・ʜ ᴀ ᴘ ᴘ ɪ ɴ ᴇ s s

✦✧✦✧



( i c h o o s e m y h a p p i n e s s )

"KAU bau alkohol," adalah kalimat pertama yang meluncur dari mulut Yeo Hyeraーtepat satu menit setelah matanya menangkap presensi Hong Jisoo berdiri di samping pintu atap sekolah. Seragam putihnya basah oleh peluh, surai yang biasa tersisir oleh gel kini tampak kusut, bahkan dasi yang selalu terpasang rapi di antara kera sekarang terlihat longgar dan berdebu. Sesaat, ada gelegak muak yang menghampiri perut si gadis kala berdecak sinis, menyipitkan mata dan berkata, "Kau minum di sekolah, Jisoo."

"Lalu apa urusanmu?" balas Jisoo ketus. Sama dengan Hyera, Jisoo sendiri sudah terlampau penat. Niatnya untuk mengajak Hyera berjalan-jalan berdua pada tur studi kemarin malah hancur berantakan, seluruh persiapan dan keinginannya untuk membuat memori baru dengan Hyera lantas luruh begitu saja.

Padahal, Jisoo sudah menyiapkan semuanya dengan baikーtermasuk pemilihan tempat untuk tur studi.

Semua ini karena Lee Jihoon.

Sejenak, Hyera berdiri di sana dalam bungkam, memilih untuk menahan diri tanpa mengucapkan sepatah kata. Ia malah memutar pandang ke sekeliling atap; melihat jejeran pagar besi panjang yang memagari tepi bangunan, sebuah sofa reot di sudut, beberapa box kayu tempat Hansol dan dua anteknya menyimpan alkohol dan terakhir, beberapa bangku cacat lawas yang sengaja diasingkan di atap. Di tempat yang sama pula, Hyera dapat mengecap getir memenuhi seluruh permukaan lidah.

Dua tahun lalu, di titik yang sama dengan suasana berbeda, Hong Jisoo pertama kali menyatakan perasaannya. Di atap sekolah.

Memori tersebut bertalu-talu dalam otaknya, berjalan bersama getir yang memenuhi rongga mulut.

Jangan goyah, Yeo Hyera. Ia mengepal kedua tangan. Jangan mudah terpengaruh hanya sebab kenangan.

Terdengar denting bel tanda mulainya pelajaran. Namun kedua insan di sana tetap stagnan di tempat, tak repot-repot peduli atau mencoba peduli. Hyera menarik napas, kembali menatap iris Jisoo dengan keberanian. "Kau benar, aku tidak punya urusan apa-apa."

Jisoo dapat merasakan gigi-giginya gemeretak. Mendadak rasa panas itu kembali meluap deras dalam dada. Itu sama sekali bukan jawaban yang ia harapkan dan Hyera tahu itu—ーYeo Hyera seharusnya tahu. Dalam nyaris dua tahun terakhir, Jisoo kira mereka sudah mengenal satu sama lain dengan cukup baik.

"Aku hanya ingin kau menjaga diri dengan baik," Hyera mendengkus, tertawa paksa. "Kau tahu sendiri, aku tidak bisa menjagamu terus-terusan."

Hong Jisoo mengernyit. Matanya menyipit menatap si gadis curiga. Tidak, tidak. Hyera tidak mungkin

"Hong Jisoo, Mari kita akhiri semua ini."

Sesaat, berdiri gamang masih berusaha mencerna fakta, Jisoo kira detik berikutnya Hyera akan segera tersenyum dan berkata kalimat konyol seperti, 'Kejutan! Kau pasti terkejut sekali, 'kan?' atau yang biasa ia lihat-lihat di acara tv, "Kau benar-benar percaya itu? Selamat, Jisoo. Kau masuk perangkapku." Namun kembali menilik pada iris legam si gadis, pada ekspresinya yang kini sekeras batu, pada kedua tangannya yang mengepal pada garis-garis rok, Jisoo dapat merasa harga dirinya runtuh begitu saja.

Yeo Hyera sama sekali tak punya hak untuk mengatakan itu.

"Kau pasti bercanda." Jisoo menggeleng kepala, maju beberapa langkah dan menggenggam tangan si gadis. "Katakan, Hyera. Kau sedang bercanda, bukan? Tidak, ini sama sekali tidak lucu. Minghao pasti memberimu ide prank bodohnya, 'kan? Hari ulang tahunku masih lama, Sayang. Hari jadi kita jugaー"

"Tolong, jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi." Hyera menepis genggaman Jisoo. Ia berusaha mengatur napas, berusaha untuk tetap meneguhkan seluruh keberanian dalam dirinya kala berkata, "Aku akan mengganti seluruh barang yang kau beri, termasuk uang yang kau pinjamkan untuk membayar hutangku dulu. Tapi tolong, beri aku waktu. Aku berjanji akan melunasinya sebelum kita lulus."

Jisoo tertawa sumbang. "Kau kira kau bisa mengganti semua?"

Hyera merasa tubuhnya seolah disengat.

"Kau kira kau bisa mengganti seluruh barang mewah yang telah aku berikan padamu? Tas, ponsel, uang. Terlebih Yeo Hyera, kau tidak ingat kau telah memaksaku melakukan itu? Dua tahun lalu. Satu malam panjang di pesta Hansolーtidak ingat?" Jisoo masih tertawa-tawa sinting, suaranya campuran dari putus asa dan kebimbangan.

Malam itu.

Pesta Hansol.

Kedua telapak tangan Hyera berkeringat.

Keterlaluan. Hyera kesulitan menelan ludahnya sendiri saat detik selanjutnya, ia sudah terlebih dulu maju dan melayangkan pukulan tepat mengenai pipi Jisoo. "Jaga mulutmu, Jisoo." Suaranya terdengar bergetar. Mengepalkan tangan, tetap meneguhkan diri untuk tidak meneteskan air mata, si gadis membantah, "Kau pikir aku perempuan apa, hah? Aku tidak pernah memaksamu melakukannya. Kau kira aku tak tahu? Dua tahun lalu di pesta Hansol, kau memasukkan obat dalam minumanku."

Mata Jisoo membulat.

Setetes air mata Hyera jatuh. "Kau yang memaksaku melakukannya, Jisoo. Bahkan dua tahun terakhir ..." Bibir si gadis gemetar, kedua jemarinya bertaut resah. "Dua tahun terakhir, kau selalu memaksaku untuk melakukan itu."

"Tapi kau mau, 'kan?"

Apa?

Jisoo memegangi pipinya yang tertampar, merasa sensasi panas membakar di sana. Rasa terhina, dicampakkan, seluruh nistaan tanpa kata yang kini melayang meusuk ulu hatinya yang paling dalam. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak oleh seorang gadis yang seharusnya berada di bawah perintahnya. Yeo Hyera bukan siapa-siapa tanpa dirinya. Yang menjadikan gadis itu ketua klub cheerleader, yang membuat popularitas Hyera melejit, yang membuat gadis miskin itu dapat mengenakan pakaian ketat mewah dan barang-barang mahal di sekolah.

Semua itu hanya karenanya.

"Tidak, Hyera. Ini tidak bisa berhenti begitu saja. Aku memberimu semuanya—semuanya! Kau tidak sadar siapa kau sekarang?! Yeo Hyera, kekasih Hong Jisoo!" Jisoo berteriak frustrasi. Pelipisnya berkedut, dadanya panas luar biasa. Menarik surai sendiri—nyaris mencabiknya geram, sepersekon kemudian Jisoo malah mengukir senyum lebar, saking lebarnya malah membuat Hyera bergidik. "Kita ini adalah pasangan sempurna, Sayang. Kau adalah Yeo Hyera, ketua cheerleaders populer, sementara aku adalah Hong Jisoo, putra sulung keluarga Hong yang berprestasi. Kita saling mencintai, saling mendukung satu sama lain danー"

"Sadarlah, Hong Jisoo!" Hyera menatap lawan bicara jijik. "Tidak pernah ada cinta di antara kita. Tidak pernah ada ketertarikan antara kau dan aku. Kalaupun ada ..." Ia menjeda. "Kalaupun ada, itu semua tak lebih dari nafsu."

Untuk sepersekian sekon di sana, Jisoo tak berkata apa-apa. Nafsu? Nafsu, katanya? Rasa-rasanya pemuda itu ingin berteriak murka, mengambil sebotol bir kosong dan melemparkannya pada kepala si gadis sekarang juga. Hyera tidak tahu apa-apa soal nafsu.

Jisoo sering ditawari 'bermain' dengan banyak gadis di luar sana. Model cantik kenalan Hansol, beberapa anak klub dengan tubuh berisi kenalan Minghao, bahkan beberapa anak teman ayahnya yang tampak lebih dewasa dan manis. Namun, Jisoo menolak semua itu. Kalau memang harus ada gadis yang menemaninya minum, merokok, pesta, bahkan untuk pergi kencan bersama ... maka ia memilih Yeo Hyera. Hanya Yeo Hyera, bukan yang lain.

"Kau memang keras kepala sekali, Hyera."

Selanjutnya tanpa diduga-duga, Jisoo langsung mendorong Hyera dan membuat gadis itu terjatuhーtepat di sudut atap dengan punggungnya menghantam dinding. Pemuda itu mengepal tangan hingga kubu jarinya memutih. Senyumnya luruh, ekspresi putus asa dan kesedihan dalam matanya mendadak sirna, kini terganti oleh sebuah tekad dalam sorot matanya yang menggelap.

Bahkan belum sempat Hyera mencerna apa yang baru saja terjadi, Jisoo sudah keburu berjongkok, menggenggam kuat kedua bahu gadis itu dan secepat kilat, lantas menempelkan bibirnya dengan bibir si gadis.

Mata Hyera membulat.

"S-SIAL!" Dengan sekuat tenaga, bahkan memaksa seluruh tubuhnya untuk melawan, Hyera lantas mengarahkan lututnya tepat mengenai perut Jisoo. Pemuda itu terkapar di lantai, Hyera berdiri dan mendesis, "Jangan macam-macam, Jisoo. Kau tidak punya hak untuk menyentuhku seenaknya!"

Jisoo menatap tak percaya. "Sekarang kau baru punya harga diri, Hyera? Selama ini, kau mau memberikan tubuhmu dengan cuma-cuma." Ia tertawa paksa. "Jangan sok suci, kau tak ingat kau sendiri yang menawarkan tubuhmu untuk dijamah olehku?"

"H-hentikan."

Tangan Hyera bergetar. "Sudah kubilang, hubungan ini sudah berakhir. Kita sudah selesai, Jisoo."

Gadis itu berjalan pergi, namun sebelum dia meninggalkan atap sekolah, ia bisa mendengar kalimat Jisoo mengudara di belakang punggungnya, "Ini pasti karena Jihoon, bukan?"

Hyera mematung. Hatinya seolah disengat, tapi tak ada lagi kata untuk mundur. Gadis itu menghela napas, menghapus seluruh bekas air mata dan berjalan pergiーmeninggalkan Jisoo tergugu sendiri. []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top