・ʜ ᴇ ɴ ᴇ ᴠ ᴇ ʀ ɢ ɪ ᴠ ᴇ ᴜ ᴘ
❢❣❢❣❢❣❢
◈
◉
◈
◉
◈
( h e n e v e r g i v e u p)
HAN Areum tak dapat menahan diri untuk tidak meremas ponsel geram, rahangnya mengeras dengan kedua alis tertekuk kesal tatkala melihat berita tentang dirinya tersebar begitu luas di laman web sekolah.
Oh, baiklah. Ia mengaku ini salah. Mencuri-curi waktu di tengah pekerjaannya sebagai pegawai minimarket kecil di dekat rumah untuk bermain ponsel bukanlah hal benar. Namun, Tuan Moon―pria berjanggut pemilik toko yang galak minta ampun, Areum saja harus mengelus dada berkali-kali saat berdebat dengannya―pernah berkata bahwa dalam keadaan genting, bermain ponsel dibolehkan.
Lagipun minimarket sedang sepi, barangkali anak muda lebih tertarik mencoba restoran baru di gang sebelah dibanding makan ramen instan kemari.
Dan bagi Areum, gosipnya dengan Hansol yang menyeruak adalah hal genting.
Hal lebih menjengkelkan yang membuat gadis itu berkali-kali mendengkus tak habis pikir, adalah ketika mendengar kabar bahwa seseorang yang entah siapa berhasil mengamankan web tidak resmi itu. Dengan pintar pula, memberi kode rahasia dan berhasil mengambil keuntungan dengan memalak uang siswa yang ingin membaca beritanya.
Sialan.
Meloloskan dengkus keras sementara tangannya menjejalkan ponsel dalam saku, Areum berniat untuk kembali melanjutkan pekerjaannya dengan tatanan snack yang berantakan. Harusnya dari dulu sekolah memberi kebijakan untuk tidak menulis berita macam-macam di web, harusnya dari dulu sekolah memberi peraturan khusus. Oh, ayolah! Dimana-mana gosip itu selalu hiperbola, selalu dilebih-lebihkan dan―
"Perlu bantuan, nona?"
Gadis itu sontak terkesiap, kedua netranya melebar dan tubuhnya terlonjak ke belakang saat tahu-tahu wajah seorang pemuda sudah berada persis di sampingnya. Mendengkus pelan untuk meredakan detak jantungnya yang nyaris berhenti sebab terlampau kaget, Areum lantas menyalak, "Kau tidak tahu cara sopan menyapa? Oh, astaga. Kau lagi. Kenapa aku terus-terusan bertemu denganmu?"
Kim Mingyu menyunggingkan senyum miring. Mengambilkan dua bungkus snack yang jatuh, pemuda itu kemudian memiringkan kepala dan melangkah lebih dekat sebelum membalas, "Entah. Mungkin, takdir?"
Areum berdecak. Menarik napas dalam-dalam guna meredam amarah, gadis itu memaksakan seulas senyum saat berkata, "Maaf, tetapi kalau tidak ada yang mau kau beli, sebaiknya silakan pergi. Toko kami memiliki kredibilitas tinggi dengan layanan yang ramah, dan aku tidak ingin merusaknya hanya karena satu pelanggan aneh, kau tentu paham, bukan?"
Mingyu akui, gadis di hadapannya ini tampak jauh lebih menarik ketika sedang geram begini. Jadi alih-alih pergi, pemuda itu malah mengambil ramen dan soda, menyehduh mi instan itu sebelum mengambil posisi duduk di dekat kasir.
"Aneh-aneh begini aku tetap seorang pembeli. Dan pembeli itu adalah raja."
Oke, pemuda ini tidak gampang menyerah. Itu fakta yang membuat Areum harus menahan kerutan kesal selama belasan menit penuh. Si Kim itu nyatanya tidak langsung memakan kudapannya, hanya duduk dengan dagu ditumpu di atas lengan sembari memerhatikannya menyusun cemilan.
"Apa memperhatikanku sedetil itu akan membuat nafsu makanmu naik?"
Mingyu terkekeh. "Tidak. Faktanya, aku sama sekali tidak lapar."
Areum mendengkus sinis. "Dan aku tidak tanya. Ayolah, kau membuat pekerjaanku semakin sulit, siapa namamu? Ah, sudahlah. Lebih baik kau segera membayar makananmu dan pergi."
"Wo, kau tidak bisa sembarangan mengusir pelanggan."
Areum menyipitkan mata. "Sayangnya, aku bisa."
Kemudian tanpa hitungan jari, gadis itu langsung berjalan ke meja Mingyu, mengambil cup ramen serta sodanya untuk dibawa keluar minimarket. Namun ketika Areum baru hendak mencapai pintu, Mingyu dengan gesit menarik lengan mungilnya dan dalam beberapa sekon yang kelewat cepat, keduanya sudah berada berhadapan dengan jarak tak lebih dari lima senti.
Areum tanpa sadar menahan napas.
Apa-apaan ...?!
Namun tubuhnya seolah terkunci, tak dapat mengelak ketika pemuda di hadapannya tersenyum menggoda. "Kau tampak lebih manis saat marah."
Entah sudah berapa lama mereka bertatapan, entah sudah berapa lama tangan Mingyu menggenggam lengan Areum, entah sudah berapa lama detik yang dibuang kala tiba-tiba sebuah dehaman terdengar.
Areum langsung salah tingkah. Menoleh ke arah pintu masuk market, gadis itu tak dapat menahan diri untuk tidak tercengang.
Sebab di sana, Chwe Hansol berdiri dengan kedua lengan terlipat angkuh, tertawa dengan ekspresi mengejutkan yang dibuat-buat saat berkata, "Wo, wo, wo. Jadi ini alasan kau tidak membaca pesanku." Pemuda itu melirik Mingyu sinis, membawa keduanya dalam adu tatap penuh benci sebelum menyambung, "kau ternyata tengah berkencan dengan pemuda lain. Oh astaga, bukankah itu suatu penghinaan untukku, Han Areum?" []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top