September - Day 10

Takahiro tidak pernah merasa semarah ini.

MHS Project © Sinhres
Haikyuu!! © Furudate Haruichi
Cerita ini © KelinciAjaib
Slice of life, Friendship, Romance, Drama (bit), Humor (gagal)

Takahiro bersemangat memulai harinya.

Harus dong!

DUNIA! HARI INI FINAL LAWAN SHIRATORIZAWA!

Latihan mereka selama ini memang untuk dipakai melawan rival paling berat mereka. Siapa lagi kalau bukan Akademi Shiratorizawa.

Plus, Tooru dan Hajime yang emang sudah benci sampe inti bumi yang selalu nanam bibit-bibit kebencian untuk anak setim.

Makanya, kemarin ketika berhasil mengalahkan Karasuno di penyisihan Interhigh, Tooru dan Hajime makin kenceng didik anak buahnya untuk nyeparta demi mengalahkan si Ushiwaka.

Karena Takahiro udah masuk tim semenjak kelas satu, bareng sama Tooru dan Hajime, dia ngerti kenapa pasangan Setter-Ace itu ngebet banget ngalahin si kidal.

Ya orang selama ini Seijoh gatot mulu.
Dijadiin bulan-bulanan anak-anak Shiratorizawa.

Geh, kesel banget rasanya.

Makanya, persiapan hari ini udah komplit pokoknya.

Tidur cukup.

Makanan bergizi udah.

Kondisi fisik, bacchiri!!☆

Takahiro melangkah penuh semangat buat briefing di sekolah sebelum menuju Stadion Kota Sendai.

=00=

Aura pertandingan menguar tajam.

Kalau kata cebolnya Karasuno; aroma Salonpas.

Pendukung sekolahnya udah teriak-teriak semangat di tribun, termasuk fans-fansnya Tooru.

Eh, tunggu dulu...

Takahiro naruh botol minumnya dan berjalan mendekati tribun. Matanya memicing demi mendapat visual anti-buram dari sosok yang ia perhatikan.

Sosok itu terus saja berteriak semangat tanpa peduli Takahiro di bawah cengo kehilangan kata.

Aduh, Takahiro terharu nih.

Dia ngambil napas, dan berteriak sambil nyengir lebar,

"INOUE KAMU BENERAN DATENG YAH!"

Yang dipanggil mematung awkward.

Semua atensi mendadak jatuh kepada dua orang beda ekspresi ini.

"MAKASIH YA!"

Penonton di tribun mendadak bisik-bisik tetangga. Eh apa nih apa nih? Ada pacar yang dateng nyemangatin cowoknya??

CIE--

"Eh iya..."

Saku cepet-cepet telepati Takahiro lewat tatapan mata.

"DIEM GAK!?"

Takahiro nelengin kepalanya, bingung. Tapi dia ikutin aja maunya Saku yang entah kenapa beda banget emosinya sama yang tadi teriak-teriak.

Saku nutupin muka pake hoodie jaketnya. Sial, malu abis. Dasar cepak sialan.

Orang niatnya dateng nonton itu mau ngasup Tooru, kok malah demit yang dateng sih?

Saku balik lagi ngeliatin objek paparazzi-nya yang mesem-mesem heboh.

"EH MAKKI PACARMU NONTON YAH?"









Poteq

Poteq hatiq bang

Saku nangis imajiner.

"Untung kamu ganteng..."

Takahiro yang dengar Tooru ngomong begitu diam saja. Sontak membuat ketiga sohibnya melongok penasaran.

Lah, kenapa ini anak?

Takahiro minum sambil pasang muka serius,

"Bukan Oikawa. Dia bukan pacarku."

Ketiga cogan di sana saling pandang. Issei menatap tajam.

Takahiro lanjut ngomong,

"Soon."

Terus nyeringai dan langsung pergi buat latihan servis.

Issei yang dengar langsung nimpuk sohibnya itu pake botol minum di tangannya.

"Ganjen. Ketauan papanya, mampus kau."

"Eheheh... CANDAA DOANG YA AMPUN"

Issei menatap sohibnya yang lagi servis. Barusan tawanya Takahiro aneh banget.

Hm, Issei jadi curiga.

=00=

Ah, Takahiro nyesel kenapa tadi sebelum tanding dia pake acara becanda segala.

Tribun sekolahnya sepi, padahal masih banyak orang di sana.

Semuanya cengo dan kecewa menatap papan skor di sebelah juri.

Wasit yang meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan menjadi satu-satunya yang bersuara sebelum tribun milik Shiratorizawa bergemuruh hebat.

Gagal lagi.

Padahal ini tahun terakhirnya!

Takahiro mendecakkan lidah. Dadanya sakit. Tubuhnya sakit. Pikirannya berkecamuk.

KALAH LAGI!

Tooru di posnya menatap seberang lapangan dengan berang. Badannya diam namun batinnya tak ubahnya Hajime yang sudah memukul lantai keras-keras. Keduanya marah dan emosi.

Saat bersalaman dengan pemain lawan, pikiran Takahiro sudah tidak fokus.

Entah apa setelah itu, ia tidak bisa ingat.

Tahu-tahu saja ia dan rekan-rekan sudah terbujur suram di lorong.

Tidak ada yang bersuara hingga beberapa anggota di tribun datang dan menepuk punggung mereka. Memberi dorongan semangat.

Takahiro ijin ke toilet setelah dirasanya kakinya tidak lagi gemetar kelelahan. Bohong kalau ia tidak marah.

Takahiro tidak pernah merasa semarah ini sebelumnya.

Ia belok ke taman. Tiba-tiba malas ke toilet karena ternyata dipakai oleh anggota tribun Shiratorizawa.

Udara panas menyengat kulitnya yang tidak terbalut jersey toska. Takahiro berjalan menapaki tanah berbatu di bawah naungan pepohonan.

Di satu sudut taman, ia menemui tiga sosok manusia.

Cih, berandal-berandal yang mengambil kesempatan modus ternyata.

Takahiro hendak berbalik tapi dihentikannya karena objek berandal-berandal itu yang tiba-tiba menjerit kecil.

"Tolong!"

Takahiro terkesiap. Itu Saku. Ia mendadak berderap cepat mengamit lengan cewek yang malang itu.

"Ayo pergi!"

Takahiro menggenggam tangan Saku yang terkejut. Salah satu berandal tadi menghalaunya. Takahiro menatap tajam pecundang di depannya.

"Jangan ganggu pacarku." Katanya dalam.

Saku membelalaknya matanya.

Ketiga berandal tadi mendecih sebal lalu melengos pergi dari sana.

Takahiro juga pergi sambil masih menggandeng Saku yang terdiam.

Setelah masuk lagi ke dalam gimnasium, Takahiro berhenti. Saku menatap bingung si cowok cepak yang mendadak pendiam.

Beda sekali dengan yang tadi di awal.

Saku menarik pelan jersey Takahiro dengan tangannya yang bebas.

"Hanamaki? Bisa tolong lepas tanganku?"

Takahiro berbalik, segera melepaskan tangan kanan Saku. Saku mengucap terima kasih, namun Takahiro tetap diam.

Entah kenapa Saku tahu, Takahiro sedang kecewa dan emosi akan hasil pertandingan barusan. Ia perlahan mengangkat tangannya, menyentuh surai kecokelatan Takahiro dan mengusapnya.

"Bersemangatlah... Hanamaki.."

Takahiro gantian terkesiap. Saku tersenyum sambil mengusap kepalanya.

Tanpa sadar, Takahiro memeluknya.

"Iya."

Saku gelagapan dalam rengkuhan itu. Terlebih suara Takahiro saat menjawabnya begitu dalam dan dekat di telinganya.

Saku berusaha melepaskan pelukan itu, namun Takahiro mencegahnya.

"Tolong kali ini saja. Aku butuh tempat untuk menenangkan diri"

Lagi.

Suara Takahiro membuat Saku salah fokus.

Akhirnya Saku menyerah. Dia membiarkan cowok itu merengkuhnya lebih lama.

Aroma keringat yang menempel di jerseynya entah kenapa tidak mengganggunya. Jadi begini bau Takahiro?













Enak--

--Eh, apasih?

Saku makin salah fokus.

Akhirnya entah berapa lama, Takahiro melepaskan pelukannya. Wajah Saku entah sudah semerah apa, karena ia langsung menundukkan kepalanya.

Wajah Takahiro lebih baik. Ia menatap Saku yang terdiam menunduk. Ia menyeringai.

"Aku tau kamu salfok tadi."

Saku pengen banget nyepak Takahiro sekarang.

Tangan Takahiro terjulur, mengacak-acak rambut hitam Saku yang diurai.

"Lepasin, cepak!!"

Saku melotot pada Takahiro dengan wajah yang masih merah.

"Tuh kan bener!"

"Cerewet ah!"

Takahiro terkekeh melihat Saku yang salting di depannya. Yawla unyu abis.

"Makasih ya. Udah dateng. Udah biarin aku charge semangatku."

Mendadak Saku ngerasa bersalah. Dia kan dateng demi Tooru. Tapi Takahiro kelihatan seneng banget. Saku jadi nggak enak mau ngomongnya.

"Iya."

Akhirnya cuma itu kalimat yang keluar dari mulutnya.

Takahiro ngajak Saku balik ke tempat anak-anak sekolahnya. Saku nolak, dia bilang mau langsung pulang bareng sahabatnya.

Takahiro manggut-manggut. Melambaikan tangan saat Saku berbalik pergi.

Saat sudah jauh dari Takahiro, Saku narik napas panjang-panjang.

HAHHH GILA AJA KEK MAU MATI AJA RASANYA

Sial, masa jantungnya poco-poco lagi barusan?

Bersambung...

Funfact today :
> Saku sering stalk Oikawa ke manapun (kecuali toilet) demi ngumpulin asupan
> Kadang Saku bawa kamera biar makin ajib ngasupnya

Eh, astaga cheesy banget :")

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top