Tahun Baru
Syahna's Pov
Mama tengah sibuk menyiapkan baju Papa yang akan dibawa besok ke rumah Omah. Sedangkan Bang Andra masih asik bermain PS sejak tadi sore. Aku pun menghampiri Mama masuk ke kamarnya.
"Ma, besok aku harus banget ikut emangnya?"
Mama menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arahku. "Tumben kamu gak excited nginep di rumah Omah?"
"Aku lagi males Ma. Lagian yang nginep di rumah Omah rame banget, aku males basa-basi."
"Ih kamu nih, namanya juga kumpul keluarga besar."
"Tahun ini aku gak ikut Maaa, pleaseeee. Aku mau di rumah aja."
Mama kembali merapikan baju ke dalam tas. "Mau di rumah sama siapa? Abang kamu aja ikut dan Mama juga akan ngajak bibi buat bantu di sana."
"Yaaa, yaudah aku ajak Naya aja nginep di sini nemenin aku."
"Emang Naya gak ada acara apa sama keluarganya?"
"Papa Mama-nya Naya di luar kota, dia sendirian di apartemennya."
Mama menutup tas dan duduk di atas tempat tidur. "Naya sering banget ditinggal orangtuanya ya?"
Aku ikut duduk di samping Mama. "Iya Ma. Naya sendirian di sini. Keluarga besarnya ada sih di Jakarta, cuma dia gak begitu dekat karena di terlalu lama tinggal di Norwey."
"Hemmm, kasihan juga ya Naya. Masih seumur kamu udah harus semandiri itu. Beda banget nih sama anak bungsunya Mama yang masih manja, masih suka minta disuapin, belum lagi kalau sakit, ampuun mama kayak ngerawat anak bayi," ucap Mama sambil mengusap rambutku.
"Ih Mama. Yaudah, besok aku gak ikut boleh ya? Besok aku sama Naya aja."
"Kamu bilang coba sama Papa."
"Papa pasti ijinin aku."
Tiba-tiba ada Bang Andra masuk ke dalam kamar Mama dan mengehampiri kami.
"Apa-apaan nih kamu gak ikutan dek?"
"Aku males ah Bang, terlalu rame di rumah Omah."
"Kalo Syahna gak ikut, Andra juga gak mau ikut Ma."
"Eh, masa Mama punya anak cuma dua terus dua-duanya gak ikut sih."
"Tau lu Bang, udah lu ikut aja sana, gantian kan tahun kemaren lu yang tahun baruan sama temen-temen."
"Tuh, gantian sama adek kamu."
Bang Andra tidak bisa berkata apa-apa. "Huh, iya deeeh."
Aku tersenyum lebar ke Mama.
"Hehe, yaudah. Aku balik ke kamar ya Ma. Good night," ucapku lalu mencium sebelah pipi Mama.
"Lho, kok gue gak dicium juga sih dek?" gerutu Bang Andra.
"Idih, males. Byeee."
Aku kembali ke kamar dan langsung mengambil ponselku untuk menelpon Naya.
Naya langsung mengangkat panggilan dariku.
"Halo?" – Naya
"Halo sayang, lagi apa?" – Syahna
"Aku masih di bengkel." – Naya
"Ya ampun daritadi gak selesei-selesei itu ganti olinya?" – Syahna
"Yaaa abis antri banget karena besok udah libur. Tapi ini mobil aku udah dipegang sama montirnya kok. Kenapa babe?" – Naya
"Aku tadi udah bilang sama Mama untuk besok gak ikut ke rumah Omah." – Syahna
"Hemmm, terus?" – Naya
"Kok terus?" – Syahna
"Iya, terus emang kenapa?" – Naya
"Ih, kamu kan tadi siang bilang mau ngajakin aku tahun baruan bareng. Gimana sih?" – Syahna
Naya diam sejenak.
"Oh iya. Ah, kamu lama sih kasih kabarnya. Aku udah keburu bilang sama Aris aku bakal ke rumah dia." – Naya
"Naya!!!" – Syahna
"Hehe engga kok, aku becanda. Huh, serem banget deh kalo pacar udah mulai marah." – Naya
"Nyebelin." – Syahna
"Hehe. Yaudah, besok keluarga kamu jalan jam berapa?" – Naya
"Emmm, kayanya jam 10an deh." – Syahna
"Berarti aku jemput kamu jam 11an ya." – Naya
"Kok jemput aku? Bukannya kamu mau nginep di rumah aku?" – Syahna
"Changing plan." – Naya
"Terus? Mau ke mana?" – Syahna
"Udah, lihat aja nanti." – Naya
"Terus nanti aku bilang apa sama Mama?" – Syahna
"Tenang, nanti aku yang telpon minta ijin sama Mama kamu." – Naya
"Ih, kamu jangan aneh-aneh ya." – Syahna
"Kamu kayak gak tahu aku aja." – Naya
"Justru karena aku tahu kamu, makanya aku bilang jangan aneh-aneh." – Syahna
"Iya sayaaang. Yaudah, aku mau cek mobil dulu. Nanti aku chat ya." – Naya
"Iya, jangan sampe gak chat aku kalo udah selesei dari bengkel. Kabarin kalo udah mau pulang dan udah sampe di apart." – Syahna
"Iya pacarku yang posesif." – Naya
"Posesif itu tanda sayang." – Syahna
"Iya sayang, iyaaa. Yaudah, tuh montirnya manggil aku tuh. Aku matiin ya telponnya." – Naya
"Iya, hati-hati kamu. Jangan bandel." – Syahna
"Iyaaa. Yaudah, byeee." – Naya
"Byeee." – Syahna
Keesokan Harinya
Papa, Mama, Bang Andra, dan bibi udah siap untuk pergi ke rumah Omah. Semua barang juga sudah dimasukkan ke dalam mobil. Aku pun menyalimi tangan Papa dan Mama.
"Jam berapa Naya datang ke sini?" tanya Mama.
"Jam 11 Ma katanya," jawabku.
"Kamu gak apa-apa di rumah berdua?" tanya Papa.
"Gak apa-apa Pa, kan aku udah gede, gak takut lagi."
Papa mengusap puncuk kepalaku. "Putri bungsu Papa emang udah besar. Yaudah, kamu hati-hati ya di rumah. Kalau ada apa-apa, langsung telpon Papa atau Mama."
"Iya Papa. Have fun ya di rumah Omah."
Tiba-tiba Bang Andra berteriak dari dalam mobil. "Maaa, Paaaa, ayoooo."
"Hemm, abang kamu nih semangat banget pasti karena ada si Dika dan Denny ikut nginep di rumah Omah," ucap Mama.
"Paling mereka mau tukeran games lagi Ma."
"Biarin deh, yang penting abang kamu mau ikut. Yaudah, Mama tinggal ya nak. Baik-baik kamu di rumah."
"Iya Ma. Mama dan Papa juga hati-hati di jalan ya."
"Iya sayang. Kita berangkat ya," Papa kemudian mencium keningku.
"Iya Papa."
Keluarga ku sudah berangkat ke rumah Omah dan tidak lama kemudian, Naya pun datang. Aku membukakan pintu dan mempersilahkannya untuk masuk ke dalam.
"Naik mobil siapa lagi?" tanyaku melihat Naya keluar dari dalam mobil CRV hitam.
"Mobil Papa," jawabnya.
"Kok gak dimatiin mesinnya?"
"Udah biarin aja. Ini rumah kamu sepi banget ya," ucap Naya sambil melihat ke segala arah.
"Yaaa kan pada pergiiii," sahutku sambil mengambilkan segelas air untuknya.
Naya duduk di sofa depan tv. "Hemm, kalau di tempat sepi dan kita cuma berduaan kayak gini, biasanya ada pihak ketiga nih."
Aku ikut duduk di samping Naya dan menatapnya. "Apa?"
Naya menoleh lalu tersenyum. "Pihak ketiganya yaaa, syaiton."
Aku langsun memukul bahunya. "Mau ngeledek lagi?"
"Ih kamu apa deh? Kan emang bener, kita berduaan sekarang di rumah kamu yang sepi, pasti pihak ketiganya ya setan, yang bisa bikin kita... khilaf," ucap Naya dengan tatapan jahilnya sambil mendekatkan wajahnya di depanku.
Aku langsung menutupi mukanya dengan sebelah tanganku. "Jangan aneh-aneh."
"Hehe, engga lah. Aku cuma becanda sayang. Hemm, mana pakaian kamu?"
"Itu tadi di ruang tamu kamu gak lihat?"
"Aku gak notice."
"Berangkat sekarang yuk?"
"Tunggu dulu, kamu minta ijin dulu sama Mama."
"Udah kok."
"Kapan?"
Naya mengambil ponsel dari sakunya dan memperlihatkan chat-an dirinya dengan Mama.
"Lho, sejak kapan kamu nyimpen nomor Mama aku?"
"Dari pas pertama kali aku nginep di sini."
"Kok gak bilang-bilang?"
"Harus emang?"
"Ya harus lah."
"Yaudah, nih kan aku udah kasih tahu kamu."
Aku kembali membaca chat-an mereka.
"Kok Mama tumben sih langsung ijinin gitu aja?"
"Karena Mama kamu percaya sama aku. Udah yuk, jalan."
"Kita tuh mau ke mana sih? Macet nih pasti mau ke mana-mana juga."
"Iya makanya kita jalan sekarang. Kamu bawa jaket kan?"
"Wait, kita ini mau ke daerah dingin atau gimana?"
"Iya, ke tempat yang dingin biar makin asik."
Aku memicingkan mata padanya.
"Haha, aku gak akan aneh-aneh. Gak usah curiga gitu deh mukanya," ucap Naya mengejek.
"Aku pikir cuma akan nginep di apart kamu. Kalo gitu, aku packing lagi deh. Aku cuma bawa hot pants sama kaos-kaos tipis."
"Yaudah sini aku bantu packing biar cepet ya."
"Yaudah, ayo ke kamar."
Aku mengeluarkan semua baju yang sudah aku packing dari dalam tas. Lalu aku mengambil outfit hangat serta jaket untuk dibawa. Setelah selesai, kami langsung bergegas pergi dari rumahku.
Ketika aku ingin masuk ke dalam mobil, Naya membukakan pintu bagian penumpang. Aku menatapnya bingung lalu saat itu juga terdengar teriakan Aris dan Mala dari dalam.
"Welcome Syahnaaaaaa," teriak mereka dari bangku belakang.
Ternyata di dalam mobil sudah ada Will di balik kemudi, Kiara duduk di depan, dan Aris serta Mala duduk di bangku paling belakang.
Aku kembali menatap ke Naya yang berdiri di belakangku. "Kita tahun baruan bareng mereka?"
Naya tersenyum. "Iyaaa."
"Kenapa gak bilang dari semalem?"
"Kan surprised."
"Hemmm," gumamku. Jujur dalam hati aku sedikit kecewa karena aku sudah membayangkan akan tahun baruan berdua saja bersama Naya.
"Siniin tas kamu, aku taruh belakang," ucap Naya.
Aku memberikan tas padanya dan dia menaruh di bagasi. Lalu kami pun masuk dan Will mulai menancapkan gas.
"Jadi daritadi lo berempat ada di dalem mobil?" tanyaku ke mereka.
"Iya, lo berdua kenapa lama banget sih di dalem? Enak-enakan dulu ya?" sahut Aris dari belakang.
Naya langsung menoyor kepala Aris.
"Gue packing ulang gara-gara si Naya nih baru kasih tahu kalau kita mau ke daerah dingin."
"Haha, Naya emang sengaja rahasiain dari kamu. Katanya biar surprise Sya," Kiara menyahutiku.
Aku menghela nafas. "Kalo tahu kan gue bisa lebih prepare."
"Kamu mau prepare apa sih?"
"Aku belum beli sunblock. Pasti kan nanti kita bakal jalan-jalan."
"Aku bawa sunblock, kamu butuh apa lagi?"
"Sunglasses?"
"Aku bawa dua."
"Emmm, minyak telon," aku memelangkan volume suaraku.
"Minyak telon?" tanya Aris.
"Syahna tuh kalau ke tempat dingin pasti gak bisa lepas dari minyak telon," sahut Mala.
"Kayak anak bayi yaaa," Aris mengejek.
Kemudian Naya membuka waist bag-nya dan mengeluarkan minyak telon dari dalam tasnya.
"Nih, aku juga bawa," ucapnya.
"Huh, gak ada yang bisa ngalahin Naya deh kalau urusan manjain pacar," ucap Will sambil melihat dari kaca tengah ke arah kami.
"Uhuk, iya lah, bucin," Aris kembali mengejek.
Mala langsung memukul bahu Aris. "Kamu contoh dong Naya, selalu peka. Ini mah aku terus yang ingetin kamu. Kamu gak pernah inget wangi parfum aku, shampoo yang aku pake apa, lotion yang cocok buat kulit aku yang mana, gak pernah peka."
Dan kami pun menertawai Aris yang diomeli oleh Mala.
Setelah 3 jam bekendara, akhirnya kami sampai di villa milik keluarga Will di daerah Gunung Mas yang letaknya tidak begitu jauh dari kebun teh. Bentuk villa ini sangat minimalis dengan perabotan yang sangat lengkap. Di bagian samping juga ada kolam renang dan taman bermain untuk anak kecil. Lalu juga ada meja billiard di lantai bawah yang di letakkan di tengah ruangan.
Kami meletakkan barang bawaan di ruang tengah. Will mengajak seorang ibu dan bapak yang sepertinya mereka adalah suami istri.
"Guys, ini Pak Ahmad dan Ibu Surti yang jaga villa ini. Jadi, buat kebutuhan makan nanti akan disiapin sama Bu Surti dan ponakan Ibu ya?" ucap Will.
"Iya den Will, nanti ada Wilda ponakan Ibu yang bakal bantu-bantu," sahut Ibu Surti.
"Untuk kebutuhan bakar-bakaran nanti malem, bakal dibantu sama Pak Ahmad. Kalau ada apa-apa, kita bisa langsung tanya ke Pak Ahmad."
Pak Ahmad hanya tersenyum.
"Mohon bantuannya Ibu Surti dan Pak Ahmad," ucap Mala.
"Iya Non. Oh iya, Ibu juga udah siapkan makan siang ada di dapur. Baru matang jadi masih hangat, silakan dicicipi."
"Terima kasih ya Bu Surti," ucap Will.
"Iya den William, silakan beristirahat." Dan Bu Surti serta Pak Ahmad kembali ke tempat tinggal mereka yang tidak jauh dari Villa ini.
"Pembagian kamar gimana Will?" tanya Mala.
"Oh iya. Emmm, Villa ini kan dua lantai. Di atas ada 2 kamar, di sini ada dua kamar juga. Yang cewek-cewek di atas aja ya. Naya sama Syahna, Kiara sama lo La," jawab Will.
"Yah, kok gue gak sekamar sama Mala sih Will?" Aris menginterupsi.
"Ya engga lah, lo tidur sendiri. Tuh kamar lo tuh, deket dapur," jawab Will.
"Curang, Naya sama Syahna," Aris masih menggerutu.
"Eh, Naya dan Syahna kan sama-sama cewek. Gak usah aneh-aneh deh lo."
"Huft, kalo kayak gini pengen jadi cewek aja deh gue biar bisa sekamar sama bebeb Mala."
"Yeeuuu, ngarep lo nyet," sahut Naya.
"Haha, namanya juga usaha Nay. Eh tapi, gue gak mau tidur sendirian ah Will. Gue bareng lo aja."
"Iyeee. Yaudah gih, pada taro barang dulu di kamar terus kita makan."
"Okeee," sahut Mala.
Kami berempat naik ke atas. Kamar kami berdua berhadapan dengan kamar Mala dan Kiara.
Aku dan Naya pun masuk ke dalam dan menaruh barang kami. Naya melepaskan jaketnya. Dia kini hanya mengenakan kaos polos putih yang kebesaran di tubuhnya dan memperlihatkan bekas jahitan serta tatto di lengannya.
Aku duduk di ujung tempat tidur. Naya melihatku dan menghampiriku.
"Kenapa mukanya lesu gitu?"
Aku menghela nafas. "Aku pikir bakal rayain tahun baruan berdua doang sama kamu."
Naya tersenyum dan sebelah tangannya menggenggam tanganku. "Maaf ya kalau aku bawa kamu tahun baruan bareng yang lain. Aku gak enak minta permintaannya Will dan Aris."
"Iya, udah gak apa-apa kok."
"Jangan lesu lagi ya, kan yang penting kita sama-sama."
"Iyaa."
Naya kemudian berdiri lalu dia berjongkok di depanku sambil memegang wajahku dengan kedua tangannya.
"Syaa," panggilnya.
"Emmm?" gumamku sambil menatapnya.
"Jangan sedih ya."
"Iya, engga kok."
Naya tersenyum lalu sedetik kemudian dia mencium keningku, lalu pipi kananku, kemudian pipi kiriku, daguku, pelipisku, dan yang terakhir mengecup bibirku.
"Tuh, udah aku kasih banyak ciuman biar kamu gak sedih lagi," ucapnya lembut membuatku tersenyum padanya.
Aku menatapnya. "Mau peluk."
Naya sedikit tertawa lalu dia berdiri. Aku kemudian memeluk pinggangnya dan menyandarkan kepalaku di tubuhnya. Naya pun mengelus puncuk rambutku. Aku selalu nyaman berada di dalam pelukannya.
Kami pun turun kembali ke bawah untuk makan siang bersama. Sebenarnya bukan makan siang sih karena saat ini sudah jam 3 sore. Setelah makan, Will, Aris, dan Naya bermain billiard. Sedangkan aku, Kiara, dan Mala duduk di pinggir kolam renang sambil bercerita. Sudah lama sekali kami bertiga tidak berlibur bersama seperti ini.
Ketika kami sedang asik ngobrol, tiba-tiba saja ada Will berlari sambil menggendong Naya dan melemparkannya ke dalam kolam renang.
Buurrr... kami bertiga pun kaget terkena cipratan air.
"Iihhh, apaan siiiihhhh?" Teriak Mala.
"Hahaha," tawa Aris dan Will dari pinggir lapangan melihat Naya yang melihat ke arah mereka sambil tertawa.
"Haha bangsat lo berdua," ucap Naya.
"Heh, kenapa pacar gue lo ceburin?"
"Gak cuma pacar lo aja kok, gue juga mau nyebur, hahaha," jawab Aris lalu dia melepaskan atasannya dan langsung lompat ke dalam kolam renang.
Will juga melakukan hal yang sama. Dia melepaskan kaos lengan panjangnya dan memperlihatkan perut six pack-nya.
"Ayo sini sayang, nyebur jugaaa," teriak Aris ke Mala.
Mala tidak menggubris Aris, sejak tadi matanya malah tertuju ke Will.
"Mata dijaga Laaa, mataaaa. Ceweknya Will ada di samping lo tuh," ucapku ke Mala.
"Eh iya, sorry Ki. Gue gak pernah nyangka kalau badannya Will bisa seseksi itu."
"Haha, iyaa gak apa-apa kok La," sahut Kiara ke Mala.
Mala tersenyum lebar. "Ikutan nyebur yuk?"
"Aku lagi dapet," ucap Kiara.
"Sya, ayok?"
"Gak mau ah, dingin."
"Ah gak asik, yaudah deh, gue aja yang ikutan berenang."
Dan Mala pun ikut menyeburkan tubuhnya ke dalam kolam renang.
Naya yang masih berada di dalam kolam menghampiri aku dan Kiara yang duduk di pinggiran.
"Kamu gak mau ikutan main air?" tanyanya.
"Engga ah, dingin," jawabku.
"Engga kok, seger banget ini."
"Gak mauuuu."
"Hemm, yaudah, aku main air dulu ya."
"Jangan lama-lama, nanti kamu masuk angin."
"Iyaaa."
Naya kembali menghampiri Will, Aris, dan Mala yang tengah bermain melempar bola.
"Aku seneng deh lihat kamu sama Naya," tiba-tiba Kiara berbicara.
Aku menoleh. "Hemmm?"
Dia tersenyum. "Iya, kamu sama Naya tuh cocok banget. Kelihatan kalau kalian berdua sama-sama sayang segitu dalamnya."
"Emang lo bisa nilai dari mana?"
"Dari tatapan kalian berdua. Sama-sama penuh cinta."
"Ihhh, apa sih Kiiii. Jangan bikin gue malu deh."
"Haha, beneran Sya. I'm happy to see you with her."
Aku membalas senyuman Kiara. "Gue juga seneng lihat lo sama Will. Kelihatan juga Will ngejagain lo banget Ki."
"Iyaa, Syaaa. Semoga kita berenam bisa terus sama-sama kayak gini ya."
"Aamiiinnn."
Waktu hampir menunjukkan pukul 5 sore. Aku meneriaki Naya untuk segera keluar dari kolam renang dan mandi karena udara semakin dingin.
Aku pun langsung memberikannya handuk tebal dan ikut bersamanya ke kamar mandi atas.
"Keenakan ya kamu main air lama begitu, kalo sakit gimana?"
"Ya jangan didoain sakit dong."
"Udah sana masuk kamar mandi."
"Perlengkapan aku kan masih di tas, aku ambil dulu di kamar ya."
"Gak usah, biar aku aja yang ngambil. Udah sana kamu masuk, mandi."
"Tapi kan, underwear aku gimana?"
"Aku yang ambil. Udah sana kamu masuk."
"Emm, iyaa-iyaaa."
Selama Naya di kamar mandi, aku mengambil semua perlengkapan yang dia butuhkan dari dalam tasnya, termasuk mengambil underwear miliknya. Kemudian aku memberikan padanya dan menunggunya di dalam kamar.
Sampai Naya selesai mandi dan masuk ke kamar dengan rambutnya yang masih basah, dia menatapku.
"Aku pikir kamu di bawah."
"Aku nungguin kamu daritadi di sini."
"Setianya nungguin aku."
"Cuma nungguin di kamar, asal kamu gak pergi jauh aja, males gue nungguinnya."
Naya sedikit tersenyum sambil mengusap rambut panjangnya dengan handuk.
"Mana sih baju basahnya," pintaku.
"Mau ngapain kamu?"
"Aku jemurin di depan."
"Oh, hehe ini, underwear-nya aku taruh di kantung plastik aja."
"Yaudah sini baju kamu aja."
Naya memberikan baju basahnya padaku.
"Calon istri yang baik, makasih yaaa."
Aku mengambil bajunya. "Iyaa, sayaaang," lalu aku mencium sebelah pipinya sebelum keluar dari kamar.
"Kiss me on the lips," teriak Naya.
"You wiiiissshhh," sahutku.
Setelah kami semua selesai mandi, Aris dan Will mempersiapkan panggangan untuk barbeque-an menyambut tahun baru.
Mala dan Kiara menyaiapkan bumbu dah bahan untuk kuah suki. Sedangkan aku dan Naya tengah mengolesi bumbu untuk daging steak, sosis, dan jagung yang akan di-grill nanti.
Kami mulai acara barbeque dan Will membuka satu botol Jagermesiter serta ada beberapa botol beer di dalam cooler box. Naya, Aris, dan Will meminum Jager, sedangkan aku dan Mala hanya minum beer. Hanya Kiara yang tidak minum alkohol.
Kami mengobrol sambil bermain dan menikmati makanan yang sudah kami masak. Tinggal beberapa menit lagi menuju pergantian tahun, Aris dan Will menyiapkan kembang api dibantu oleh Pak Ahmad.
"Count down nih satu menit lagi," ucap Mala.
"Hitung sayang kalau udah mau 10 detik lagi," Aris menyahuti.
Sambil menyiapkan kembang api, Will mendekat ke arah Kiara. Naya pun berdiri di sampingku, hanya Aris yang masih berjaga untuk menyalakan sumbu.
Mala kembali melihat ponselnya. "Nah, ayo itung bareng-bareng. 10.. 9.. 8.. 7.. 6.. 5.. 4.. 3.. 2.. satuuuuuuu!!!"
Duarr.. duarrr.. kembang api menyala menggelegar di langit. Dari beberapa tempat juga terlihat sedang menyalakan kembang api sama seperti kami.
Aku melihat Will yang memeluk erat tubuh Kiara. Lalu Aris yang berlari ke Mala dan memeluk pacarnya itu. Kemudian aku menoleh ke Naya yang sedang menatap tinggi ke arah langit. Dan perlahan, sebelah tangannya menggenggam tanganku.
"Aku bersyukur banget ada kamu di samping aku saat ini," ucap Naya lembut dengan masih menatap ke langit.
Aku tersenyum. "Dan aku bahagia karena kamu yang genggam tanganku sekarang."
Sedetik kemudian, Naya menoleh menatapku dalam dengan wajah yang sangat dekat di depanku. Dia tersenyum manis, senyuman yang selama ini hanya ia perlihatkan untukku.
"Happy new year, sayang. Jeg vil aldri gi slipp på hånden din. Du er min dyrebare," bisiknya dan Naya meneteskan air mata di wajahnya.
Aku mengusap air matanya dan aku bisa merasakan perasaan sayang yang begitu dalam dari Naya untukku.
"Why are you crying?" tanyaku.
"Because I'm grateful to have met you," jawabnya.
Aku pun memeluk tubuh Naya dengan sangat erat. "Kamu harus janji sama aku kalau kamu gak akan pernah ninggalin aku Nay."
Terdengar Naya menarik nafasnya dalam. "Aku akan selalu ada untuk kamu Syahna."
Dalam pelukannya aku tersenyum bahagia. "Aku ingin selalu rayain tahun baru setiap tahunnya bareng kamu."
"Iya Syaaa, me too."
"Ehem, pindah ke kamar yuk," ucap Aris membuat kami berdua tersadar kalau kami sedang bersama mereka.
Aku dan Naya sama-sama melepaskan pelukan dan kami tertunduk malu.
"Udah sana gih Nay ajak Syahna ke kamar. Lo berdua istirahat gih," ucap Will yang masih merangkul Kiara.
"Iyee Nayyy, gue juga abis ini mau ke kamar berdua sama Mala, ihiy," goda Aris ke Mala.
"Gak boleh aneh-aneh kamu!" ancem Mala.
"Yaudah, gue sama Syahna duluan ke kamar ya," ucap Naya.
"Okay, night," sahut Will.
Sebelum ke kamar, kami berdua mencuci tangan, kaki, dan membersihkan wajah. Setelah itu, kami merebahkan tubuh di atas tempat tidur.
Aku meminta Naya merentangkan sebelah tangannya agar aku bisa merebahkan kepalaku di atas dadanya. Aku memeluk tubuhnya dan Naya juga merangkulku sambil memainkan ujung-ujung rambutku.
"Aku mau terus kayak gini sama kamu," ucapku.
"Nanti kalau tangan aku pegel gimana?"
"Yaa, aku pijitin besok pagi."
"Emang kamu bisa mijit?"
Aku menggelengkan kepala..
Naya tertawa. "Gimana mau mijitin aku sih kalau kamu aja gak bisa mijit?"
"Yaa, nanti aku minta ajarin Kiara."
"Kiara jago mijit?"
"Banget."
"Ah, yaudah, aku minta Kiara aja yang mijitin aku," ledeknya.
Aku menatapnya tajam lalu melepaskan pelukanku dan kembali merebahkan kepalaku di bantal. "Gih sana."
"Ya ampun, aku becanda Sya."
Aku tidak meresponnya dan memunggungi Naya.
"Jangan ngambek doooong."
"Aku tuh gak suka ya kalau kamu becanda-becandaan Kiara."
"Kamu masih cemburu sama Kiara?"
Aku hanya diam tidak mau menjawabnya.
Terdengar helaan nafas darinya dan aku bisa merasakan pergerakan dari Naya. Dia menarik lembut tubuhku agar tidak memunggunginya, lalu dengan cepat Naya sudah berada di atas tubuhku membuatku diam terpaku.
"Kamu mau ngapain?" tanyaku dengan segitu polosnya sehingga membuat Naya tertawa.
"Haha kenapa? Takut?"
"Engga."
Naya masih menatap lekat mataku. "Aku cuma sayang sama kamu Sya. Jadi kamu gak perlu cemas."
"Emm, iyaaa," entah kenapa aku jadi salah tingkah.
Dia pun tersenyum dan semakin mendekatkan wajahnya di depan wajahku. Lalu secara perlahan, Naya mencium bibirku dengan lembut. Dia mengulum bibirku dengan gerakan perlahan. Ciumannya kali ini terasa sangat tulus, seakan dia sedang menyampaikan perasaannya padaku. Tidak ada nafsu di dalam ciumannya dan aku pun membalasnya juga dengan ciuman tulusku.
Hingga kami terlalu lelah, Naya kembali ke posisinya semula dan aku pun tertidur di dalam dekapannya.
*Note
Chapter special ini sengaja saya buat untuk menemani tahun baru kalian.
Happy new year!! May we always be happy.
With love,
Reinata
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top