4.
Naya's Pov
Gue masih memegang sebungkus kondom yang ada di dalam tas Syahna. Gue mencoba mencari lagi apakah ada kondom lainnya atau tidak. Tapi setelah mencari di beberapa tempat, hasilnya nihil.
Ini kondom beneran punya si Syahna? Apa ternyata di balik penampilan smart and elegant-nya itu dia cewek nakal? Dan apa tadi dia sakit perut ada hubungannya dengan kondom ini? Ah, tapi apa peduli gue. Hidup, hidup dia. Ya, terserah dia juga sih mau ngapain.
Gue pun menaruh kondom tersebut ke tempatnya semula. Lalu gue kembali ke ruang UKS dan melihat Syahna sedang berbicara dengan Bu Ifa. Ruangan ini sangat sepi, hanya ada mereka berdua saja.
"Permisi Bu," salam gue.
"Oh iya Naya, silakan masuk."
"Ini Bu, obatnya," gue memberikan sebungkus obat pada Bu Ifa.
"Terima kasih Naya. Ini Syahna, diminum dulu ya obatnya. Nanti setelah setengah jam, kamu baru boleh makan."
"Iya Bu," ucap si Syahna.
"Bu, saya ijin kembali ke lapangan ya Bu," ucap gue.
"Oh tadi Pak Gin udah bilang ke saya katanya kamu diminta untuk temani Syahna aja di sini sampai jam pelajaran olahraga selesai," sahut Bu Ifa.
"Tapi sepertinya dia butuh tidur Bu," gue berusaha untuk bisa pergi dari ruangan ini.
"Gimana Syahna? Kamu mau ditinggal sendiri atau ditemani dengan teman kamu?" tanya Bu Ifa ke Syahna.
Yang ditanya pun kini sedang menoleh ke arah gue dengan ekspresi datarnya.
"Biar Naya di sini Bu, temani saya," ucap Syahna membuat gue langsung bertanta-tanya.
"Nah Naya, teman kamu butuh ditemani. Kalian di sini ya, Ibu mau kembali ke depan memerika beberapa hal."
"Iya Bu," sahut Syahna dengan gue yang masih terdiam.
Ketika Bu Ifa meninggalkan kami, Syahna kembali bersandar di tempat tidur.
"Ngapain lo diem begitu?" tanyanya.
"Lo ngapain sih bilang mau ditemenin gue segala?" gue bertanya balik.
Dia memejamkan matanya. Wajahnya terlihat sangat tenang.
"Makasih udah nolongin gue," ucapnya masih dengan mata tertutup.
Gue pun berjalan mendekatinya dan memerhatikan wajahnya dengan seksama.
"Lo ngelindur apa gimana?" tanya gue.
Dia masih memejamkan mata.
"Thanks," ucapnya singkat.
"Hah? Kalo mau bilang makasih tuh yang bener, jangan sambil merem kayak gitu."
Perlahan, Syahna membuka matanya dan menatap ke arah gue sekian detik lalu dia kembali terpejam.
"Gue mau tidur, jangan ganggu," ucapnya.
Apa-apan nih cewek! Seenaknya aja tadi bilang minta ditemenin sama gue sekarang malah mau tidur.
"Heh, wuah, lo.. lo bener-bener nyebelin banget ya jadi orang," gue sampe tidak tahu harus berucap apa lagi.
Bukannya menyahuti, cewek jutek ini malah mengubah posisi tidurnya memunggungi gue.
Gue hanya bisa menghela nafas melihat tingkah lakunya.
"Gue mau balik ke lapangan," ucap gue.
"Mending lo tidur tuh di kasur sebelah daripada panas-panasan di luar," sahutnya.
Gue berpikir sejenak. Benar juga katanya, gue jadi bisa tiduran di sini tanpa ikut pelajaran olahraga. Oke deh, gue di sini aja.
"Hmm," sahut gue sambil melepaskan sepatu dan membaringkan tubuh di tempat tidur yang ada di sebelah Syahna.
Suasana ruang UKS yang sepi dan tenang membuat mata gue semakin mengantuk. Dan perlahan, gue pun terpejam.
.
.
.
.
"Nay, Naya?"
Gue merasa ada seseorang yang sedang menggerak-gerakan tubuh gue sambil memanggil nama gue.
Gue pun berusaha membuka mata gue yang masih berat.
Gue langsung kaget melihat wajah Bu Reni. Dengan cepat, gue langsung membangunkan tubuh.
"I-iya Bu?" tanya gue salah tingkah.
Bu Reni menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. Di sampingnya juga terlihat ada Bu Ifa dan Pak Ginanjar yang sedang menatap ke arah gue.
"Kamu sakit?" tanya beliau.
Gue menggelengkan kepala. "Engga Bu."
"Dia bukannya temenin saya malah tidur Bu," sahut Syahna dari samping.
Gue melihatnya dengan kesal. Nih orang bisa-bisanya bikin gue malu.
Bu Reni menghela nafasnya. "Sudah, sekarang kalian berdua ganti baju ya. Pelajaran olahraga kalian sudah mau selesai. Syahna juga sudah baikan kan?"
"Iya Bu, sudah," sahutnya.
"Nayaaa, Naya, Bapak minta kamu temani Syahna kok kamu malah tiduran di sini ya," ucap Pak Ginanjar.
"Maaf Pak," sahut gue.
"Yasudah, sana gih kalian cepat ganti baju ya," ucap Bu Reni.
Gue pun memakai sepatu sama seperti Syahna.
"Kami permisi Bu," ucap Syahna dan berjalan keluar ruangan ini.
Gue mengikuti langkahnya yang berjalan agak cepat di depan gue.
"Lo sengaja ya mau ngerjain gue?" tanya gue.
"Ngerjain apaan sih?"
"Itu tadi, kenapa lo gak bangunin gue pas ada Bu Reni dan Pak Gin?"
"Ya lo kayak orang mati, gue panggilin gak bangun-bangun."
"Masa sih?"
Syahna tiba-tiba menghentikan langkahnya lalu menatap gue. "Dasar, kebo."
Lalu dia kembali berjalan cepat meninggalkan gue.
Wuah, beneran cari ribut nih cewek!
Gue masih mengikuti langkahnya dari belakang dan sesampainya di kelas, sudah ada teman sebangku Syahna yang langsung menghampiri si cewek jutek itu.
"Sya, lo gak apa-apa? Maag lo kumat lagi?"
"Iya nih La, tapi gue udah enakan kok," jawab si Syahna.
Gue pun langsung masuk ke dalam kelas melewati mereka berdua.
Aris langsung menghampiri gue. "Dari mana aja lo Nay?"
"Ketiduran di UKS," jawab gue sambil mengambil baju seragam.
"Enak banget lo gak ikutan olahraga, tau gitu tadi gue aja yang ngikutin si Syahna," gerutunya.
"Iya, mending lo aja tadi yang ikutin dia," sahut gue kesal.
Aris menatap gue penuh curiga. "Eits, ada apa nih?"
Gue menghela nafas. "Gue mau ganti baju."
"Nanti cerita ya Nay," teriak Aris ketika gue berjalan keluar kelas.
Ketika gue ingin masuk ke dalam ruang ganti, tiba-tiba Syahna muncul dari belakang.
"Awas," ucapnya sambil mendorong pelan tubuh gue.
Dia pun langsung masuk ke dalam bilik nomor 1, dan gue mengganti baju di bilik 2 sebelahnya.
"Bisa gak sih lo jadi orang gak nyebelin?" tanya gue.
Dia tidak menyahuti gue sampai kami sama-sama selesai mengganti seragam. Kemudian kami mencuci tangan di wastafel. Gue bisa melihat dari pantulan cermin sebelah tangan Syahna tengah memegang perutnya lagi.
"Lo hamil?" tanya gue to the point.
Yang ditanya langsung terlihat kaget dan menatap gue dengan penuh emosi.
"Lo kalo ngomong jangan sembarangan!" jawabnya.
"Santai aja kali," sahut gue sambil kembali mencuci tangan.
"Ya lo ngomong gak ada sopan-sopannya," ucapnya masih dengan intonasi yang sedikit meninggi.
Gue mengeringkan tangan lalu kemudian berdiri di depannya.
"Perut lo sakit, muka lo pucet, kepala lo pusing, dan tadi pas gue ambilin obat di tas lo gue nemuin kondom. Wajar kan kalo gue berpikir ke arah sana?" tanya gue sambil menatapnya.
"Hah? Kondom?" dia langsung terlihat kaget.
"Iya, kondom rasa pisang," jawab gue memperjelas.
"What? Siapa yang naro kondom di tas gue?" tanya dia.
"Lah, lo nanya gue terus gue mesti nanya siapa?"
Dia masih mengerutkan dahi terdiam sambil berpikir.
"Ck, becandanya keterlaluan nih!" gerutunya.
"Itu bukan punya lo emang?"
"Bukan lah!"
"Ya punya cowok lo berarti."
"Gue gak punya cowok!"
"Ooh, jadi lo gak hamil?"
Syahna kembali menatap gue. "Ya gak lah. Lo kalo ngomong jangan ngaco!"
"Ya sorry, kan gue cuma mau mastiin."
Dia kembali terdiam dan tertunduk.
"Hemmm, ini pasti kerjaannya Bang Andra! Aarrrhhhh," gerutunya kesal.
"Andra, siapa?"
"Abang gue. Terus tadi lo nemu di mana tuh kondom?"
"Di kantong kecil dalem tas lo."
"Awas lo ya kasih tahu orang-orang kalo ada kondom di tas gue," ancamnya.
Gue memutar bola mata malas menatapnya kemudian berjalan keluar dari toilet.
"Nay, tunggu," panggilnya.
Gue menghentikan langkah dan menoleh ke arahnya. "Apa sih?"
Dia berjalan ke arah gue lalu wajahnya mendekat ke wajah gue, membuat gue kaget.
Kemudian dia berbisik, "please, jangan sampe lo cerita kalo lo nemuin kondom di tas gue."
Gue langsung memundurkan tubuh kemudian menatapnya dengan heran.
Setelah beberapa saat, gue tersenyum tipis padanya.
"Terserah gue lah, mulut-mulut gue, bye," ucap gue sambil kembali berjalan meninggalkannya.
Gue bisa mendengar tuh cewek jutek kini sedang menggerutu.
"Errrrr... Nayaaaa, awas lo yaaaa!" teriaknya dan gue hanya melambaikan tangan padanya.
Hah, emang enak lo gue kerjain!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top