・ᴊ ᴇ ᴀ ʟ ᴏ ᴜ s ʏ
♢♡♢♡♢
↴
↴
↴
( j e a l o u s y )
PEKAN ini, Seungji berencana mengembalikan dua novel terakhir yang dipinjamnya dari perpustakaan sekolah. Keduanya novel romansa impor, berbahasa inggris dan gadis itu harus berkali-kali memutar otak seraya melihat kamus untuk memahami arti sebuah frasa. Namun harga yang harus dibayar sebanding dengan rasa puas kala membaca akhir ceritaーbarangkali inilah mengapa novel luar begitu terkenal.
Imaginasi dan karakternya luar biasa indah. Menakjubkan. Membuat ketagihan; membuat Seungji ingin masuk ke dunia buku itu kendati tahu semua hanyalah fiksi.
Ah, fiksi. Tenggelam dalam larutan kata toh tidak buruk.
Setelah menaruh beberapa novel di tempat pengembalian dan menandatangani buku pengunjung, Seungji kemudian langsung beralih pada rak khusus 'buku baru'. Tiap akhir pekan, selalu ada beberapa buku yang datang dari para senior atau donasi klub majalahーkalau beruntung, dirinya bisa menemukan tiga novel bagus sekaligus.
Tetapi tak menutup kemungkinan kalau seluruh buku adalah ensiklopedia atau buku biografi (mengingat siswa-siswi di sini gila belajar dan pengetahuannya luas sekali).
"Buku referensi, biografi, komikー"
Baru memilah sampai buku ketiga, kalimat Seungji mendadak tertahan dengan kernyitan kening.
Gadis itu kemudian kembali ke meja perpustakaan, membasahi bibir sejenak sebelum bertanya, "Ehm, maaf, Nona Jung. Pekan ini tidak ada stok novel baru, ya?"
"Hoo, Kim Seungji, kau pikir membeli novel bisa pakai daun? Kau pikir sekolah ini mau membuang duit untuk buku-buku imaginatif? Astaga, mereka bahkan tidak membayarku dengan baik. Apa-apaan."
Selanjutnya, terdengar gerutuan yang semakin lama semakin samar. Seungji tersenyum enggan, membungkuk demi kesopanan sebelum menarik diri perlahan. Mendadak gadis itu rindu penjaga perpustakaan yang lama, yang menjawab ramah dan tidak perlu mengomel panjang lebar untuk sederet pertanyaan singkat.
Memang apa salahnya bertanya pasal stok buku baru?
Barangkali suasana hatinya sedang buruk, gadis itu menelan saliva, meyakinkan kalimat tersebut pada diri sendiri. Benar, tidak usah diambil hati. Tidak semua orang berkesempatan untuk berbuat baik.
Menghela napas dan mengangguk pada diri sendiri, Seungji baru beranjak melangkah menuju pintu keluar tatkala seseorang tiba-tiba menghalangi jalannya. Gadis itu mengerjap, mendongak dan membulatkan mata tatkala melihat siapa yang berdiri di hadapannya sekarang.
Benar-benar tidak terduga.
"Bolos jam self study untuk mencari novel di perpustakaan sekolah, berhasil membuat Nona Jung kesal, kini mengendap-endap di rak buku kimia." Jeon Wonwoo tersenyum. "Apa ada hal mengasyikkan lain yang kulewatkan hari ini?"
Sejenak, Seungji terpaku, menatap lawan bicaranya lamat-lamat sebelum menyemburkan tawa pelan. Melongokkan kepala sedikit untuk memastikan Nona Jung tidak mencatat namanya sebab tertawa di perpustakaan, gadis itu kemudian segera menarik Wonwoo di pojok rak dan berbisik, "Astaga, ternyata kau bukan hanya menyusup di toilet perempuan tetapi juga di perpustakaan."
Wonwoo membelalak tak terima. "Bukankah kita sudah meluruskan perihal itu? Kau sendiri yang berkata bahwa aku tidakー"
Seungji terkekeh. "Lihat, bahkan gaya bicaramu persis seperti gadis-gadis." Masih setengah berbisik, gadis itu kemudian berkata, "Tapi serius, sejak kapan kau jadi hobi memperhatikanku begini?"
"Memperhatikan?" Wonwoo menahan tawa. "Kau benar-benar berpikir aku memperhatikanmu?"
Seungji memutar bola mata. "Lalu kau pikir itu kebetulan? Kau tahu bahwa aku kemari saat jam bolos self-study, dimarahi Nona Jungーkau pikir hanya kebetulan semata?"
"Kau tidak percaya kebetulan?"
Gadis itu mengendikkan bahu. "Apa aku harus percaya?"
Wonwoo mengulum senyum. "Tidak juga. Hanya sedikit aneh seorang gadis yang suka mengkhayal dengan berbagai tokoh fiksi tidak percaya dengan namanya kebetulan. Terkadang para pembaca bisa menjadi sosok imaginatif, kau tahu?"
Senyum Seungji terbit tatkala melirik Wonwoo. "Apa kau salah satunya?"
"Kau pikir begitu?"
"Kau selalu menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan. Sama sekali tidak elit."
Seungji kemudian pergi meninggalkan Wonwoo, tetapi pemuda itu segera menyeimbangkan langkah dan masih menjaga nada bicaranya untuk terdengar pelan saat kembali menyahut, "Seseorang pernah berkata, 'bila kau ingin terlihat pintar, maka jawablah sebuah pertanyaan dengan pertanyaan sebelum kau benar-benar menjawab pertanyaan itu."
Kening Seungji berkerut. "Tidak mungkin," lirihnya, sebelum menghentikan langkah dan menoleh menatap Wonwoo lekat-lekat. "Kau menonton Zootopia?"
"Memang kenapa?" Wonwoo menyahut tak acuh, "semua orang menontonnya, 'kan?"
Walau begitu, Seungji tetap dapat menangkap rona merah berpendar pada wajah lawan bicaranya. Gadis itu tertawa. "Kau memang di luar dugaan. Toilet wanita, pecinta novel romansa, juga menggemari kartun anak-anak."
"Hei, memangnya salah dengan hal itu? Kau juga 'kanー"
Kemudian, keduanya larut dalam tawa. Tanpa pernah sadar, dari ujung perpustakaan, seorang siswa memperhatikan interaksi keduanya lekat, mengepal tangan sembari berusaha setenang mungkin kendati dadanya bergemuruh tak karuan.
Sebab seharusnya yang berdiri di sanaーtepat di samping Seungji, mengobrol dan tertawa bersama seolah dunia hanya milik berduaーadalah dirinya, bukan Si Jeon Payah itu. []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top