40.
*play the song
Syahna's Pov
H-1 Sebelum Acara Pensi Ulang Tahun Sekolah
Sejak Naya diskors tiga minggu lalu, dia sudah sedikit berubah. Setidaknya dia sudah tidak ikutan main kartu lagi di kelas kalau lagi gak ada guru. Tapi namanya juga Naya, ada saja kelakuannya yang membuat guru piket marah. Baru-baru ini Naya dipanggil ke ruang BK karena rambutnya di-highlight warna shocking pink. Dan sekarang, dia sudah mewarnai rambutnya lagi jadi burgundy red.
Langit pun sudah mulai gelap, tapi aku masih mengurus banyak hal untuk persiapan besok pagi bersama panitia dan anggota OSIS lainnya. Semua sibuk dengan tanggung jawabnya masing-masing, sama sepertiku yang sedang menata panggung. Aku dan Gerald bertugas untuk supervisi segala kegiatan panggung utama, termasuk ketika guset star kami perform.
"Sya, ini timeline untuk besok, lo pegang satu, gue juga pegang satu ya," ucap Gerald sambil memberikanku dua lembar kertas.
"Okay, yang jadi time keeper-nya si Chika anak kelas XI ya?" tanyaku.
"Iya dia, lo mau ada perlu sama dia? Biar gue panggilin."
"Oh gak usah Ger. Ini jadwal check sound Teza Sumendra dan Maliq molor ya?"
"Harusnya sih tim Teza dulu nih jam 7, tapi tadi gue ditelpon mereka kejebak macet deket Gancit, 20 menitan lagi katanya sampe."
"Berarti timnya Maliq baru bisa check sound jam 9an?"
"Iya Sya. Lo gak usah nunggu check sound sampe selesei, biar gue sama anak-anak laki aja yang di sini. Lo balik aja."
"Serius gak apa-apa?"
"Ya gak apa-apa, lagian juga yang cewek-cewek udah mulai pada balik tuh."
"Emmm, yaudah. Tapi lo tolong kabarin gue terus ya, kalo ada apa-apa langsung telpon gue aja."
"Iya. Yaudah lo balik gih."
"Oke, thank you ya Ger. Sampe ketemu besok pagi. Lo sama anak-anak yang lain jangan lupa minta makan tuh sama tim konsumsi."
"Iya santai."
"Oke, gue duluan ya. Bye."
"Hati-hati Sya."
Aku pun mengambil tas di ruang OSIS sekalian pamit dengan panitia lainnya yang masih berada di sekolah. Aku berjalan melewati koridor yang gelap dan lumayan sepi untuk menuju ke gerbang depan. Ketika aku ingin memesan taksi online, tiba-tiba saja ada Naya yang berjalan menghampiriku dari halaman sekolah.
"Kok kamu di sini?" tanyaku padanya yang sudah tidak mengenakan seragam.
"Mau jemput pacar, kamu lihat pacar aku gak?" godanya.
"Oh, ada tuh, lagi angkatin bangku di aula," jawabku.
"Waduh, panitianya tahu aja kalo pacar aku kayak hulk," sahutnya.
Aku pun langsung memukul bahunya. "Sembarangan kalo ngomong."
"Kok kamu yang marah? Udah ah, aku mau lihat pacar aku dulu di aula," ia masih menggodaku dengan berjalan meninggalkanku.
"Oh yaudah sana, aku mau pesen taksi online." Aku pun kembali mengambil handphone dan membuka aplikasi.
Naya langsung menghampiriku dan mengambil ponselku. "Nih, taksi online-nya udah ada di samping kamu. Ayo, saya antar."
Aku sedikit tersenyum melihat tingkahnya. "Balikin hp saya dong, kok kamu gak sopan?"
"Oh iya, maaf Mbak. Ini silakan hpnya," Naya mengembalikan ponselku.
Aku mengambil dari tangannya lalu melihatnya yang masih diam berdiri sambil menatapku tersenyum.
"Kenapa masih diem aja? Katanya mau anterin saya pulang?" aku pun berlagak menjadi penumpang jutek.
"Oh iya maaf, mari, mobil saya di depan sana," sahut Naya dan kami pun berjalan menuju parkiran guru yang letaknya tidak begitu jauh dari koridor utama.
Ya, kalau sudah lewat jam sekolah, siapapun boleh memarkirkan kendaraannya di sana. Aku pun mencari mobil Naya tapi tidak ada.
"Mana mobil kamu?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya yang berjalan di belakangku.
Dia tersenyum lebar lalu berjalan ke mobil Honda Civic Turbo Hatchback berwarna merah yang terparkir tidak jauh dari tempatku berdiri.
Aku pun mengikutinya dan menatapnya bingung.
"Kamu ganti mobil?"
"Oh, ini mah mobil majikan saya Mbak. Ayo Mbak, silakan masuk," ucapnya sambil membukakan pintu untukku dan dia masih berakting sebagai supir online.
Setelah menutup pintu untukku, Naya langsung masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mesin.
Aku memegang lengannya. "Kamu ganti mobil?"
"Dibilang ini mobil majikan saya Mbak," sahutnya masih bercanda.
"Ih, udahan ah aktingnya. Ini mobil siapa?"
Naya tertawa.
"Kok malah ketawa?"
"Ya abis kamu lucu. Kamu duluan yang sok-sok jadi penumpang sekarang malah sebel sendiri."
"Ish, yaudah jawab. Ini kamu pake mobil siapa? Mobil kamu ke mana?"
Naya menghela nafasnya lalu dia mengubah posisinya jadi menghadap ke arahku.
"Ini mobil Papa, aku pake soalnya Papa kan jarang ada di sini. Aku lagi pengen bawa mobil sedan. Jadi aku tuker mobil tadi pas pulang sekolah, sayang," ucap Naya sambil mengacak rambutku.
"Udah yuk ah, jalan," ucapnya lagi. Tapi sebelum dia mengganti tuas ke D, aku menahan tangannya.
Dia pun menghentikan gerakannya. "Kenapa?"
"Peluk," pintaku manja dan Naya pasti sudah tahu maksudku.
Naya tersenyum lalu ia melepaskan seatbelt-nya dan memeluk tubuhku. Aku selalu suka dengan wangi parfum yang Naya pakai, membuatku ingin memeluknya lebih lama.
"Pacar aku capek ya?" tanyanya dan aku hanya menganggukkan kepala.
"Uh kasian, apalagi besok nih," ucapnya lagi.
"Gak tahu deh," sahutku.
Naya melepaskan pelukannya. "Kamu laper gak?"
"Iya, laper."
"Mau makan di luar apa aku anter langsung ke rumah?"
Aku pun melihat jam di tanganku. "Emmm, di luar deh tapi jangan jauh-jauh dari rumah aku."
"Oh yaudah, mau makan apa? Pasta? Ramen? Sushi? Teppanyaki?"
"Emmm, aku mau tongseng."
"Tongseng?"
"Iya, tongseng yang di pinggir jalan sebelum pertigaan itu."
"Oh yang itu. Emang kamu gak apa-apa makan di sana? Kan tempatnya lumayan panas."
"Ih, emang kenapa? Udah ayo jalan," ucapku.
"Oke, siap Nona Syaiton," sahutnya menggodaku lagi dan aku langsung mencubit lengannya.
"Aduh, sakit ih," gerutunya.
"Tadi manggil aku apa?"
"Hehe, tadi aku manggil kamu sayang."
"Udah, udah, buruan deh ah jalan."
"Iyaaa." Dan Naya pun menancapkan gas menuju ke warung Tongseng sesuai permintaanku.
D-Day Acara Pensi Ultah Sekolah Kami
Aku sudah sampai di sekolah jam 7 pagi. Tadinya Naya ingin menjemputku, tapi aku melarangnya. Kasihan dia harus bangun pagi kalau mengantarku. Apalagi acara pensi kami pun baru dimulai sekitar jam 10 nanti.
Aku berkumpul bersama semua panitia di tengah lapangan dekat panggung. Kami saling bergandengan tangan dan berdoa untuk kelancaran jalannya acara penting hari ini. Pensi tahun ini akan menjadi acara terakhirku di sekolah, semoga semua berjalan dengan baik.
Setelah selesai berdoa, kami langsung mengurus sesinya masing-masing. Ada yang sambil sarapan, ada juga yang lagi meriksa HT yang akan kami gunakan nanti, dan ada pula yang masih bercanda di sekitaran panggung.
Aku pun berjalan berkeliling melihat kesiapan kami. Anggota OSIS angkatanku memang ditugaskan hanya untuk supervisi saja, tapi kami tetap ikut turun membantu panitia utama, yakni anak kelas XI.
Satu persatu pemilik booth makanan juga sudah mulai berdatangan. Mereka mempersiapkan semua perlengkapan mereka. Aku kemudian berjalan ke arah panggung, semua alat musik sudah siap. Ligthing untuk pertunjukan malam sedang diperiksa oleh Gerald, katanya semalam ada dua lampu yang bermasalah.
Waktu terasa begitu sangat cepat, satu persatu murid sekolah kami mulai berdatangan. Para guru juga telah hadir dari satu jam lalu. Setiap acara pensi, kami semua dibebaskan untuk tidak mengenakan seragam sekolah, kecuali panitia yang harus memakai baju crew.
Jadi hari ini akan jadi ajang kece-kece-an para murid. Ditambah pula akan ada murid sekolah lain yang datang ke acara kami. Pensi ini memang bersifat umum, jadi siapapun bisa datang asal sudah registrasi terlebih dahulu.
Aku kembali mengurus panggung bersama Chika. Aku memastikan semua agenda sudah masuk ke time table yang ia pegang. Ketika aku sedang berdiskusi dengannya, aku mendengar bisikan-bisikan dari orang-orang di sekitarku, baik cewek atau pun cowok.
"Anjir, anjir, Naya dateng pake baju biasa cantik banget sumpah."
"Walaupun gayanya sedikit boyish, tapi dia keren parah."
"Jadi makin ciut gua mau deketin Naya," ucap salah satu siswa.
"Haha, jadi supirnya aja lo gak pantes nyet," sahut temannya.
Aku pun langsung menatap ke Naya yang sedang banyak diomongin oleh orang-orang.
Dia mengenakan ezy pants berwarna abu gelap dengan motif garirs-garis tipis, atasan berbahan loose berwarna pastel, dan sepatu stan smith all white. Dia juga masih memakai kacamata hitam rayban sambil membawa clutch handy berwarna cokelat dan sebuah paperbag Sbux yang sudah sangat aku hafal apa isinya. Hari ini memang cerah, jadi wajar saja banyak dari kami yang memakai sunglasses. Tapi harus aku akui, style Naya memang oke.
Naya berjalan ke arahku membuat semua orang di sekitarku yang tadi berbisik membicarakannya langsung terdiam.
"Lo baru dateng?" tanyaku padanya.
"Iya. Terus tadi di parkiran ketemu Will sama Kiara, tapi mereka kayaknya ke kantin. Oh iya, maaf ya gue ganggu," ucap Naya padaku lalu Chika.
Aku memerhatikan wajah Chika yang salah tingkah ditatap Naya. "Oh, i-iya Kak gak apa-apa."
"Gue cuma bentar kok, cuma mau kasih ini. Nih Sya, titipan lo tadi," ucap Naya memberikanku bungkusan sbux.
Awalnya aku bingung, memang kapan aku nitip sbux sama dia. Tapi kemudian aku baru sadar, Naya berbicara kayak gitu pasti biar gak dianggap aneh sama Chika.
"Oh iya, thank you Nay," sahutku.
"Yaudah, gue mau temuin anak-anak dulu ya."
"Iya."
Lalu dia pun pergi berjalan santai membuat banyak orang kembali berbisik membicarakannya.
"Oh iya, jadi terus gimana Chik?"
Dan Chika pun kembali menjelaskan padaku mengenai time table yang dibuat olehnya. Setelah mengecek semuanya, akhirnya aku bisa sedikit beristirahat. Aku pun menghampiri Ruth dan beberapa anak OSIS lainnya yang sedang duduk di pinggir lapangan.
"Udah pada sarapan?" tanyaku pada mereka.
"Udah nih baru aja. Lo udah belum Sya?" tanya Ruth.
"Nih baru mau."
"Yaudah, makan gih."
Aku membuka bungkus sbux yang diberikan oleh Naya. Ternyata isinya diluar dugaanku. Kali ini Naya membelikanku hot early grey tea dan smoked beef mushroom panini. Ada sebuah tulisan di cup-nya.
"Semangat :)"
Aku langsung tersenyum dan menikmati sarapan yang diberikan oleh Naya. Lalu aku mengiriminya chat.
"Thank you for the breakfast ❤" – Syahna
"Hari ini gak boleh telat makan ya. Enjoy the meals." – Naya
"Iya, kamu juga ya. Dan maaf kalau hari ini aku bakal sibuk dan jarang pegang hp." – Syahna
"Iya, paling aku jadi nyamuk di antara Will-Kiara dan Aris-Mala. But it's okay, aku gak bakal jauh-jauh dari panggung biar bisa lihat kamu." – Naya
"Haha, gombal." – Syahna
"Biarin." – Naya
"Yaudah, aku mau balik urusin lighting di panggung dulu." – Syahna
"Iya sayang. Semangat ya." – Naya
"Iya, love you." – Syahna
"Love you too." – Naya
Naya sukses membuat mood-ku pagi ini jadi sangat baik. Biasanya setiap acara pensi, aku selalu sibuk bahkan bisa sampai lupa makan. Tapi kali ini, ada seseorang yang mengingatkanku untuk tidak telat makan. Sejak bersama Naya, hidupku jadi lebih berwarna. Bukan hanya dia yang merasa dicintai olehku segitunya, tapi aku juga merasakan hal yang sama kalau Naya menyayangiku begitu dalam. You make me feel the love again, Nay.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top