・ᴜ ʟ ᴏ ᴠ ᴇ ʜ ɪ ᴍ , ᴅ ᴏ ɴ ' ᴛ ʏ ᴏ ᴜ ?





⇟⇟⇟⇟⇟

( u love him, don't you? )

"DEMI kerang! Kau sudah gila, hah?!"

Hal terakhir yang ingin Hyera dengar setelah seharian memikul lelah di punggung dan menahan seluruh beban pikirannya seharian penuh adalah omelan pekak dari seorang pemuda cool bernama Xu Minghao. Yeo Hyera meringis seraya menjauhkan ponsel dari telinga. Dulu ia ingat ada seorang gadis klub asing yang berkata bahwa suara Minghao serak-serak seksiーtipikal suara tokoh utama lelaki dalam drama. Hyera bergidik. Gadis klub itu belum tahu kalau dalam situasi seperti ini, Minghao dapat menjadi Si Panik Aneh dengan suara melengking.

"Kau kemana saja, huh?! Setelah semalam menciptakan masalah dan melibatkan Si Piranha Imut, kau belum meminta maaf pada Jisoo? Kau gila atau bagaimana?! Hei, bagaimana kalau Jisoo marah danー"

"Apa itu urusanmu?"

"Apa?"

Hyera menghela napas kasar. "Dengar, Xu Minghao. Apa yang terjadi antara aku dan Jisoo sama sekali tidak ada hubungannya denganmu. Aku tidak peduli kalau nanti Jisoo akan marah, memukulku, atau apapun, tapi tolongー" Si gadis menjeda, berusaha mengatur napas dan menenangkan diri sejenak. "Tolong untuk diam dan bersikaplah seolah kau tak pernah melihat apapun. Ini akan lebih baik untuk Jisoo, aku, dan Jihoon."

Di seberang telepon Minghao mendengkus tak percaya. "Kau pikir aku melakukannya dengan percuma?" Nadanya meninggi seketika, membuat Hyera harus menjauhkan ponselnya beberapa senti dari telinga. "Hei, Yeo Hyera! Sadar dirilah sedikit. Kau tidak ingat berapa banyak pengorbanan Jisoo untukmu selama dua tahun terakhir? Ia memberikanmu catatan, jawaba ujian, bahkan barang-barang mahal. Lantas, ini balasanmu, hah?!"

Pengorbanan? Hyera tersenyum sinis. Ia sudah muak. Benar-benar muak. Rasanya kini harga dirinya telah diperas mentah-mentah, digiling di atas tanah, dan diinjak begitu saja. Catatan, jawaban ujian, dan barang-barang mahal.

Itukah yang disebut pengorbanan?

Hong Jisoo dapat dengan mudah menyogok para guru, bahkan membungkam beberapa pegawai klub saat ketahuan merokok dan mabuk di bawah umur. Ia juga tak perlu bersusah payah mengeluarkan uang lebih untuk membeli dasi sekolah saat milik Hyera tertinggal di rumah. Ia bisa dengan mudah menghamburkan uang untuk membeli semua yang ia inginkan, yang Hyera inginkan. Semua instan, mudah, dan sederhana.

Ayahnya benar. Orang-orang yang memiliki uang dan kuasa itu menakutkan.

"Aku mau bersiap untuk mandi. Hanya itu yang ingin kau sampaikan?"

"Aku belum selesai bicara, Hyera. Jangan tutup teleponnya. Heiー"

Si gadis lantas melempar benda pipih itu ke atas kasur, tertawa miris pada diri sendiri. Apa yang ia harapkan, huh? Setelah adegan heroik di kapal feri, tidak ada pertengkaran hebat atau ledakan emosi yang lantas membuat heboh satu sekolah. Barangkali benar, adegan drama itu dilebih-lebihkan untuk mendramatisir suasana.

Jisoo masih dapat menahan emosi dan berusaha keras untuk tidak meninju Jihoon, Jihoon sendiri tidak menarik Hyera pergi. Ia hanya meliriknya sebentarーhanya melirikーdan berkata dengan nada sindir, "Lebih baik jaga kelakuan kalian di sini. Kalau ada siswa lain yang memergoki, pasti reputasi kalian sebagai pasangan sempurna akan hancur dalam sekejap."

Kemudian, Jihoon pergi.

Tanpa mengatakan sepatah kata padanya.

Hyera berdecak, rasanya ingin merutuk atas kebodohan diri sendiri. Ia merogoh handuk, beberapa pakaian dalam, dan peralatan mandi sebelum menuruni tangga vila. Semilir angin malam Jeju membelai surai. Gadis itu melirik sekitar vila, memastikan tidak ada pengawas atau guru yang masih berjaga-jaga. Ia tidak peduli kalau mandi di luar batas waktu melanggar peraturan, atau poin dan denda sekolah.

Persetan dengan itu, lagipula Jisoo akan melindunginya lagiーbenar, bukan?

Namun mengingat peristiwa semalam, gadis itu tersenyum miris. Ia kira rasa itu telah berlalu. Ia benar-benar mengelabui diri setiap hari dengan menanamkan bahwa ia mencintai Hong Jisoo.

Tetapi bila itu benar, lantas mengapa debaran liar tersebut masih mengetuk dada kala ia melihat Jihoon semalam?

Nyaris terlarut dalam lamunannya sendiri, Hyera lantas terkesiap kala dari arah berlawanan seseorang tiba-tiba menarik kasar bahunya menepiーsempat membuat kedua iris si gadis membulat sempurna sementara mulutnya disegel rapat oleh telapak tangan lawan bicara. Semua terjadi dalam satu sekon yang kelewat cepat. Ia tak sempat berteriak, tak dapat melawan atau menentang.

Buram mendadak. Napasnya tertahan, jantungnya seolah berhenti berdetak.

Sebab kini, entah Tuhan mendengar suara hatinya, mendadak Jihoon berdiri di hadapannya. Sorot matanya setajam elang mengamati pandangan di luar dengan gelisah, tetapi tak ada keraguan dalam suaranya kala berbisik, "Jangan bergerak. Nyonya Min akan memberimu hukuman kalau tahu kau keluar kamar terlalu malam."

Hyera mematung. Jihoon membantunya. Lagi. Untuk kesekian kali.

Setelah melihat Nyonya Leeーguru pengawas yang galak minta ampunーpergi ke persimpangan khusus dekat ke vila para guru, Jihoon buru-buru melepas peganggannya dan mundur menjaga jarak.

Hyera berdeham salah tingkah. "Terima kasih."

Sorot mata Jihoon kembali beku. Ia hanya mengangguk kecil.

"Kalau begitu, aku permisi."

Hyera sudah berbalik, hendak pergi kalau saja ia tidak mendengar suara Jihoon mengudara lagi, "Apa ia sering melakukan hal itu?"

Genggamannya pada handuk mengerat. Gadis itu menoleh perlahan.

"Hong Jisoo." Jihoon menjeda. Melalui sorot matanya, Hyera dapat melihat kekhawatiran berdenyar di sana. "Apa ia sering melakukan kekerasan padamu?"

"Tidak, kemarin kita hanya bertengkarー"

"Dan ia sudah berani main tangan?"

Hyera bungkam. Jihoon menghela napas, memasukkan dua tangan dalam kantung. "Tidak usah dijawab kalau kau tidak nyaman."

Namun Hyera sudah mengepal tangan. Ia segera menjawab, "Memang apa pedulimu?" Gadis itu tertawa miris. "Tidak usah sok baik, Lee Jihoon. Kau pikir semua akan berjalan lancar setelah kau pergi, 'kan?"

"Kau mencintainya."

Hyera menggigit bibir.

Jihoon tersenyum kecut. "Kau mencintainya, Hyera. Tapi jangan lupakan dirimu sendiri. Aku permisi."

Dan begitu. Lagi-lagi, selalu seperti itu. Kalimat Jihoon sederhana, tetapi mampu menusuk ulu hatinya sampai bagian dalam. []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top