-masa awal sekarang ini. Tidak kudapati gedung pencakar langit, café, mall-mall dan pusat perbelanjaan modern, serta jalan yang padat oleh kendaraan bermotor. Sebaliknya Kota Liev, Ibukota Norvogods, yang kulihat kini hanya rumah-rumah masyarakat dengan jarak di antara mereka yang cukup renggang, kedai minuman di beberapa tempat, pasar, serta jalanan yang dipenuhi oleh orang-orang yang kebanyakan berjalan kaki.

Mereka yang melewati kami memberi pandangan aneh. Kupikir awalnya mungkin karena mereka heran melihatku, adik dari istri Pangeran Norvogods, berada di tengah pasukan pengawal knyaz. Namun, setelah kuperhatikan lagi, ternyata mereka tidak hanya menatapku saja, tetapi Sean dan Mr. Grecell juga. Mereka memerhatikan pakaianku, baju kami bertiga.

Pasukan berkuda memakai baju zirah halkah---baju yang dibuat dari susunan rantai rapat---lengkap dengan ketopong besinya dan rakyat Liev memakai pakaian tradisional Norvogods: blus putih yang memiliki lengan model bishop dengan gaun model shift panjang tanpa lengan dan model leher kotak untuk perempuan serta untuk pria kemeja bermodel sama dilengkapi celana panjang dan rompi yang diberi ikat pinggang kulit di luarnya. Karena musim dingin mereka juga mengenakan valenki yang sama dengan milik Lev, mantel kulit beruang, sarung tangan rajut, serta topi bulu.

Sementara Sean dan aku memakai baju rajut dan celana army dengan jaket bomber serta Mr. Grecell dengan celana panjang dan jaket parka hitam. Terlalu mencolok. Tentu saja rakyat Liev yang baik menganggap kami sebagai orang asing berpakaian aneh. Aku mencatat dalam otakku untuk meminta pakaian tradisional itu pada Tatiana nanti.

Rombongan terus menyusuri jalan utama. Sejak tadi aku penasaran di manakah letak rumah masa depan Mama dan Papa, tetapi sulit menebak dengan keadaan jalan yang berbeda. Setelah melewati pasar, beberapa bangunan besar seperti gedung pengadilan, serta alun-alun akhirnya aku bisa melihat bangunan besar dan panjang di ujungnya, istana tsar.

Gerbang dibuka saat pria setengah botak memberi perintah. Kami bertiga diturunkan di depan pintu istana dan rombongan itu segera berlalu setelah pria setengah botak menyerahkan kami pada seorang pria yang lain.

"Mari, ikuti saya," katanya, langsung beranjak pergi tanpa menunggu balasan.

Aku pernah masuk ke istana presiden saat sekolah mengadakan kunjungan, hanya sekali, tetapi aku tidak mengingat kemewahan yang hidup di sana. Maksudku, memang di sana dipenuhi barang-barang mahal seperti guci, lukisan, dan sebagainya, hanya saja cuma sampai di situ.

Barang-barang itu terletak di sana dan terlupakan, tak memiliki cerita, hanya sebagai tanda bahwa bangunan yang ada bukan milik orang sembarangan. Namun, ini! Setiap barang yang ada di situ, besar dan kecil---dari vas keramik raksasa hingga debu yang ada di permukaan kanvas lukisan yang tergantung di dinding---menyimpan kepribadian dari pemilik properti. Barang-barang itu ada karena pemiliknya mengatur secara cermat keberadaan mereka, mencerminkan wataknya, membuat mereka hidup. Dan yang bisa kukatakan adalah wow, tsar tentunya adalah seorang pria tua berselera seni sangat bagus.

"Semua ini adalah koleksi Lev Knyaz, Nona Tolstaya." Tiba-tiba pria itu buka suara saat aku sempat berhenti untuk menikmati sebuah patung pahatan. "Lev Knyaz sering pergi menjelajah ke negara-negara di barat dan selatan lalu membawa barang-barang indah ini."

Kami melanjutkan perjalanan hingga tiba di sebuah pintu ganda besar yang terbuka. Kukira itu adalah kamar Tatiana, ternyata ruangan itu adalah sebuah drawing room atau bisa disebut juga ruang tamu. Ia mengetuk untuk mengabarkan kedatangan kami lalu ia memberi kode agar kami menunggu di luar. Ada figur seorang wanita muda yang duduk di sofá membelakangi kami dengan kepala sedikit menunduk, mungkin membaca buku. Wanita itu mengangguk dan pria yang mengantar kami keluar mempersilakan kami bertiga masuk dan menghilang di balik pintu saat ia menutupnya.

Ia tampak sedikit terkejut, tentu saja ia tak mengharapkan kehadiran kami sebelumnya, tetapi ekspresi itu cepat hilang. Setelah mengerjapkan mata beberapa kali Tatiana tersenyum.
"Aku tak menyangka kalian datang secepat ini," ucapnya dengan suara anggun khas orang-orang monarki kelas atas.

Tak yakin apakah aku menemui dirinya sebagai adiknya atau rakyatnya, aku membungkuk memberi salam bersama Sean dan Mr. Grecell. Ia bangkit berdiri dan memelukku. "Hei, aku tetap kakakmu apa pun yang terjadi."

Ia mempersilakan kami duduk. Mr. Grecell dan Sean di sofá seberang kami dan aku duduk di sebelahnya. Dua orang pelayan datang menyuguhkan minuman panas dan makanan kering lalu segera pergi.

Tatiana menoleh ke arahku, "Yah, aku memang tidak menyangka kalian bisa datang secepat ini. Baru semalam aku pergi ke tempat Raquel untuk mengubah loketku menjadi portal. Bukankah seharusnya kalian juga tiba tadi malam?"

"Kami pingsan di hutan," jawabku. "Rombongan Lev Knyaz yang menemukan kami."

"Ah, ya. Ia mengatakan padaku semalam jika hari ini akan pergi ke perbatasan untuk melihat keadaan. Ia sempat sedikit kecewa karena Dimetric sedang libur."

Kami menyeruput minuman yang dihidangkan mengikuti Tatiana. Ia berkata lagi, "Sejujurnya, kedatangan kalian menegaskan perkiraanku bahwa ada sesuatu yang sangat buruk terjadi di masa depan. Mengapa kau kembali, Anastasia? Kau bisa hidup aman di sana."

"Dan meninggalkan kalian menjadi tulang belulang yang bahkan tidak dikubur dengan layak serta nama baik keluarga yang tercoreng? Tatiana, ayah kita melakukan kejahatan terhadap tsar dan aku adalah satu-satunya yang masih hidup dari keluarga kita! Berkat Sean."

"Sean Ivanovich memang selalu bisa diandalkan." Ia menoleh pada Sean. "Terima kasih sudah menjaga adikku seperti janjimu." Tatiana tersenyum sedih saat menatapku lagi. "Ana, satu-satunya orang di keluarga kita yang melanggar hukum hanyalah aku. Baik hukum Norvogods, hukum alam, maupun hukum waktu." Ia mengusap loket yang melingkar di lehernya, loket yang sama yang saat ini kukenakan. "Ayah, sebagaimana yang kau katakan, tidak melakukan kesalahan. Beliau dituduh dan aku sudah mencurigai seseorang. Untuk itulah semalam aku menemui Sean Ivanovich di dalam gua, tempat ia menunggu kalian semua seperti yang kuminta, untuk pergi menyelamatkanmu. Aku mengorbankan Ayah, Ibu, Dimetric, Olga, Eugenia, bahkan diriku sendiri untuk mengirimmu pergi, dengan harapan kau akan kembali dan membantuku mengubah apa yang akan terjadi."

Mr. Grecell dan Sean hanya diam menyimak percakapan kami berdua. Tidak berusaha menimpali karena aku percaya mereka tidak tahu apa-apa. Sean, walaupun dia terlibat, tetapi ingatan yang di memorinya tidak ada sangkut paut tentang kehidupannya di Norvogods zaman ini. Aku saja yang kebetulan memiliki kemampuan psikometri hingga bisa melihat apa yang terjadi lewat loket Tatiana.

Aku berbisik lirih, "Jadi kau sudah tahu apa yang akan terjadi?"

"Ya, aku sudah tahu." Tatiana mengangguk, merasa bersalah. "Dan sekarang kau sedang menjalankan rencanaku." Artinya firasatku benar saat kulihat senyumnya sesaat sebelum ia menemui ajal di tiang gantungan. "Walau jika semua berhasil mungkin kau tidak akan memaafkan aku." Aku mendengarnya berbisik, lebih untuk dirinya sendiri.

"Dan siapakah ini?" tanyanya, tersenyum pada Mr. Grecell.
Pria itu berdiri dan memberi hormat. "Abe Grecell, Madame. Hanya pria tua yang tinggal di Norvogods sebagai orang asing dan bekerja sebagai guru untuk bertahan hidup."

"Ah, guru Ana dan Sean Ivanovich. Selamat datang di Norvogods."

"Lalu apa rencanamu?" aku bertanya saat Mr. Grecell kembali duduk.

"Menunggu," balas Tatiana. "Aku sedang memikirkan langkah-langkah yang harus kita ambil untuk melaksanakan rencana besarnya. Kita harus bertindak hati-hati atau semuanya akan sia-sia."

Aku berdecak. "Hanya itu? Aku dan Sean kembali hanya untuk menunggu?" Kutatap ia dengan mata menyipit. "Dan apa rencana besarnya?"

Kedua sudut bibir Tatiana tertarik ke samping, matanya menerawang memancarkan tekad bulat dan kemantapan.

"Mengubah sejarah," balasnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top