last part

Sebulan sudah Kento 'meninggalkan' Keiko. Pemuda itu telah kembali menjalankan aktifitasnya sebagai seorang idol, bagian dari THRIVE dan juga B-PROJECT*. Lagi, mereka berdua hanya bisa saling berkomunikasi lewat pesan. Kento yang melemparkan candaan, dan Keiko yang selalu mematahkan fantasinya.

Sang ular menghampiri Keiko di jam istirahat. "Pacarmu tak terlihat. Kalian sudah putus?"

"Dia saudara jauhku," jawab Keiko malas.

"Oh bukan pacar? Padahal hot begitu. Boleh minta nomor ponselnya?" pintanya terang-terangan.

"Tak punya," jawab Keiko singkat meninggalkankan sang ular beserta dua bawahannya.

"Ha~ah, pantas kau tak laku," ejeknya. Kedua temannya tertawa terbahak-bahak.

Keiko tak menghentikan langkahnya, justru mempercepat. "Peduli apa aku?"

"Hei, benar dia yang punya marga Aizome?"

"Perawakannya memang mirip Aizome Kento THRIVE, tapi masa sih?"

"Rasanya tak mirip deh!"

Keiko kembali mendapati bisikan-bisikan sekitar tentang dirinya. Di kampus ia sudah dikenal sebagai saudara kembar rahasia Aizome Kento meski para penyebar gosip sama sekali tak tahu kondisinya. Mereka hanya terkejut mendapati marganya sebagai Aizome, dengan surai dan manik yang menyerupai idol tampan itu.

"Anggap saja dia hanya crosdress-nya Aizome!"

Mereka pun tertawa dengan pemikiran mereka.

Andai mereka tahu aku kembarannya, apa mereka tetap menertawaiku? batin Keiko. Tapi lebih baik tak usah, merepotkan.

Keiko segera melangkah keluar dari gedung fakultasnya. Baru selangkah keluar kakinya membeku seketika. Seorang wanita berdiri di hadapannya—sepertinya telah lama menunggu kemunculannya. Wanita itu tersenyum kaku padanya.

Apa yang harus ia lakukan saat bertemu dengan seseorang yang sudah lama tak ditemuinya?

"Keiko...," sapa wanita itu.

Sempat Keiko mengalihkan pandangan, namun ia tak mau dicap sebagai anak tak tahu sopan-santun.

Ia pun membalas sapaan itu. "Kasan...."

Mata wanita paruh baya itu berkaca-kaca. "Aku pikir kamu tak akan lagi memanggilku kasan," ujarnya terharu.

Keiko mendekati ibunya perlahan. "Kapan kasan datang?"

"Pagi tadi, kasan langsung menunggumu di sini."

Selama itukah? kaget Keiko dalam hati. Ia semakin tak enak hati untuk bersikap egois di hadapan wanita yang telah melahirkannya.

"Kasan mau ke apartemenku? Tak jauh dari sini," tawar Keiko.

Wanita itu menggeleng. "Aku datang untuk membawamu ke rumah. Ada suatu hal yang ingin kubicara—kita bicarakan bersama. Setelah ini ada kuliah?"

Ada. Namun Keiko tak dapat menolak harapan ibunya. Ia segera menggeleng. "Aku ikut."

Mereka berduapun meninggalkan kampus, menaiki bus menuju stasiun. Mereka akan menempuh perjalanan lebih kurang satu jam sebelum tiba di daerah di mana ia dibesarkan.

Kehadiran paman dan bibi yang membesarkannya membuat Keiko terkejut. Tak hanya mereka, seorang pria yang telah berusia mengenakan pakaian formal rapi begitu asing baginya. Begitu saling duduk bersama di ruang tamu kehadiran Kento ikut mengejutkannya.

Kento langsung duduk di sampingnya.

"Kapan kau tiba?" kaget Keiko.

Kento tersenyum tipis, "Beberapa menit sebelum kau tiba."

"Jadi... kenapa semuanya kumpul di sini?" heran Keiko.

Tak ada yang mau bicara dahulu. Kento juga sama sekali tak mengeri sama dengannya. Pria asing itulah yang membuka segalanya. Ia mengeluarkan dua akta kelahiran dari tasnya. Kemudian beberapa lembar foto. Semua itu diserahkan hati-hati di hadapan Keiko dan Kento.

Satu akta bernamakan Aizome Keiko, lengkap dengan tanggal lahir, di mana ia dilahirkan dan nama kedua orangtuanya. Sedangkan yang satunya lagi... nama seorang gadis yang begitu asing, namun tidak dengan tanggal lahir dan tempat di mana dilahirkan, sangat mirip dengan yang ia yakini miliknya.

Tetapi dengan nama kedua orangtua yang berbeda....

"Maksudnya?" Keiko tak mau menerka, ia takut sebuah fakta tentangnya terungkap.

"Meski aku bukan orangtua yang baik buatmu, Keiko, sedari awal aku bukanlah ibumu. Maaf... selama ini telah... merahasiakannya...."

"Ke-kenapa?" Keiko kehabisan kata. Benaknya penuh tanda tanya hingga tak dapat sepatahpun kata mengeluarkan sebuah pertanyaan. "Kena—

Air matanya menetes di kala lidahnya kelu.

Kento juga tak dapat berkata apa-apa. Ia tak tahu harus bersikap apa. Ia bingung, sangat. Tiba-tiba ibunya menelepon agensi, menghubungkan padanya. Awalnya ia tak ingin menerima panggilan itu, namun nama Keiko dilibatkan hingga ia terpaksa meninggalkan pekerjaannya.

Ia berpikir ibu akan melampiaskan semua amarah pada saudaranya.

Keiko meraih selembar foto. Wajah gadis belia yang memiliki manik mata sama persis dengannya, di sampingnya berdiri seorang laki-laki bersurai biru seperti dirinya. Sebuah 'kebetulan' yang tak dapat dipungkirinya. Ia sangat mirip dengan dua orang yang ada dalam foto tersebut.

Ia baru yakin tak memiliki kemiripan apapun dengan ibu yang ada di hadapannya, juga sang ayah yang entah ke mana. Semua itu diwariskan pada Kento seorang. Yang ia yakini hanya tanggal lahir dan golongan darah mereka sama, itu cukup.

"Gadis yang ada dalam foto itu ialah anakku," ujar pria asing itu. Mata Keiko terbelalak. "Ia kawin lari dengan kekasihnya. Aku sama sekali tak berhasil menemukan tempat tinggal mereka. Jika tak bertemu dengan ibumu yang saat ini mungkin aku tak akan pernah menyadari keberadaanmu...."

Rasa bersalah menyesapi batin sang ibu. "Gadis itu berpesan untuk merawatmu. Kami melahirkan anak di waktu yang sama. Saat itu aku dan ayah—kalian—sama sekali tak mengenali gadis itu. Tak ada identitas sama sekali.

Suaminya dikabarkan telah tiada karena sakit beberapa hari sebelum kamu lahir. Pihak rumah sakit kewalahan memberimu identitas. Sangat sayang sekali... ia tiada setelah bicara pada dokter. Aku yang memutuskan untuk mengangkatmu sebagai anakku."

Keiko tak dapat berbicara. Air matanya terus mengalir mengganti kata. Benak dan hatinya telah lemah menerima semua kenyataan. Ia tahu ibu yang di hadapannya hanya memberi kenangan manis sesaat sebelum pergi meninggalkan mereka berdua dengan paman dan bibi yang duduk di hadapannya jua.

Tapi setidaknya ia sudah menganggap ibu itu ibunya, keluarganya, ia bagian dari keluarganya. Dan Kento... adalah saudara kembarnya.

Kenyataan telah memukul dirinya untuk menerima semua. Ia memiliki keluarga yang lain. Meski kembali sekalipun, ia tetap seorang anak tanpa orangtua.

"Aku butuh waktu."

Keiko berdiri dengan linglungnya. Kento membantunya namun ia menolak uluran tangan siapapun. Ia melangkah meninggalkan ruangan. Depakan kakinya terdengar rintih di atas beranda kayu.

Ia sama sekali tak bisa percaya. Ia telah kehilangan keluarga jauh sebelum ibunya sekarang meninggalkannya dan Kento. Apa ia bisa bersyukur dengan keadaan sekarang? Tidak. Ia justru merasa lebih menderita mengetahuinya.

Langkahnya terhenti di sudut ruangan. Ia tak dapat lagi membendung semua emosi. Sedetik ia menumpahkan segalanya hingga tak peduli isakannya mengiris hati siapapun yang mendengarnya.

Seseorang merengkuhnya. Kento merengkuhnya. Meski ia menolaknya berkali-kali. Pemuda itu tak melonggarkan rangkulannya. Ia ingin menenangkannya, ia ingin membagi segalanya. Ia ingin mengucapkannya namun masih tak dapat berkata apa-apa.

"Keiko... kau tak pernah sendiri...."

Aku tak akan pernah membiarkanmu sendirian lagi....

*****

Dua tahun kemudian....

Seseorang menekan bel kamar yang dihuni dengan nama keluarga Otosaki. Tak lama seorang gadis pun membukakan pintu.

"Kento?"

"Ya. Kau merindukanku?" tanya pemuda yang menakan bel itu penuh percaya diri.

"Aku tak merindukanmu dan kenapa kamu di sini?"

Pernyataan telak dan pertanyaan tanpa basa-basi itu seakan pukulan keras mengenai jantungnya.

"Entah kenapa aku merasa dejávu," gumam Kento memijit keningnya.

Keiko tertawa kecil. "Aku sibuk memindahkan barang, tak ada waktu untuk melayani tamu."

Ya. Kuliahnya telah selesai, rencananya gadis itu akan pindah ke sebuah apartemen yang tak jauh dari tempatnya bekerja—lamarannya diterima sebelum ia wisuda.

Kento menggerutu. "Sekarang kau menganggapku orang asing?"

Kalimat itu membuat Keiko tersentak. "Bu-bukan begitu," ia tak sangka candaannya menyakiti perasaan Kento.

"Jya, kau masih menganggapku keluarga, kan?" ujar Kento mengumbar senyum memikatnya.

Keiko menggeleng sekali, tak ingin berdebat. "Kita tetap keluarga, sampai kapanpun," ujarnya sembari memberi ruang agar Kento masuk.

Keiko berjalan lebih dulu masuk. Kento hanya sempat melepas boots-nya, menghampiri gadis di hadapannya langsung. Kedua lengannya mengalungi leher gadis itu, tak bermaksud melepaskannya.

"Kalau begitu, jadilah bagian keluargaku... sekali lagi," bisiknya.

Sebanyak apapun Kento bercanda dan menggodanya, ia dapat membalikkan semua kalimat manis pemuda itu bahkan mematahkannya. Namun degupan dan bisikan hati kecilnya kini berbeda. Baru kali ini ia tak dapat berkata apa-apa.

"Kento... jangan mengasihani—

"Aku serius. Aku tidak sedang menghibur maupun mengasihanimu. Sejak awal aku tak bisa melepaskanmu dengan siapapun."

Ia melepaskan pelukannya. Kini kedua tangannya memegang pundak Keiko.

"Saat aku tahu kita bukanlah saudara kandung, aku justru bahagia—maaf, tapi awalnya aku tak terima kenapa kau bukan saudaraku, kenapa ada orang yang mengaku keluargamu, apa setelah itu kau akan pergi dengannya? Pertanyaan itu selalu menghantuiku. Aku tak ingin hal itu terjadi."

"Tapi kau bukan kembaranku. Aneh, padahal kita memiliki kemiripan yang hampir bisa dibilang identik. Dengan identitas baru... aku tak bisa lagi melindungimu sebagai seorang saudara...."

Susah payah Keiko menahan perasaannya, setetes air mata membasahi pipinya. "Kento...."

"Keiko...," Kento menarik lengan kiri Keiko ke kanan, agar gadis itu bertatap muka dengannya. Ia menggenggam tangan gadis itu dengan kedua tangannya. "Maukah kau menerima nama keluarga Aizome sekali lagi?"

.
.
~~selesai~~
.
.

Aizome Kento.

Kau mengenalnya sebagai salah satu anggota grup idol THRIVE. Kau mengenalnya sebagai seorang yang erogan, tampan, playful one, dan... seksi. Yeah, kau mengenalnya sebagai seorang idol yang sulit untuk kau jamah.

Tapi bagiku ia seorang pria yang sangat berani membolak-balikkan nasib kehidupanku. Hingga akhirnya luluh dengan semua permintaan egoisnya.

.
.
~~tamat~~


(saigo made atashi no hanashi kikasete :'v, aku masih setia sama Kazuna//dihujam fansnya kazuna sama kento//mumpung idenya kento masih segar aku tulis duluan xD. daadaa semuanya xD aku hiatus!! *menghilang* *muncul lagi* yg komen, komen aja dulu xD wwww

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top