• DUA BELAS •
INFO :
BUAT KALIAN YANG INGIN TAHU REKOMENDASI-REKOMENDASI CERITA WATTPAD, AKU MEMBUAT VIDEO REVIEW DAN REKOMENDASI BEBERAPA CERITA WATTPAD DI YOUTUBE.
KALIAN JUGA BISA LIAT OFFICIAL TRAILER DARI SEMUA CERITAKU DI SANA
SILAKAN LIKE DAN SUBSCRIBE YA KALAU KALIAN TERTARIK DI YOUTUBE : HELLO IMAAA
GIVE AWAY MASIH BERJALAN YA, RULES ADA DI PART SEMBILAN.
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTES KALIAN SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN UNTUK PENULIS YA TEMAN-TEMAN.
TERIMA KASIH.
Zach Troll.
***
Star High School, New York.
Isabella duduk di salah satu sudut meja kafetaria bersama Lily untuk pertama kalinya. Gadis itu tampak lahap memakan salad buah-buahan dan es lemon yang disediakan oleh asrama. Ia bahkan tidak menyadari gerakan mata Isabella yang terus mengawasi di hadapannya. Karena ketika Lily mendongak, menatap Isabella, gadis itu hanya tersenyum kecil dan berusaha bersikap normal tanpa sedikitpun menunjukkan gerakan tubuh yang canggung. Seolah mengamati orang lain sudah menjadi kebiasaannya sejak lama.
"Kau tidak makan?" tanya Lily. Gadis itu mengernyitkan keningnya dengan heran ketika menemukan piring Isabella yang berisi potongan daging asap masih tampak utuh. Isabella juga hanya diam, menatapnya, sembari mengaduk-ngaduk sedotan yang ada di dalam gelas berisi es lemon miliknya tanpa minat. "Bukankah kau melewatkan sarapanmu juga tadi?"
Gadis bertubuh kurus itu menggumam pendek dan mengangguk. "Aku akan makan sekarang," katanya, berusaha menghilangkan kecurigaan Lily kepadanya. Lalu, ia mulai mengambil garpu yang tersimpan di samping piring dan mulai makan. Membuat sang lawan bicara menyunggingkan senyum dan kembali menikmati makanannya.
Keduanya pun tak banyak berbicara sampai Lily selesai menghabiskan makan siangnya dan berkata, "Aku harus pergi ke perpustakaan sekarang. Apakah kau baik-baik saja jika kembali ke kelas sendirian?"
Isabella pun menganggukkan kepalanya dan membiarkan gadis bertubuh mungil itu melenggang pergi meninggalkannya. Di sisi lain, netra biru milik Isabella menemukan Chloe dan kedua temannya masuk ke kafetaria dan duduk di salah satu meja yang cukup dekat dengannya sekarang. Chloe tampak acuh tak acuh pada orang-orang di sekitarnya dan tampak tidak menyadari kehadiran Isabella di sana.
Sampai akhirnya, secara tiba-tiba, seorang anak laki-laki datang menghampiri meja Chloe dan menumpahkan es lemon yang berada dalam tangannya ke seragam Chloe. Membuat ratunya Star High tersebut terperanjat kaget dan langsung berdiri. "Apa-apaan ini?!" Jessica ikut berdiri, lalu disusul oleh Cassandra. "Apa yang kau lakukan?"
"Kau menukar hasil ujianku, bukan?!" Anak laki-laki dengan kepalanya yang pelontos itu menunjuk wajah Chloe dengan berani. "Kau yang melakukannya, 'kan?" Ia kemudian mengangkat satu tangannya ke udara, tampak hendak mendaratkan tamparan keras di wajah Chloe hingga gadis itu memejamkan mata untuk menghindar.
Namun tamparan itu tak pernah benar-benar terjadi. Chloe membuka matanya dan menoleh perlahan. Berusaha mencari tahu alasan murid dengan papan nama 'Steve Allan' yang menempel di dadanya itu tak jadi mendaratkan tangan di wajahnya yang mulus. Chloe kemudian tersentak, ketika menemukan sosok Isabella berdiri di sana. Menahan tangan Steve dengan tangannya sendiri.
"Lepaskan! Kau sebaiknya tidak ikut campur!" pekik Steve.
Isabella tak bergeming. Ia justru menguatkan genggaman tangannya sehingga Steve meringis menahan sakit, lalu mendorong tubuhnya yang kurus sampai ke dinding. Steve yang tak siap, merasakan sakit yang tak tertahankan ketika punggungnya menghantam dinding dengan keras. Isabella yang menemukan ekspresi Steve telah berubah kemudian melepaskan tangannya, membiarkan tubuh Steve jatuh ke lantai sembari menahan sakit. Isabella lalu menginjak sepatu Steve dan berkata, "Kau adalah laki-laki, sebaiknya bersikap seperti laki-laki. Memukul wanita, bukanlah sikap yang tepat untuk laki-laki."
Tanpa menunggu Steve merespons, Isabella kembali menghampiri Chloe dan kedua temannya yang terlihat takjub dengan sikap Isabella barusan. Mata birunya terlihat sendu dan tak sedingin biasanya. "Kau sudah baik-baik saja," kata Isabella singkat. "Jangan biarkan siapapun menyentuhmu seperti itu lagi."
Ketika gadis bertubuh ramping itu hendak pergi, Chloe pun buru-buru menahan lengan Isabella hingga gadis itu menoleh heran ke arah Chloe. "Aku ingin kau menjadi bagian dari kami," kata Chloe, yang justru terdengar seperti aku-ingin-kau-ada-di sisiku-agar-aku-menjadi-tak-terkalahkan di telinga Isabella. "Anggaplah ini sebagai ucapan terima kasih dariku untukmu."
Jika tak ada siapapun di sana, Isabella pastilah sudah bersorak senang karena menaklukan Chloe ternyata lebih mudah dari ekspektasinya. Namun lagi-lagi, kemampuan pengendalian diri milik Isabella patut diacungi jempol. Ekspresi wajahnya hanya tampak datar, seolah tak sedikitpun tertarik dengan penawaran Chloe barusan. Isabella bersikap jual mahal. "Aku tidak terlalu kaya, sepertinya tidak cocok jika bergabung."
"Kau ...," Chloe menggigit bibirnya, tampak berat ketika akhirnya melanjutkan, "Adalah pengecualian."
Sebelum Isabella membuka suara, Jessica buru-buru menarik tubuh Chloe. Mereka memunggungi Isabella sekarang. "Apa kau yakin? Dia baru saja membuat ulah denganmu kemarin, apa kau tidak ingat?" bisiknya cemas. "Dia tidak seperti gadis-gadis lainnya, Chloe. Isabella bukanlah gadis normal."
Chloe mencebik dan menepis tangan Jessica dengan kasar. "Cara terbaik untuk mengalahkan peperangan adalah dengan menjadikan musuhmu sebagai temanmu. Kau tidak pernah dengar itu?"
Ya, aku pernah mendengarnya. Alisa lah yang mengatakannya.
Tanpa sadar, Isabella dapat mendengar semua percakapan yang terjadi di antara mereka. Ia ingin tertawa dalam hati karena beberapa hal. Satu, Chloe masuk ke dalam jebakannya dan dua, Chloe tidak tahu bahwa ia memiliki rencana yang sama dengan Isabella;menjadikan musuh sebagai teman demi memenangkan pertarungan.
Chloe lalu berbalik dan tersenyum simpul di depan Isabella. "Bagaimana jika kita lupakan saja keributan yang terjadi sebelumnya dan mulai lagi dari awal?" Ia kemudian mengangkat tangannya, menyentuh dadanya dan memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat. "Maaf lupa untuk mengatakannya, tapi aku sangat berduka cita atas kematian Alisa."
Ketika nama Alisa disebut, disitulah tekad Isabella semakin kuat. Perlahan, kedua sudut bibir gadis itu terangkat naik dan satu anggukan kepala menjadi jawaban Isabella untuk pertanyaan yang diberikan oleh Chloe barusan. Meski sebenarnya, Isabella sudah menyiapkan beberapa rencana setelah dirinya dan Chloe resmi menjadi teman.
Pertama, Isabella akan mencari tahu seberapa buruk hubungan antara Chloe dan Alisa dahulu. Kedua, Isabella akan mendapatkan rahasia besar Chloe dan menyimpannya sebagai kartu AS lalu yang terakhir, jika Chloe benar-benar terlibat dalam kematian Alisa, Isabella akan membeberkan semua kebenaran dan membuat Chloe menerima hukumannya. Namun dari sekian banyak rencana yang sudah terpikirkan olehnya, Isabella harus melakukan satu permulaan yang besar, dengan mendapatkan kepercayaan penuh dari Chloe.
"Jadi, kita berteman sekarang?" tanya Chloe memastikan. Ia lalu menyodorkan tangannya kepada gadis yang berdiri di hadapannya sekarang.
Membuat desir puas di benak Isabella mencuat seketika. Ia pun membalas jabatan tangan Chloe sembari berkata, "Ya, tentu."
Dan rencana-rencana gila itu mulai bermunculan di kepala Isabella.
Aku harus mulai darimana, Alisa?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top