・s ᴜ ᴍ ᴍ ᴇ ʀ ғ ᴇ s ᴛ ɪ ᴠ ᴀ ʟ - 𝟷
FESTIVAL musim panas sekolah adalah mimpi bagi setiap siswa.
Untuk setiap tahun, hanya acara itu yang ditempatkan sebagai harapan, tujuan, dan ekspetasi para murid setelah keluar dari perangkap neraka bernama ujian. Hari-hari menunggu festival adalah waktu paling menyiksa; ambisi tiap pribadi yang melelahkan, kemudian berhari-hari dihabiskan dengan berdiam diri dalam kerisauanーbertanya-tanya berapa peringkat dan nilai rapot yang akan mereka terima. Kategori ini, tentu saja, tidak berlaku bagi Seokmin dan Mingyu.
Alih-alih memikirkan perkara nilai rapot, kedua pemuda itu malah disibukkan dengan urusan non-akademis. Seokmin sering bertemu Seungcheol untuk saling mengobrol masalah part timer atau 'cara mencari uang yang mudah tapi halal'. Sebaliknya, Mingyu malah sibuk untuk mengatur feed Instagram-nya lagi. Tidak seheboh dan sehedon dulu, memang. Pemuda itu tidak lagi mencintai ketenaran, namun mencoba untuk memanfaatkan wajah tampannya demi mencari kerja. Dengar-dengar, feed dan followers Instagram sangat membantu dalam menarik Brand Ambassadorーatau, minimal endorse. Jadi, mengapa tidak?
"Kau yakin tidak mau beli gula-gula di sana?" tanya Seungcheol, kini berjalan beriringan dengan Seokmin di lapangan sekolah. Festival musim panas hari pertama; penuh dengan bazar dan beberapa tampilan siswa. Ada satu tenda besar dengan panggung dan tempat duduk terbatas. Di sekelilingnya, terdapat tiang-tiang kayu yang ditempel dengan balon dan bendera warna-warni. Dekorasi sederhana, namun bertema keceriaan. Seluruh siswa juga menikmati festival iniーterlepas dari apa yang terjadi beberapa hari silam.
"Tidak!" sergah Seokmin, "kau tahu sendiri aku sedang menabung untuk tinggal lebih lama di Seoul. Skenario terburuk, aku tidak kuliah tapi mengambil kerja part time. Seorang part-timer tidak punya banyak uang untuk dihamburkan, kau tahu?"
Seungcheol mendengkus sinis. "Dulu kau juga berkata begitu, tapi akhirnya luluh juga.
Seokmin mengernyit, tersinggung. "Aku tidak pernah begitu! Aku selalu setia dengan ucapan dan janjiku."
"Perlu kuingatkan tentang pizza itu? Lalu, tentang lego yang ada di genggamanmu sekarang? Oh, astaga. Aku tak percaya kau benar-benar seceroboh itu."
Seokmin melirik lego di tangannya, menyengir lebar. "Ini jelas hal yang berbeda. Kau tahu sendiri lego ini sedang promo."
"Promo apanya?" balas Seuncgheol, nadanya meninggi. "Kau hanya ditipu dengan pemilik toko itu. Mana ada sebungkus lego kecil begitu harganya dua puluh ribu won?"
Seokmin berdecak pelan. "Kau tidak tahu saja, lego ini barang asli!"
"Asli bagaimana," cibir Seungcheol, "ada goresannya begitu."
"Justru itu yang membuatnya telihat asli!"
Kemudian, mereka terus berdebat, sampai tiba-tiba seorang penyanyi naik ke atas panggung dan keduanya langsung berlari ke kursi penonton paling depan untuk menyoraki penyanyi tersebut. Kabarnya, itu adalah bintang tamu yang dipersiapkan khusus oleh anggota OSIS.
"Kau lihat dia?"
Seungcheol yang sibuk bernyanyi menghiraukan ucapan Seokmin.
Merasa kesal, Seokmin lantas menepuk keras pundak Seungcheol, membuat lawan bicara menoleh dengan kerutan kesal. "Ada apa, sih?"
"Lihat itu!" Seokmin menunjuk ke bagian ujung lapangan, tepatnya di samping tong sampah. Seorang lelaki duduk di sana, tepat di atas undakan taman yang terbuat dari bata. Hanya dari siluet sekaligus perban di lengan, Seokmin dan Seungcheol langsung tahu bahwa itu adalah Lee Chan.
Saling berpandangan dan mengangguk, seolah baru saja menyalurkan persetujuan lewat pandangan mata, keduanya tak menunggu lama untuk mendatangi sosok pemuda di sana.
Saat itu Seungcheol yang membuka percakapan, "Kau tidak menikmati festivalnya?"
Lee Chan tampak tersentak, sedikit terkejut dengan kedatangan mereka namun hanya menggeleng. "Kau tidak mungkin bisa menikmati acara seramai ini dengan kondisi seperti ini." Ia tersenyum. "Tidak apa, aku hanya ingin duduk di sini."
"Aku menyesal," adalah kalimat Seuncgheol berikutnya. "Maaf tentang pengeluaran Jun."
"Kau tak perlu minta maaf," kata Lee Chan. "Itu sudah konsekuensinya."
"Kau baik-baik saja?" tanya Seokmin.
"Ya, tentu saja." Lee Chan mengendikkan bahu. "Aku beruntung hanya mendapat detensi ringan alih-alih dikeluarkan seperit banyak siswa. Kudengar, Seungkwan juga belum datang."
Seokmin tersenyum tipis. "Yah, mungkin itu pertanda bahwa kami harus mencarinya sendiri."
Kemudian, ketiganya tertawa.
"Kau yakin tidak ingin soda? Atau kopi mungkin? Ada beberapa kedai minuman di sana. Dan cuacanya sedang terik di sini."
Lee Chan mendengkus. "Boleh saja, asal kau yang membayar."
"Well, kalau begitu kuserahkan pada Choi Seungcheol," jawab Seokmin. "Aku pun sedang dalam mode berhemat."
"Berhemat apanya," decih Seungcheol. "Kau yang membeli jajan paling banyak tahu!"
Ketiganya larut dalam tawa. Lee Chan tak tahu seringan ini rasanya untuk bisa saling bertatap muka, berbicara, dan bergurau dengan banyak siswa. Selanjutnya, Seokmin menawarkan diri untuk membantu Lee Chan duduk di dalam tenda untuk menghindari panas. Jujurnya, Chan kira ini festival musim panas paling menyedihkan yang akan ia lalui. Sebab tak ada lagi teman (Jun sudah tak diijinkan untuk mengikuti festival), dan tak ada lagi mimpi (sebab dengan keadaan seperti ini, ia tidak mungkin bisa naik ke panggung dan menari). Ia hanya datang untuk mengisi daftar hadir, sekaligus membuat Mamanya merasa lebih tenang dengan berpikir, Oh, putraku sudah mengikuti festival. Ia pasti akan senang dan tidak memikirkan masalah lalu.
Pemikiran mamanya tidak benar. Namun tidak sepenuhnya salah juga.
Sebab di sini, di antara impitan Seungcheol dan Seokmin, Lee Chan dapat merasa kehangatan dan kelegaan bercampur di hati. Ia merasa hidup lagi, ia merasa berteman lagi.
Mungkin saja, ini keajaiban festival musim panas.
Di sisi berbeda, tepatnya dalam salah satu kelas kosong di lantai 3, Jeon Wonwoo menikmati festival musim panas dengan cara yang berbeda. Ia, sejujurnya, tidak terlalu cocok dengan keramaian. Ia masih menyukai bazar, tapi tidak dengan kerumunan di depan panggung. Ia menyukai semua penampilan kelas dan bintang tamuーkecuali sekelompok orang dari kelasnya yang digadang hanya sebagai 'pengisi' acara; beberapa pemuda konyol dengan kostum badut yang berlagak bagai pesulap magis, tapi tidak satupun dari aksi mereka berhasil.
Bagaimanapun, penampilan tersebut, sejauh yang Wonwoo amati, merupakan penampilan dengan jumlah penonton terbanyak keduaーsetelah bintang tamu penyanyi, tentu saja.
Bagaimana ia tahu?
Well, sebab ia merekam semuanya dengan kamera.
"Ini, untukmu."
Pemuda itu kemudian menoleh, tersenyum ketika melihat Seungji dalam balutan kaos putih berkera biru dan skinny-jeans hitam datang sembari membawa segelas Oreo Frappuccino. OSIS memutuskan untuk memesan seragam pada hari-hari terakhirーyang sedikit Seungji sesali, sebab gadis itu telah merencanakan sebuah summer dress yang indah untuk dipakai pada hari terakhir Festival.
"Terima kasih." Wonwoo menyesap Oreo Frappuccino-nya, mendesah nikmat sejenak sebelum kembali melirik si gadis. "Ngomong-ngomong, seragammu tidak buruk. Mereka menjahitnya dengan begitu rapi."
Seungji melirik kaosnya dengan bibir mengerucut. "Kau benar, tapi ..." Ia menjeda, berdecak sebelum mengempaskan tubuh untuk duduk di samping Wonwoo. "Hah, entahlah. Ini tidak adil, kau tahu? Awalnya mereka bilang seluruh anggota OSIS wajib mengenakan sereagam dari awal sampai akhir. Tapi, aku melihat Jini dan Hani berganti baju tadi. Dan Jae Won tampak tidak masalah dengan itu!"
Wonwoo terkekeh. "Itu karena Jini dan Hani juga merangkap sebagai pengisi acara."
Seungji memeluk lututnya di depan dada. "Kostum mereka cantik sekali ... aku jadi iri."
Wonwoo tidak membalas, sehingga Seungji kembali mengajukan pertanyaan, "Kau tidak menikmati festival?"
Pemuda itu mengernyit. "Siapa bilang?"
"Tidak ada siswa yang bisa menikmati festival dengan duduk di kelas begini." Melirik pintu masuk dan memastikan koridor sepi, Seungji kemudian mendekat pada Wonwoo dan berbisik, "Kalau GURU menemukanmu, kau bisa langsung kena poin penalty."
Wonwoo tertawa. Tidak ada yang salah dengan kalimat Seungji, memang. Festival musim panasーatau acara sekolah outdoor lainnyaーharam dihabiskan di dalam kelas. Kecuali pada hari-hari tertentu, ketika memang acara harus dilaksanakan secara indoor.
"Jadi kau memedulikanku sekarang?"
"Tentu saja!" sahut Seungji blak-blakan, "kalau kau kena marah, aku juga pasti akan kena marah."
"Kenapa bisa begitu?"
"Karena aku OSIS, tapi aku malah membiarkanmu duduk di sini."
Lagi-lagi, Wonwoo tertawa. Ia mengacak-acak rambut Seungji sejenak, membuat si pemilik mengomel pelan sebelum Wonwoo mengangkat kameranya. Cekrek.
"JEON WONWOO, APA YANG KAU LAKUKAN?"
"Hei, tenang. Kau tampak cantik di sini, serius."
"Kemarikan kameramu!"
Wonwoo mengangkat kameranya tinggi-tinggi. "Ambil sendiri kalau mau."
"Dasar, Jeon Wonwoo!" Tak mau menyerah, Seungn Ji lantas maju untuk mengambil kamera itu. Masih dalam posisi duduk, ia tak sengaja jatuh dan Wonwoo refleks menangkap pinggangnya. Wajah mereka terpisah beberapa senti, mata mereka bertemu. Waktu terasa membeku, dunia seolah diam bergerak, keramaian festival serta suara derap langkah kaki di koridor mendadak hilang. Seungji dapat merasakan jantungnya berdebar. Dari jarak sedekat ini, ia bisa memperhatikan Jeon Wonwoo seutuhnya: bagaimana cerah mata hazelnut-nya yang dulu digadang-gadang sebagai mata rubah, bagaimana bulat permukaan hidungnya yang tampak lucu namun proporsional, bagaimana tebal kedua alisnya sama rata, bagaimana tipis bibirnya.
Deg.
Bibirnya.
"Masih mau mengambil kamera ini?" Wonwoo berbisik.
Suara serak pemuda itu lantas menyengat seluruh kesadaran Seungji lagi. Ia lantas mundur, hendak kembali ke tempat namun tangan Wonwoo masih merengkuh pinggangnya. Saat itulah, Wonwoo berkata, "Aku punya satu solusi agar kau tetap bisa memakai summer dress cantikmu itu."
Seungji mengerjap. Belum sempat ia mencerna maksud dari perkataan Wonwoo, pemuda itu sudah kembali melanjutkan, "Sabtu besok, pukul lima sore. Bersedia kencan denganku, Nona?"
Dan saat itu, entah apa yang terjadi di dalam sana, namun Seungji dapat merasakan lilitan mulas, kepak sayap ribuan kupu-kupu dan debaran jantung yang begitu keras membanjiri hatinya. Hanya sebab ajakan Wonwoo.
Ah, festival musim panas yang cerah. []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top