Spesial Chapter! With Aslan Part 1

Note: cerita ini terjadi jauh sebelum Pevensie datang. Eva masih terus bertarung sama Jadis. Seluruh cerita ini berasal murni dari kepala kecil aku, dan tidak pernah ada di buku manapun dalam seri Narnia oleh C.S. Lewis.

Tahun 527 kalender Narnia. Pohon kehidupan, Pulau Elf.

Meja makan panjang dengan dua puluh kursi nampak lenggang. Dua orang wanita berbeda tinggi berjalan santai dan mendudukkan diri di sana.

Pohon Kehidupan. Itulah tempat mereka saat ini. Tepatnya keduanya berada didalamnya. Pohon ini merupakan pohon raksasa yang menopang kehidupan para Elf di pulau ini. Jangan pikirkan pohon ini setinggi dua puluh meter. Melainkan menjulang tinggi dengan batang yang lebih besar dari gedung hotel.

Buah-buah yang dihasilkan pohon ini sangat bermacam-macam. Mulai dari buah yang dikenal seperti apel, lemon, hingga yang tidak dikenal dengan bentuk yang beragam. Pohon inilah tempat tinggal seluruh kepala suku yang terpilih. Termasuk sang surai perak disini.

Akar-akar dengan beberapa piring kayu berisi buah-buahan merambat, bergerak membawanya menuju meja makan. Akar-akar itu menata rapi piring-piring yang ada. Setelahnya kembali bergerak, merapatkan diri pada dinding kayu. Membuatnya tidak terlihat

"Aku tak menyangka kalau kau akan berkunjung lagi. Bagaimana Wanita keji itu?" Wanita berambut perak meraih apel merah dan memakannya. Netra hijau bak daunnya menatap gadis bersurai merah di depan.

Eva terdiam. Yang dikatakan wanita perak ini merujuk pada adik Eva, Jadis. Tak banyak yang bisa Eva ceritakan tentang itu. Situasi Narnia benar-benar buruk lima puluh tahun terakhir. Dibawah pimpinan Raja Frank 6, Narnia bisa sedikit demi sedikit memperbaiki diri. Tapi, tetap saja. Serangan Jadis masih terus menghantui.

"Tidakkah kau mau membantu kami?" Hanya itu yang bisa keluar dari bibirnya. Wajahnya harap-harap cemas menatap sang kepala suku Elf. Ini sudah yang ke lima puluh kali dalam seratus tahun Eva meminta hal yang sama setiap berkunjung ke wilayah ini.

Wanita bersurai perak menatap sendu. Ia memalingkan pandangan, memilih menatap kursi kosong disebelah. "Bukannya aku tidak ingin, Eva. Kutukan yang diberikan leluhurku atas kejahatan yang Raja Narnia lakukan, membuatku tidak bisa melakukan apapun."

Jawaban yang diberi pun masih sama. Menolak dengan alasan yang sama.

Benar. Dua ratus tahun lalu, saat masa pemerintahan Raja John, itu merupakan masa-masa paling kritis yang pernah terjadi di Narnia. Cicit kedelapan Raja Frank pertama itu benar-benar buruk dalam pemerintahan.

Sebenarnya tidak ada orang bodoh. Raja John hanya tidak cocok memerintah. Dia lebih pandai dalam melukis ketimbang mengurus keperluan politik juga negara. Raja yang satu itu karena kebodohannya, membuat Narnia hampir hancur. Dia membeberkan informasi penting seperti banyaknya pasukan Narnia, hingga kekuatan asli dan sihir-sihir baru milik Eva.

Karena itulah, Narnia bisa diporakporandakan padahal sang penyihir agung ada disana. Setelah Eva berhasil memperbaiki keadaan, bukannya tobat, John malah membuat pihak Elf tersinggung. Dia mengatakan mereka kalau Elf ada di pihak Jadis. Bahkan si bodoh itu sampai mengirim lima puluh pasukan Centaur untuk menterang wilayah Elf yang saat itu berada di wilayah Lantern Waste.

Karena emosi, kepala suku sebelumnya mengutuk Narnia. Elf memiliki kekuatan khusus bernama 'kutukan' mirip-mirip dengan sumpah yang dilakukan Eva. Tapi yang ini skalanya lebih besar. Bukan hanya dimuat satu-dua orang. Tapi hingga satu negara.

Kepala suku itu mengutuk, mengatakan 'tidak ada wilayah yang akan membantu Narnia hingga ramalan ditetapkan. Dan suku Elf akan tertanam oleh tanah selamanya.' Maksudnya, hingga ramalan yang dikatakan Aslan tiba, maka Narnia terpaksa berjuang sendiri. Lalu para Elf akan menghilang dan tidak menunjukkan diri pada siapapun selama-lamanya.

Kutukan itu membuat wilayah Elf dengan terpaksa pergi ke pulau paling barat, jauh dari Wild Area dan Lantern Waste. Tempat itu kini tidak bisa didatangi siapapun selain Eva dan Aslan. Karena Eva diberi izin khusus oleh sang kepala suku Elf. Dan Aslan, tidak ada tempat yang tidak bisa dia datangi di Narnia.

"Aku benar-benar minta maaf pada kalian karena kecerobohan John."

Sang Elf menggeleng. "Toh, dia sudah mati di tanganmu. Untuk apa menyesali apa yang sudah kau selesaikan?"

Benar. Eva sendiri yang membunuh John secara sadis. Hal paling mengerikan pertama yang dia lakukan karena emosinya sudah naik ke ubun-ubun. Tapi Eva tidak menyesal. Raja yang sudah mengorbankan ratusan rakyatnya karena bodoh tidak boleh hidup dengan bahagia. Eva menyiksanya selama lima bulan, perlahan-lahan, sampai John mati dengan sendirinya karena kekuhabisan darah.

"Oh? Kupikir kau tidak akan pernah menampakkan diri sampai anak-anak yang kau pilih tiba."

Kepala suku itu kini mengerling. Menatap siluet emas di pojok ruangan. "Aslan."

Kaki berbulu melangkah. Tubuh emasnya diterpa sinar bulan membuatnya bercahaya. Dari siluet emas yang samar, kini mulai jelas bentuknya. Seekor singa jantan besar berjalan perlahan. Setiap langkah yang dia ambil, semakin bercahaya tubuhnya. Hingga cahaya emas keluar sampai membuat dua perempuan yang ada harus menutup mata saking silaunya.

Dari singa emas, kini berubah menjadi lelaki dengan pakaian yang mirip seperti sang kepala suku. Jubah hijau yang menjuntai ke lantai menutupi tubuhnya.

"Lama tak bertemu, Eva, Sagita."

Netra emerald Eva melebar. Tak menyangka akan pertemuan yang tidak bisa diduga-duga. "Aslan?"

Singa yang telah menghilang tepat setelah membawa dua pengembara pergi, sekarang muncul didepannya. Terlebih dengan wujud yang tak terduga.

Rambut emasnya dipotong pendek dan nampak agak acak-acakan. Alisnya tebal dengan mata emas yang agak sayu. Hidungnya mancung dengan bibir tipis yang kini menyunggingkan senyum yang tak bisa dikatakan sebagai manusia.

Lelaki ini rupawan. Semua jenis makhluk yang Eva lihat mirip dengan manusia, raksasa, Elf, dwarf, jin, bahkan hingga manusia itu sendiri, tidak bisa menandingi ketampanan lelaki ini.

Bak pahatan sempurna. Sangat elok dipandang mata.

Aslan beranjak. Mendudukkan diri di sebelah Sagita. Wanita perak itu tidak menolak. Malah menggeser piring kayu berisi buah pada Aslan.

"Kau pasti baru kali ini melihat wujud manusia Aslan. Dia memang sangat rupawan." Selesai dengan apel, Sagita kini meraih lemon. Menyantap buah asam itu dengan raut seolah menyantap buah manis.

Eva mengangguk pelan. Kalau saja Eva masih gadis berumur lima belas tahun, sudah pasti dia jatuh cinta dan langsung melamar Aslan ditempat. Karena laki-laki seperti Aslan tidak pernah ada di dunia manapun Eva tinggal. Selain Narnia.

"Sebenarnya kau ini apa, Aslan? Tuhan? Malaikat?"

Lelaki pirang terdiam. Netra emasnya bersirobok pada emerald yang nampak begitu penasaran. Ia mengangkat ujung bibir, tersenyum lembut. "Aku terlihat seperti apa di matamu, Eva?"

Netra emerald ditutup. Tengah menimbang jawaban apa yang dia katakan. Yah, terserahlah. Aslan sampai berkata begitu, sepertinya karena dia tidak ingin atau tidak bisa membocorkan identitasnya sembarangan.

Netra emerald kini dibuka. Menatap langsung pada bongkahan emas yang layaknya perhiasan berkilauan. "Menurutku, kau seperti penyihir."

Alis Aslan terangkat sebelah. Meminta jawaban lebih jelas dari sang puan.

"Kau memiliki kekuatan sihir tingkat tinggi yang aku pun tidak bisa melawannya. Jalan pikiranmu tidak ditebak. Bukannya melawan Jadis sendirian, kau malah melemparkan masalah itu pada manusia."

Aslan terkekeh. Jawaban Eva diluar perkiraannya. "Manusia yang membawa makhluk itu kesini. Aku hanya memudahkan jalan yang mereka pilih."

Ia meraih anggur yang ada di piring. "Tapi kamu benar. Aku bukan Tuhan. Apalagi malaikat. Aku memanggil semua makhluk yang telah ditentukan agar bisa tinggal di Narnia. Aku tidak menciptakan mereka. Aku hanya membawa mereka yang tidak lagi memiliki tempat tinggal agar bisa tinggal di Narnia."

Netra emas kembali menatap emerald. "Anggap saja aku makhluk Tuhan dengan kekuatan dan ilmu yang sangat tinggi."

Sang ginger kini menumpu dagu. Menatap raut wajah yang tidak membosankan untuk dipandang. Sepertinya Eva akan punya hobi baru. Memandang wajah manusia milik Aslan.

"Lalu kenapa tidak membantuku dan para manusia?"

Sang surai emas melempar anggur ungu ke langit. Anggur itu bergerak, mengecil dan nampak mulai mengering. Airnya menguap, hilang bergabung dengan udara.

"Seperti yang kukatakan. Aku hanya memudahkan jalan yang kalian pilih. Manusia itu memilih membawa Jadis ke negeri damaiku. Kau memilih untuk menghabisi Jadis. Aku hanya bisa membantu kalian. Itu adalah ketentuannya."

Anggur kering itu jatuh keatas meja. Menggelinding perlahan menuju Eva. "Karena aku tidak terikat dengan Narnia."

Ah, Aslan bukan orang Narnia. Dia orang laut. Bukan laut dalam artian sebenarnya. Itu hanya sebutannya. Negeri laut. Negeri yang jauh sekali dari Narnia. Negeri yang bukan berada di dunia ini. Melainkan negeri orang-orang mati.

"Singkatnya kau sudah mati?"

Lelaki itu menggeleng. "Bukannya sudah mati. Aku memang lahir dan tumbuh disana. Jiwaku dikirim kesini, untuk membawa makhluk-makhluk yang masih hidup ke dunia yang baru. Sayangnya satu dari makhluk itu benar-benar keji. Keturunan jin memang tidak bisa diharapkan." Ia mendengus diakhir kalimat.

Eva yang mendengar hanya tersenyum tipis. "Kalau kau lupa, aku juga keturunan jin."

Singa jantan yang telah menjadi lelaki rupawan ini mengangkat aslinya. Dia lantas berdehem pelan. "Bukan kau. Tapi penyihir itu. Kau berbeda. Kau—"

Dia terdiam sejenak. Menatap dua emerald agak lama. "—lupakan saja." Lantas meraih buah pir untuk dimakan.

Eva yang tak begitu perduli hanya bisa mengangkat bahu. Jadi begitu. Sekarang dia mengerti kenapa Aslan masih saja diam dan hanya memberikan ramalan pada makhluk Narnia alih-alih membantu mereka.

"Lalu kenapa kau ada disini sekarang? Bukankah kau akan datang kembali saat manusia yang kau janjikan tiba?"

Sang empu mengangguk. "Aku sudah menemukan mereka. Sekarang aku sedang menganggur."

Oh. Tapi omong-omong, Eva terpikir sesuatu. Kenapa rahasia Aslan yang tidak pernah dia beritahukan selain pada sang kepala suku, kini ia beberkan kepada Eva.

"Kenapa kau memberitahukan hal ini padaku? Bagaimana kalau aku membocorkannya?"

Aslan hanya mengangkat bahu, malas. "Sebelum kau melakukannya, aku akan menarik jiwamu lebih dulu ke negeri laut. Kau akan disiksa dengan sangat mengerikan disana."

Eva terkekeh. Ancaman itu tidak terdengar mengerikan di telinganya. Malah terasa lucu. "Oh, ya? Siksaan seperti apa yang akan kau berikan padaku?"

"Entahlah. Mungkin—"

Sesaat, wajah Aslan terasa ganjil. Matanya yang bercahaya berubah sedikit seperti hewan buas yang tengah kelaparan saat menatap mangsanya. Dalam sekali kedip, tatapan aneh itu berubah menjadi normal.

"—ah, aku ada urusan. Kita bisa berbincang lagi lain kali."

Singa Agung kabur.

Menghilang begitu saja

Padahal tadi dia bilang dia menganggur, alias tidak punya pekerjaan apapun.

Tiba-tiba dia bilang kalau dia ada urusan?



Hai hai~~

Arrah disini!

Sebenarnya aku udah nggak mau nulis fanfic lagi. Apalagi lanjutin fanfic ini. Aslinya fanfic ini udah end dan berlanjut ke buku ke dua. Tapi pas lihat komentar LuviyaD (ehe maaf ngetag) aku langsung ingat sama ide lama yang hampir aku lupakan. Tentang Aslan yang berubah menjadi manusia!!

Awalnya aku mau bikin tentang ukhti yang kesasar di Narnia lalu ketemu Aslan versi manusia. But, yang itu kepanjangan (aku udah nulis 6 bab. Satu bab kurang lebih 1800 word. Jadi panjang banget). Karena pasti bakal lama kalau nulisnya sampe ending, aku jadi bikin yg ini.

Jadi disini adalah edisi spesial bagian Eva dan Aslan yang tidak di ceritakan sebelumnya. Ini kyk ekstra part dari fanfic. Aku cuma bikin 3 chapter. Maaf, karena idenya mentok :'D

Btw, aslinya Aslan sebenarnya adalah Tuhan dalam novel Narnia. Ini bukan aku yang asal nebak, yah. Tapi aku nemu di internet. Aku juga nggak terlalu tahu sih.

Kalau ada yang lebih tahu boleh komen.

And, karena aku tipikal yang nggak terlalu suka bahas-bahas soal Tuhan dalam karya aku, takutnya nanti muncul pro dan kontra, maka mari disini kita anggap Aslan adalah penyihir dengan kekuatan paling hebat, yang ditugaskan untuk 'merawat' Narnia. Bukan menciptakan. Ok?

Aku harap kalian bakal suka, sih. Selamat membaca!

______________________________________

21 Mei 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top