・ʀ ᴏ ᴏ ᴍ ᴍ ᴀ ᴛ ᴇ s



°

°

°•°•°•°•°

( r o o m m a t e s )

MENU makan malam (entah mengapa mereka menyebutnya makan malam, padahal jam baru menunjukkan pukul 6 petang) hari ini berisi nasi, seporsi bibimbap yang sedikit asin, dua potong kimchi dan satu paha ayam. Ada beberapa potong wortel bercampur buncis dan jagung. Namun Wonwoo tidak terlalu suka wortel, jadi pemuda itu hanya menyisihkan potongan oranye dan memakan sisanya. Habis. Menu yang sederhana, tapi menarik.

Sampai detik ini pemuda itu paham mengapa dulu seniornya berkata bahwa sekolah benar-benar tidak becus dalam merancang kegiatan studi tur. Alih-alih memilih kereta atau alternatif kendaraan lain yang lebih menghemat waktu, para guru malah sepakat dengan bus dan kapal feriーyang memakan nyaris sembilan jam hanya untuk duduk dan melihat jalanan.

Percayalah, sembilan jam tersebut merupakan sembilan jam paling menyebalkan dalam hidupnya. Apalagi saat di kapal feri. Peraturan diperketat. Pemuda itu bahkan tak dapat membeli minuman dengan leluasa. Namun agaknya, seluruh pengorbanan itu berharga.

Sampai di Jeju, Wonwoo mulai dapat melihat perubahan yang terjadi pada teman-temannya. Kim Mingyu berubah lesu setelah sadar bahwa jajan-jajannya dipindahkan diam-diam, Lee Jihoon yang biasanya membosankan tampak seribu kali lebih membosankan tanpa buku pelajaran favoritnya, sementara Lee Seokmin ...

Ah, pemuda itu malah mendapat teman baru, rupanya.

Diam-diam, Wonwoo tersenyum kecil.

Di samping niat liciknya untuk mengeluarkan buku dan jajan secara diam-diam dari koper Mingyu dan Jihoon, jauh dalam hati ia tetap berharap ketiga sahabatnya dapat menikmati tur studi kali ini. Bukan dengan makanan, bukan dengan buku, bukan pula sekadar belajar dan menikmati udara Jeju sendiri. Melainkan membuat memori bersama teman, dekat dengan seorang gadisーkalau memang ada yang mau, tentu sajaーdan terakhir, belajar bersosialisasi.

Ya, itu yang terpenting.

"Kau masih mengabaikanku, huh? Ayolah, Kim Mingyu. Kukira persahabatan kita tidak sebanding dengan beberapa bungkus jajan berukuran jumbo."

Mingyu melirik malas. Sejak turun dari bus tadi, pemuda itu mati-matian mengacuhkan Wonwoo. Tak peduli kala Wonwoo menawarinya ayam, sepotong kimchi atau sesuap bibimbap, Mingyu tetap tak mau membuka mulut.

Memang fisiknya pemuda berusia delapan belas tahun. Namun sifatnya persis dengan bocah berusia delapan tahun.

Wonwoo mengusap tengkuk dan menghela napas lelah. "Astaga, itu hanya masalah jajan. Aku juga masih menyisakan sebotol kecap dan beberapa bungkus gummy bear diー"

"Kau kira aku kenyang hanya dengan gummy bear?" desis Mingyu kesal. "Kalau kau memang kesal karena aku tidak membayar hutangmu, jangan diam-diam menusuk di belakang begini. Kau tahu sendiri kalauー"

"Perhatian semuanya, daftar pembagian kamar sudah ditempel di depan pintu villa! Kalau ada yang belum tertulis namanya bisa maju ke depan dan bertanya pada Tuan Lim." Pengumuman oleh ketua kelas lantas merebut atensi Mingyu dan Wonwoo. Keduanya menoleh ke arah gazebo kayu di tengah taman, dimana Kang Je Rin, sang ketua kelas berbicara menggunakan toak sementara jemarinya menggenggam beberapa lembar informasi berisi pembagian kamar.

Saat bus sampai di Jeju, siswa harus berjalan beberapa meter untuk sampai ke suatu tempat penginapan khusus yang disewa sekolah. Udaranya segar, ada banyak macam pepohonan dan bunga termasuk bunga canola, pula sebuah pendopo dengan atap jerami terletak di tengah taman. Siswa diarahkan untuk menaruh koper di sana. Ada pembukaan oleh kepala sekolah sebelum waktu makan malamーwalau pada akhirnya siswa diperkenankan untuk mengambil posisi makan di luar pendopo. Wonwoo sempat melihat Seungji makan dengan teman-temannya di satu bangku mirip ayunan tadi.

Mingyu mendengkus pelan. Tanpa mengatakan apapun lagi, ia lantas berdiri, mengambil koper dan melangkah ke gedung satuーgedung penginapan khusus laki-laki.

Letaknya lebih jauh dari gedung dua, barangkali memakan nyaris lima puluh meter dengan jalan curam. Wonwoo berdecak, mengambil koper dan buru-buru menyusul langkah Mingyu.

"Pergilah," Mingyu berkata saat mereka menuruni tangga. "Aku sedang tidak dalam kondisi baik untuk meladeni omelanmu."

"Sebenarnya aku juga tidak dalam kondisi baik untuk mengomel padamu," Wonwoo berujar balik, "lagipula, Kim Mingyu, aku melihatmu mencampur kecap dalam menu makan malam dan kau tetap makan dengan lahap. Kurasa kau berhutang terima kasih padaku, hm?"

Mingyu memutar bola mata, tidak membalas dan memilih tetap melangkah. Keduanya sampai di gedung satu. Ada beberapa ruang kamar yang terpisah dalam satu bangunan. Di tiap pintu sudah tertempel daftar nama seluruh siswa angkatan sebelas yang ikut tur studi.

Mingyu mengeryit kala melihat daftar nama untuk kamar pertama. "Ada namamu dan Jihoon di sini."

Wonwoo mengerjap antusias. Ia lantas menganalisis satu per satu nama dalam daftar tersebut; Jeon Wonwoo, Lee Jihoon, Choi Seungcheol, Lee Chan, Boo Seungkwan.

Oh, baiklah. Bukan hal buruk. Setidaknya ia satu kamar dengan Jihoon. Jihoon yang diam, bersih, dan tenangーfakta tersebut membuatnya lega.

Mingyu beralih pada pintu kamar kedua. Wen Junhui, Kwon Soonyoung, Yoon Jeonghan, Lee Seokmin, Kim Mingyu.

Matanya menyipit.

Yoon Jeonghan.

Kenapa nama itu sangat familiar?

Namun baru kepalanya hendak memutar memori lama, mendadak Seokmin datang dengan terengah. Pemuda itu gegalapan mengatur napas, sempat menjeda sebelum berkata heboh, "Kim Mingyu, kau pasti tidak mau melewatkan pemandangan satu ini."

Belum sempat Mingyu membalas, Seokmin sudah terlebih dulu melanjutkanーkini disertai teriakan panik yang membuat kedua lawan bicara mengernyit, "Chwe Hansol datang! Ia datang dengan mobil pribadi! Dan ia tidak sendiri. Hansol datang bersama gadis yang kau sukaーHan Areum."

Tanpa sadar Mingyu mengeraskan rahang. Jadi berita itu benar? []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top