・ʜ ᴏ ᴡ ᴛ ᴏ ɢ ᴀ ɪ ɴ ᴍ ᴏ ɴ ᴇ ʏ
◀◀◁◁●▷▷▶▶
◇
◆
◇
◆
( h o w t o g a i n m o n e y )
SATU-SATUNYA alasan Seokmin bersiap rapi dengan kemeja formal dan jeans panjang hitam yang setengah kering diambil dari jemuran semalam, adalah sebab ia akan bertemu dengan seseorang penting. Seseorang yang ia sebut dengan ...
... agen uang rahasia.
Menurutmu ini berlebihan?
Oh, ayolah! Menjadi remaja berusia 18 tahun yang hidup jauh dari orangtua tentu membuatnya uring-uringan memikirkan masalah uang. Apalagi dengan godaan berbagai diskon menarik di luar sana; hoodie kekinian, celana sobek yang entah mengapa harganya selangit, juga berbagai makanan enak yang sudah dari lama ia ingin coba.
Namun dengan uang jajan pas-pasan, Seokmin juga paham bagaimana kebutuhan remaja kian lama kian mencekik dompet dan merenggut paksa semua nominal uang yang tersisa. Ia bahkan masih belum melunasi hutangnya pada Wonwooーkendati Seokmin sering sekali menyengir kalau Wonwoo tagih, berdalih dengan banyak alasan dan kadang sampai pura-pura lupa, Seokmin tahu, tahu dan seratus persen sadar, hutangnya pada Wonwoo sudah mencapai angka puluhan ribu won.
Dan itu tentu bukan jumlah yang sedikit.
"Lee Seokmin?"
Panggilan itu lantas membuyarkan semua lamunannya. Seokmin yang tadi duduk menatap aspal, perlahan mendongak. Senyumnya melebar seiring dengan mata menyipit tatkala pemuda itu mengangguk dan balas menyapa ramah, "Boo Seungkwan! Ah, senang melihatmu lagi."
Seungkwan mengangguk ogah-ogahan saat menyambut uluran tangan Seokmin. "Jadi, bagaimana? Kau benar-benar mau serius bergabung atauー"
"Oh, tentu! Tentu saja!" sahut Seokmin dengan semangat menggebu. Alasannya kemarin berdesak-desakkan di kantin bukan untuk mencari tahu lebih lanjut mengetahui Areum dan Hansol, atau untuk membantu percintaan sahabatnya, Mingyu. Tidak, ia sama sekali tidak tertarik dengan hal menye-menye itu. "Aku benar-benar ingin belajar darimu. Kau tahu, mengambil kesempatan dan mencari untung di tengah situasi strategis adalah ide yang ... brilian. Tidak semua orang memiliki otak bisnis secerdas dirimu!"
Boo Seungkwan menatap lawan bicaranya intens, diam-diam menilai penampilan Seokmin dari atas kepala hingga ujung kaki. Masakah pemuda ini benar-benar mau membantunya mengelola web sekolah?
"Tapi kau bersahabat dengan MingyuーKim Mingyu."
Seokmin sejenak mengernyit, tampak tak mengerti arah pembicaraan sebelum Seungkwan melanjutkan, "Apa kau yakin kau kemari bukan untuk memata-matai perkembangan berita Areum secara gratis dan memberikannya pada Mingyu?"
"Tidak, tidak akan." Pemuda itu menggeleng mantab, nada suaranya bahkan berubah tegas saat berkata, "Aku bersumpah hal itu tidak akan terjadi. Sebab tujuanku hanya untuk menghasilkan uang, bukan mata-mata berita atau apapun."
Seungkwan menenggak saliva dan mengangguk. "Kalau begitu, mari kita berbicara di tempat lebih tertutup. Café di sana sepertinya tidak buruk."
Maka, keduanya berjalan beriringan menyebrang jalan dan masuk dalam sebuah café minimalis yang letaknya diapit toko-toko lain. Menyeruput latte dengan mata berbinar sebab Seungkwan menawarkan untuk menraktirnya, Seokmin nyaris tersedak ludah sendiri kala mendengar lawan bicaranya tiba-tiba berkata dengan raut wajah serius, "Jadi, kau siap untuk menanggung risiko bersama?"
Tunggu, apa?
"Risiko ... menimbun banyak uang maksudmu?" sambarnya lugu.
Seungkwan mendengkus. "Dengar, pekerjaan ini lebih beresiko dibanding yang kaupikir. Keberadaan web itu belum diketahui sekolah, kalau sesuatu buruk terjadi, kita bisa-bisa tertangkap untuk urusan serius."
Alis Seokmin bertaut. "Mengapa begitu? Kalau itu tak resmi, maka harusnya guru-guru tidak campur tangan dengan barang yang bukan miliknya, benar?"
"Tapi kita di sini menyebarkan gosip. Dan gosip akan menjadi topik sensitif bila banyak orang membacanya."
Seokmin bungkam. Benar, benar juga. Ia tidak berpikir sejauh itu, ia lupa bahwa pekerjaannya tidak terletak pada tahap menjual barang atau menjaga toko orang. Tidak, ini jauh lebih besar.
Namun seperti kata pepatah, 'berakit-rakit dahulu, bersenang-senang kemudian.' Bersakit-sakit dahulu, berfoya-foya kemudian.
Jadi menarik napas dalam-dalam, pemuda itu menjawab, "Aku menerima."
Seungkwan tersenyum. "Baguslah."
Tetapi ketika keduanya hendak membicarakan hal lebih dalam, mereka dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba menyodokkan kepala di balik pintu café. Saat itulah Seokmin nyaris tersedak latte-nya untuk yang kedua kali kala ia melihat presensi Minghao yang menatap keduanya dengan kernyitan kening. Nadanya bahkan tidak terdengar bersahabat saat berujar, "Jadi kalian yang menyebarkan gosip di web?"
Baiklah, katakan selamat tinggal untuk hidup enak dengan harta melimpah. []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top