part 1
Aizome Kento.
Kau mengenalnya sebagai salah satu anggota grup idol THRIVE. Kau mengenalnya sebagai seorang yang erogan, tampan, playful one, dan... seksi. Yeah, kau mengenalnya sebagai seorang idol yang sulit untuk kau jamah.
Tapi bagiku ia hanyalah seorang pria. Maksudku... saudara laki-laki.
Tidak lebih.
***
**
*
"Kento's (secret) Twin Sister"
siscon!Aizome Kento x twin sister!OC!Aizome Keiko
B-Project* © MAGES
Inspired song "LOVE IN SECRET X SEXY NIGHT" © B-Project*: Kodou Ambitious Aizome Kento Character Song, Nakayama Masato
Warning: AU, ooc, typo, istilah bahasa Jepang yang tak terjelaskan
You can read it while listening the song
*
**
***
Seseorang menekan bel kamar yang dihuni dengan nama keluarga Aizome. Tak lama seorang gadis pun membukakan pintu. Ia tak bergeming beberapa detik sebelum yakin siapa yang telah berdiri di depan pintunya.
Yang jelas ia seorang pemuda bersurai biru yang tak bisa disembunyikan oleh topi hitam. Perlahan pemuda itu melepas kacamata, mengumbar senyum memikat khas pada gadis yang tercermin di maniknya.
"Kento?"
"Ya. Kau merindukanku?" tanyanya penuh keyakinan.
Gadis itu terkikik sekali. Dalam benaknya berkata, ia tak pernah berubah sejak dulu. "Kamu ini tak pernah berubah ya?" Akhirnya ia mengucapkan apa yang terlintas di benaknya.
Aizome Kento tersenyum, kali ini lebih tulus. "Aku tetaplah aku."
Dan yah, gadis itupun juga tahu. "Kenapa kamu ke sini?" tanyanya kemudian.
Ekspresi Kento berubah. "Aku tak boleh ke sini?" Kerut di dahinya terbentuk, matanya melirik ke dalam, "Kau sudah punya pacar?"
Gadis itu hampir saja tertawa. "Tidak ada! Aku lebih sibuk dengan kuliah daripada seorang laki-laki!"
Ada kelegaan mengisi rongga dada Kento. Senyumnya kembali terbentuk. "Kalau begitu tak ada salahnya aku masuk, bukan?"
Gadis itu mengangguk. "Masuklah," ia tak bisa membiarkan pemuda itu berlama-lama di depan kamarnya. Bisa saja seseorang ataupun wartawan mendapati mereka berinteraksi dan itu memicu gosip tak enak.
"Maksudku, kamu tak sibuk?" tanya gadis itu sekali lagi.
Kento melepas sepatu dan kaos kakinya, mengganti alas kakinya dengan sendal. "Libur."
"Idol bisa juga libur?" sindir gadis itu dengan tawa kecil.
"Tentu saja!" kesal Kento. "Kau pikir kita selalu bekerja tanpa istirahat? Idol juga manusia."
"Kalau libur kenapa ke sini? Bukannya liburan dengan teman-temanmu!"
"Teman yang mana?"
"Teman THRIVE-mu, atau B-Pro?"
"Bekerja siang-malam dengan mereka, kenapa liburan juga harus dengan mereka?"
"Karena idol seperti itu. Libur bersama, lalu upload foto bersama."
"Keiko, kau tak suka aku di sini?"
Kento menghentikan langkah sebelum melewati batas dapur.
Gadis itu bernama Keiko. Ia memiliki surai panjang sewarna dengan pemuda di hadapannya. Bahkan kedua maniknya, juga parasnya. Hanya satu yang membedakan keduanya, tak lain jenis kelamin—ah, ditambah dengan berbedaan tinggi.
"Aku hanya terkejut kamu mampir ke apartemenku," jawab Keiko tak memerdulikan wajah muram Kento.
Kento menghela napas gusar. "Bukannya hal wajar di hari libur orang pulang ke rumahnya?" Semburat merah menghiasi wajah lelahnya. "Kau tahu... aku—kita tak punya rumah untuk kembali. Jadi...."
Kalimatnya terhenti. Punggung tangan kirinya—berharap dapat—menutupi wajahnya yang memanas. Ia ingin Keiko mengetahui maksud kedatangannya, entah kenapa ia tak bisa berkata terus terang di hadapan gadis itu—tak seperti kala ia dengan gadis lain.
Ia tahu Keiko dapat membaca kalimat hatinya, namun sengaja diam menunggu kalimat itu terucap langsung oleh bibirnya. Gadis itu selalu dapat mengerjainya.
"Kau membuatku untuk bicara?" kesal Kento tak mau jujur.
Keiko menelengkan kepala dengan senyum kemenangan.
Kento menghela napas, mencoba untuk menjadi dirinya kembali. Dengan senyum ia berkata, "Kau satu-satunya keluarga tempatku kembali. Tak kukatakan seharusnya kau sudah mengerti, bukan? Saudara kembarku."
Keiko mengangguk puas. Kedua matanya tersipit saat tersenyum. Ia menyambut saudaranya dengan sapaan hangat.
"Okaerinasai, Kento-kun!"
*****
Keiko menghidangkan cha—nasi goreng—dua piring di atas meja bundar kecil. Kento sudah menunggunya sedari tadi. Perutnya sudah bergemuruh tak sabar untuk diisi. Aroma mentega lebih dominan mengepul di udara sekelilingnya. Terakhir, dua gelas jus jeruk menemani makan malam mereka.
"Kau tak punya bir kaleng di kulkas?" heran Kento memandangi segelas jus jeruk.
Keiko menggeleng dengan polosnya.
Kento tertawa kecil. "Yang benar saja? Kita sudah kepala dua lho! Kau tak pernah mencobanya?"
Keiko bersungut. "Aku tak suka kehilangan kesadaran."
Kento berdengus. "Kalau begitu sama saja kau masih anak-anak."
"Tak bisa minum sake atau tidak itu tak menentukan kedewasaan seseorang. Jadi maaf saja tak ada sedegukpun sake di kamarku!" kesal Keiko. "Cepat makan, mumpung hangat!"
"A~ah, jadi tak nafsu makan," sindir Kento mengacak-acak cha-nya.
"Maaf hanya bisa menghidangkan cha. Habis kamu datang tiba-tiba. Seharusnya kamu menghubungiku jadi aku bisa mempersiapkan berbagai macam pakan."
"Termasuk mempersiapkan diri untuk menemuiku?" goda Kento.
Keiko memasang wajah datar. "Jangan mulai lagi deh, Kento."
Kento terkikik, menahan tawa. Ekspresi sebal Keiko yang dikerjai begitu lucu baginya. "Hai, itadakimasu!" Sesendok cha memenuhi mulut Kento. Sekali kunyah ia terhenti, "Asin!"
Keiko terkejut. "Eh? Masa?" Ia langsung mencicipi masakannya sendiri. Meyakinkan rasa asin di setiap titik perasa lidahnya. "Enggak tuh."
"Punyaku asin," gerutu Kento. Ia menyendok cha kembali dan menodongkannya ke Keiko.
Keiko yakin dengan masakannya. "Lidahmu saja yang asin."
Spontan mulutnya terbuka dan menerima suapan Kento. Lidahnya sibuk mencerna rasa, tak ada asin maupun rasa aneh lainnya. Matanya melirik Kento yang menutup mulut tak tahan dengan gelitikan di perut.
Kening Keiko berkerut. "Kau! Mengerjaiku lagi?"
Tawa Kento lepas. "Habis, kau merespon dengan seriusnya. Jadi kulanjutkan saja."
Keiko mengunyah kasar. Ia tak mau melanjutkan candaan kembarannya itu. Justru tetap menyendok cha-nya sendiri, menikmati makan malamnya.
Kento malah cemberut karena Keiko tak membalas candaannya. "Keiko, harusnya kau balas suapanku."
"Jangan manja deh, Kento. Ya ampun, kau sudah duapuluh tahu!" kesal Keiko.
Menghindari godaan Kento, ia meraih remote untuk menghidupkan televisi. Berharap arah pembicaraan mereka lebih normal daripada mengabulkan angan romansa antarsaudara ala Kento. Keiko sama sekali tak mengerti dengan fantasi saudara kembarnya itu.
Acara televisi menyuguhkan drama yang dibintangi Kitakado Tomohisa dari kitakore. Wajah tampan yang tersenyum itu mampu menyedot banyak hati wanita yang melihatnya. Kemudian kamera menyoroti sosok anggota kitakore yang lain. Wajah manis Korekuni Ryuji tersenyum picik. Meski begitu tak ada yang mampu membencinya.
"Aku sudah menonton filmmu dengan THRIVE dan anggota B-Pro lainnya lho!" ujar Keiko tiba-tiba. "Kamu jadi anak badung yang keren, Kento!"
Kento menelan makanan di mulutnya. "Arigatou. Hanya keren saja? Tak ada pujian yang lain?"
"Aktingmu lumayan," tambah Keiko sambil bertepuk tangan.
"Keiko, tak bisakah kau memujiku lebih?"
"Hidungmu akan bertambah panjang jika kupuji, dan kamu akan melambung kegirangan."
"Itu yang kuharapkan."
"Itu yang kuhindari."
Kento bersungut. Mulutnya hanya bergumam kesal. Ia tak bisa bersilat lidah dengan Keiko, pasti kembarannya yang selalu menang. Atau ia sendiri yang tak bisa mengalahkan semua pendapat gadis itu. Ia memutuskan untuk melanjutkan makan, mengunyahnya sekasar mungkin.
Gadis itu diam-diam tertawa geli. Ia telah menyeimbangkan skor 'mengerjai' hari ini. Dua sama. Malam ini mereka seimbang.
"Kento," panggil Keiko.
Kento hanya bergumam menjawabnya.
"Di dunia hiburan memang kamu sudah lama, tapi karirmu baru dimulai lho. Jangan terlalu puas dengan apa yang sudah kamu raih hari ini."
Kento menatap wajah Keiko yang terlihat sedih mengucapkan kalimat tadi. Kedua mata gadis itu lebih fokus ke televisi, maniknya terlihat berkaca-kaca.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Kento hati-hati.
"Proposalku dipuji teman-teman, tapi begitu diperlihatkan pada dosen... beliau sama sekali tak menyetujuinya. Bahkan harus diulang dari awal," ujar Keiko masih tak mau menatap Kento yang mengkhawatirkannya.
"Kuliah itu... sulit ya?"
"Semua orang punya kesulitan tersendiri," jawab Keiko tak mau terlihat sedih. Kini ia dapat membalas tatapan kembarannya. "Tak hanya aku, Kento juga begitu bukan? Jadi idol tentu lebih sulit. Hei, kita bisa bertukar cerita semalaman! Lewat pesan dan surel tak begitu jelas, bagaimana?"
Kento tersenyum. "Tentu saja. Keiko, bilang saja kau ingin mengenalku lebih jauh—
"Ya ampun, jangan mulai lagi deh! Tak dibilangpun aku mengenalmu, Kento. Kita kembar!" sanggah Keiko langsung.
Kelopak mata Kento agak sayu mendengar kalimat itu. "Iya, ya?" Ia mencoba meyakinkan diri akan kenyataan itu. "Baiklah, aku akan bercerita. Tapi kau juga ya? Tentang kuliahmu, juga teman-temanmu. Lalu... pria yang sedang kau sukai?"
Keiko hampir tersedak mendengar kata terakhir. "Sudah kubilang aku tak ada waktu buat suka sama seorang laki-laki!"
"Hm, benar?"
"Iya, ah, bawel!"
"Kalau begitu aku akan mulai bercerita. Hm, mulai dari mana ya? Ah, kalau aku menceritakan seorang gadis yang sedang dekat denganku, bagaimana?" Kento menekan setiap kata di kalimat tanya terakhirnya, menatap Keiko lekat dengan senyum simpul.
"Yakin satu gadis?" Keiko malah mulai menjahili kembarannya.
"Aku sudah serius, kau jangan mengejekku!"
Keiko terkikik. "Maaf, maaf. Ya sudah, aku pengin mendengar curahan hati adikku tentang romansanya dengan seorang gadis." Ditekannya kata seorang—karena selama ini Keiko tak pernah melihat Kento 'setia' dengan seorang gadis.
Kento berdecak lidah. Ia terperangkap oleh kalimatnya sendiri. Tak ada jalan lain selain mulai bercerita akan 'kisahnya-dengan-seorang-gadis'. Pandangannya diteduhkan seolah menggambarkan dengan jelas kesannya terhadap sang gadis itu.
"Dia pengurus B-Pro yang baru. Namanya Sumisora Tsubasa....."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top