・ᴄ ʜ ᴇ ᴀ ᴛ ɪ ɴ ɢ
◐◑◐◑◐◑
✦
✧
✥
✤
( c h e a t i n g )
SIAL, sial, sial.
Membuka pagi hari dengan umpatan alih-alih semangat dan pikiran positif sama sekali bukan hal baik. Namun kabut amarah telah membumbung pekat dalam kepala. Choi Seungcheol masih memilin jari sementara keringat tak henti menuruni pelipis, kegelisahan berpendar bersama detak jantung dan pemuda itu tak henti merutuk diri sendiri; Bodoh, bodoh, Dasar Otak Udang Tak Berguna! Bisa-bisanya kau lupa dengan ujian Matematika pagi ini.
Yang benar saja.
Datang pagi buta dengan harapan menjadi siswa teladan malah membawa Seungcheol dalam shock terapi singkat. Kala pemuda itu bersiul sembari melangkah ke kelas, matanya tak tahan untuk membelalak saat melihat kelasnya telah penuh, seluruh siswa membuka buku dengan raut panik yang tergambar jelas. Dan saat pemuda itu bertanya heran, "Hei, hei, ada apa ini? Kenapa semua mendadak rajin dan datang pagi seperti ini?"
Kemudian, satu teman kelasnya menyelutuk ketus, "Jangan berisik, astaga! Tidak lihat kita sedang belajar untuk ujian Matematika nanti? Mengganggu saja."
Saat itu bak disengat lebah dan disambar petir di siang bolong, Seungcheol mendadak bungkam.
Ujian matematika.
SIALAN!!!
Dan kini pemuda itu masih memilin jemari dengan takut, berkeringat dingin seraya merapal terus semua rumus di catatannya yang baru. "A sama dengan b, lalu dikali c! Astaga, ini rumus atau mantra, sih? Rumit sekali." Menggaruk tengkuk tak habis pikir, baru langkahnya menapaki toilet pria, Seungcheol malah mendapati pemandangan tak senonoh yang membuat bukunya terjatuh begitu saja dari genggaman.
Tidak, tidak. Jangan berpikir macam-macam dulu. Ini bukan soal ciuman atau sepasang kekasih penuh nafsu yang memutuskan untuk 'bergulat' di dalam toilet priaーsama sekali bukan. Sekolah ini luas, oke? Kalau ingin melakukan tindakan seperti itu, masih ada kebun kosong di belakang gedung atau laboratorium bahasa yang selalu sepi.
Pemandangan ini mencengangkan.
Membuat kedua netra membulat, menghancurkan seluruh ekspetasi hingga luluh lantak; tak tersisa apa-apa.
Masih dengan mulut ternganga tak percaya, pemuda itu berkata terbata, "K-kau? Sedang apa kau?!"
Lawan bicaranya gegalapan tak percaya. Seluruh lembaran kertas yang tadi disisipkan dalam bagian dalam celananya lantas jatuh berhamburan ke atas lantai. Ia mendongak panik, menahan napas, terhenyak.
Waktu mendadak berubah lambat.
"Kau ... Astaga, kau gunakan untuk apa kertas itu?!" Kendati nyaris berteriak, Seungcheol masih dipenuhi ketidakpercayaan. "Kau tidak berusaha untuk menyontek, bukan?"
Well, hidup itu penuh kejutan untuk raut orang-orang terpandang. Bisa jadi mereka yang diam, tampak begitu lugu, polos tak tersentuh, justru menyimpan sesuatu yang ...
... busuk.
Entah sudah berapa kata 'sial' yang Seungcheol telah ucapkan dan dengar pagi ini, tetapi saat itu ia mendengar lawan bicaranya berkata dalam kepanikan, "Sial, tidak--tidak. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."
Namun semakin Jun menggeleng panik dan banyak menggerakkan tubuh, lembaran kertas yang disembunyikan di lipatan lengan malah berhamburan. Seungcheol tak perlu melangkah lebih dekat untuk membaca isi dari notes-notes itu.
Rumus.
Membawanya pada satu fakta paling menohok sepanjang ia menjadi siswa SMA;
Jun ...?
Siswa berprestasi ...
... menyontek? []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top