・ᴍ ᴀ ɪ ᴅ ᴜ s ᴀ ɪ ᴅ ?


◐◑◐◑◐◑




↨↨↨↨↨↨↨↨↨↨↨↨↨↨

(m a i d U s a i d?)

SATU-SATUNYA alasan logis mengapa Hansol bergegas ke sekolah pagi itu bukanlah disebabkan oleh macetnya jalan raya, bukan pula mengenai kuis Sejarah dadakan yang baru diberitahu kemarin lusa, dan bukan bersangkutan dengan pekerjaan rumah Tuan Kang yang belum ia selesaikan dan wajib dikumpul pada jam pelajaran kedua.

Persetan dengan tugas, Hansol yakin Tuan Kang tidak akan memaksanya untuk mengumpulkanーlantas, untuk apa dikerjakan? Buang-buang tenaga saja.

Namun, ada yang berbeda. Minghao saja senewen tak karuan sebab keberangkatan Hansol yang terlalu pagi (bayangkan, ini masih pukul setengah tujuh, biasa mereka datang pukul 9, hanya Jisoo yang memilih berangkat awal), tetapi membekap mulut sebab takut melihat betapa kesalnya wajah Hansol saat itu.

Ada apa, sih?

"Ck, semalam aku baru tidur pukul dua, apa kau yakin mau berangkat sekarang?"

Hansol tidak menyahut.

Minghao menghela napas, sepertinya memang sesuatu yang darurat memang sedang terjadi. Well, pemuda itu hanya berharap ia bisa tidur sesampainya di kelas nanti.

Sudah banyak dugaan membumbung dalam kepala Minghaoーsoal perkelahian dengan kelas sebelah, tawuran yang membuat Hansol murka, atau beberapa siswa kurang ajar yang sok berani mencari masalah dengan raja gangster sekolah. Namun, kenyataan yang tertera sungguh di luar akal.

Sebab pagi itu, satu-satunya alasan Hansol datang ke sekolah adalah seorang gadis.

Benar, seorang gadis.

Minghao bahkan tak dapat menahan diri untuk tidak menganga melihat sahabatnya itu berjalan menuju bangku Areum, berdiri dengan tatapan serius, dan tanpa peduli pandangan siswa lain, lantas meletakkan ranselnya di atas meja Areum.

Astaga, dunia mau kiamat, ya?

Hansol dengan seorang gadis ...?

Tidak mungkin.

Areum meletakkan bolpennya, menatap Hansol tajam dan berkata, "Apa-apaan ini?"

Hansol pun tidak memasang wajah bersahabat. Keduanya kini bertatap muka, tak menghiraukan bisikan dan tatapan dari siswa lain tatkala pemuda itu menyahut, "Kau lupa dengan perjanjian kita?"

Areum mengernyit. Jelas ia tahu maksud kalimat Hansol itu, tetapi ayolah! Ini baru pagi hari, kelas masih padat oleh siswa, dan pemuda itu malah mengucapkan keras tanpa merasa bersalah. "Tidak ingat berapa banyak aku membayarmu semalam?"

Oh, baiklah. Ini keterlaluan.

Semua siswa ternganga, menoleh satu sama lain dan mulai berbisik. Minghao pun tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, ia bahkan langsung memukul pelan lengan Hansol dan menyahut tak percaya, "Serius, Bro? Kau main perempuan?"

Pemuda ini sengaja. Areum menggeram tanpa suara. Tanpa sadar, kedua tanganya sudah mengepal di sisi badan. Tanpa menunggu kelas menjadi lebih riuh, gadis itu segera berdiri, dengan raut wajah serius dan tak tampak takut sedikitpun, lantas menarik tangan Hansol dan menyeretnya keluar kelas. Namun, perlu diingatkan, Hansol tak akan diam saja setelah semalam dipermainkan.

Kini, giliran ia yang memegang kendali.

Pemuda itu menepis tangan Areum dan berkata dengan nada yang dibuat-buat, "Oh, tidak. Kau mau menghindar sekarang? Kenapa harus menyeretku keluar? Kenapa tidak kita bicarakan di sini saja?" Air mukanya tampak kecewa, kelihatan betul Hansol sedang bermain-main dengan sandiwara menyebalkan ini. "Apa kau takut rahasia kita terbongkar?"

Sial, Areum merutuk, menatap Hansol yang menyeringai tipisーsangat tipis, sampai tak seorangpun siswa di kelasnya melihat.

"Apa yang kau mau?" geram Areum dengan gigi gemeretak.

Saat itulah, Hansol tersenyum penuh kemenangan.

Pemuda itu kemudian melipat tangan di atas dada, alisnya terangkat dengan tatapan meremehkan tatkala membalas, "Sederhana, sebenarnya. Aku membayarmu dengan uang, kau harus bayar dengan sesuatu berharga lainnya." Jeda sejenak, Areum tahu pemuda di hadapannya punya otak secerdik ular. Sebab sepersekon kemudian, Hansol melanjutkan tenang, "Jadilah pesuruhku." []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top