Part 7

.

.

.

.

.

Semilir angin kota yang sejuk namun meninggalkan rasa panas mulai merayu. Menggoyangkan pucuk dedaunan dengan eloknya. Lalu lalang kendaraan yang berlomba dengan teriakan manusia menambah sayu suasana tengah hari. Salsa dan keluarganya tengah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sudah satu setengah jam lebih mereka menempuh perjalanan ke Surabaya. Namun rumah sakit tempat Ayyas dirawat belum juga nampak.

Salsa hanya terdiam, pemandangan kesibukan di kota besar tak lagi menarik perhatiannya. Matanya menerawang jauh, mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Ayyas di malam lamaran itu. Potret demi potret kebersamaan mereka mulai memenuhi mata Salsa. Bulir bening lantas terjatuh dari ujung matanya. Sebersit penyesalan mulai menghinggapi rongga dadanya.

Mobil mereka terhenti di sebuah rumah sakit ternama di Surabaya. Salsa dan keluarganya bergegas menuju ruang ICU. Tampak kedua orang tua Ayyas menyambut kedatangan Salsa dengan derai air mata.

"Apa yang terjadi, bu?"

Bu Arif hanya menggeleng seraya memeluk Salsa.

"Kamu yang sabar ya nduk."

Bagi Salsa dunia seolah berhenti saat itu juga. Hatinya kalut, dadanya bertambah sesak menahan gejolak batinnya. Pandangannya mulai kabur. Dan perlahan tubuh mungilnya jatuh dalam pelukan bu Arif.

****

Perlahan Salsa memberanikan diri memasuki ruangan yang sepi itu. Dilihatnya sosok seseorang yang tengah terbujur dengan selimut menutupi sekujur tubuhnya. Langkah Salsa terasa berat, ingin dia berbalik pergi. Namun hatinya menuntunnya kembali menemui sosok itu.

Dengan tangan gemetar Salsa membuka selimut yang menutupi wajah orang itu. Salsa menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gejolak jiwanya.

Salsa tertegun, dilihatnya wajah Ayyas yang pucat terpejam dengan senyum menghiasi wajah tampannya. Salsa menggelengkan kepala, ini tak mungkin, pikirnya. Ayyas tak mungkin pergi. Salsa terisak, semakin sesak dadanya. Diguncangkan tubuh kaku Ayyas, berharap Ayyas segera bangun.

"Mas ... mas Ayyas ... bangun mas ...," lirih Salsa.

Akan tetapi mata Ayyas tidak terbuka lagi. Dia benar-benar pergi meninggalkan Salsa untuk selamanya. Salsa semakin terguncang. Ada rasa kehilangan yang melanda jiwanya. Tangisnya semakin menjadi, meratapi kepergian Ayyas.

"Mas ... mas Ayyas .... Tidaaaaaaakkkkkk!!!!!!!"

******

Salsa terbangun, napasnya tersengal. Dadanya semakin sesak, juga kepalanya yang masih sedikit pusing. Salsa segera turun dari ranjang. Tak menghiraukan tubuhnya yang limbung. Dia ingin bertemu Ayyas. Dia ingin meminta maaf kepadanya. Salsa bergegas menemui keluarganya.

"Salsa."

Langkah Salsa terhenti mendengar seseorang memanggil namanya. Dia menoleh ke sumber suara itu. Dan dilihatnya sang ibu berjalan mendekatinya.

"Kamu mau kemana, nduk?"

"Salsa ingin bertemu Ayyas, bu." Salsa mencoba menahan tangisnya.

"Ibu mengerti, tapi apakah kamu sudah siap nduk?"

Salsa hanya mengangguk. Air matanya tak bisa dia tahan lagi. Dipeluknya tubuh ibunya itu. Mereka lalu berjalan beriringan sambil berpelukan.

Langkah mereka terhenti di depan ruang ICU. Salsa mencoba mengumpulkan sisa tenaganya. Perlahan dia membuka pintu, dan melangkah masuk. Salsa sudah tak sabar ingin memeluk Ayyas. Satu hal yang selalu dia hindari selama ini.

Langkahnya terhenti sesaat, Salsa masih terdiam. Dilihatnya tubuh Ayyas yang masih terbaring. Salsa berlari menghamburkan dirinya ke tubuh Ayyas. Isaknya semakin kencang.

"Maafkan aku ...," lirih Salsa lantas diciumnya wajah Ayyas berkali-kali. Namun alangkah terkejutnya Salsa yang mendapati selang oksigen masih menempel di wajah Ayyas. Salsa menatap wajah keluarganya, meminta penjelasan kepada mereka.

"Ayyas masih di sini nduk. Dia koma," jelas ibunya seakan mengerti kegundahan putrinya itu.

Salsa semakin bingung, dia melepas pelukannya. Jadi itu semua hanya mimpinya sewaktu dia pingsan? Salsa menarik napas, ada rasa bahagia sekaligus malu menghinggapi dirinya. Dia telah memeluk bahkan mencium Ayyas, dan dia melakukannya di depan keluarganya.

Salsa tak mengerti, selama ini dia tidak menginginkan kehadiran Ayyas dalam hidupnya. Namun kepergiannya yang walau dalam mimpi saja mampu meruntuhkan pertahanan hatinya. Salsa tersenyum, mungkin hatinya telah terbuka. Dia telah jatuh cinta dan takut kehilangan cintanya.

Kini semua tak seburuk yang Salsa mimpikan. Ayyas masih hidup, dia hanya koma. Salsa ingin memperjuangkan pemilik hatinya itu. Salsa berharap Ayyas dapat kembali seperti dulu. Dan Salsa berjanji akan berubah, demi sang pemilik hati.

******

Hikayat Salsabila
Vita Savidapius

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top