October - Day 26 (pt. 2)
Memori Takahiro semalam berkelebat ramai di kepalanya. Sial benar Tooru.
Tidak bisakah semalam ia tenang dan tidak perlu mengatakan hal menyebalkan itu?
Rasa kesal perlahan-lahan lenyap bersamaan elusan hangat tangan kecil di punggungnya.
"Tidak apa. Keluarkan saja. Hanya ada aku di sini..."
MHS Project © Sinhres
Haikyuu!! © Furudate Haruichi
Cerita ini © KelinciAjaib
Slice of life, Friendship, Romance, Drama (banget), Humor (gaada kayaknya)
Pertandingan kedua sekolah mereka sudah dimulai. Rasanya Takahiro masih belum puas menendang tulang kering Issei.
Apa-apaan tadi main ngoceh soal Saku di depan adkelnya?
Pengen banget dipecat aja jadi sahabat.
Tapi jangan deng. Issei pinter soalnya, kan bisa dimanfaatkan.
Huehuehue
Saku di bangku tribun sedikit tidak fokus. Degemnya sampai nanya berulangkali, apa Saku sakit, tapi selalu dijawab nggak papa.
Apanya yang nggak papa.
Muka merah.
Badan panas.
Demam atuh, kak!
Bukan ya Dewa... Saku teriak dalam hati. Bukan itu, dia cuma... Cuma... Bingung.
Saku sendiri nggak paham dirinya kenapa.
Tiap melihat Tooru selama ini, Saku pasti berbinar-binar dan semangat. Ya soalnya, emang dari pertama ngeliat Tooru emang ganteng banget huhu... Saku langsung suka lihatnya.
Tapi setelah mendengar omongan kakak sepupunya tadi, Saku jadi salting sendiri.
Padahal harusnya dia biasa aja menanggapinya. Tapi...
Tiap melihat Takahiro sekarang, sensasinya sama ketika ia melihat Tooru dulu sewaktu diawal.
Nggak berani natap, berdebar-debar kayak bunyi hati waktu deketan sama gaban kondangan.
Jedak jeduk jedak jeduk
Karena itu, Saku langsung balik badan kabur setelahnya. Tidak mengindahkan suara Takahiro yang manggil-manggil.
Entah kenapa rasanya--
--malu.
=00=
Paruh kedua berjalan tanpa Saku sadari. Jemarinya yang lihai memencet tombol foto mulai kehilangan frekuensi jepretannya.
Saku sempat menatap ke kerumuman anggota tim sekolahnya saat peluit paruh pertama tadi dikumandangkan.
Sosok pertama yang ia lihat Takahiro. Nggak tau juga kenapa Saku auto fokus, tapi wajah cowok itu sedikit menyiratkan kesal karna paruh pertama tadi gagal mencetak set-point.
Tiga degem di sebelahnya juga mendesah kecewa, namun kembali berteriak-teriak menyemangati.
Di paruh kedua ini, timnya unggul. Kyoken yang emang punya daya pukul mantab jiwa banyak banget membantu sayap kanan.
Nggak perlu lama-lama, berkat servis Tooru, timnya berhasil merebut set-point di paruh ini.
Namun paruh ketiga berjalan lambat. Saku harap-harap cemas, terlebih ketika ia melihat Kyoken yang bertengkar dengan sesama timnya di tempat cadangan.
Saku bergumam khawatir,
"Kumohon, jangan jatuhkan bolanya!"
=00=
Saku tidak sadar akan pelupuknya yang basah.
Di bawah tribun, tim sekolahnya mengucapkan terima kasih atas dukungannya dengan wajah-wajah suram.
Kalah.
Relay terakhir mereka kalah.
Takahiro tidak menatapnya sama sekali seperti pertandingan-pertandingan sebelumnya. Ia langsung pergi begitu saja mengambil bawaannya dan keluar dari lapangan.
Degemnya mengajaknya pulang, namun Saku mendadak berlari berlainan arah.
"Duluan saja! Nanti aku pulang sendiri!"
"Eh? Yang benar kak??"
Suara adik kelasnya hilang, Saku terus menerobos kerumunan penonton.
Ia berhenti saat gerombolan tim volinya duduk kelelahan di lorong stadion. Tooru dan beberapa adik kelas tidak ada di sana.
Saku menghampiri sepupunya, tersenyum memberi semangat.
Di sebelahnya Takahiro diam. Nampak sekali kelelahan karena telah bermain full-set.
Saku berdiri di depannya, Takahiro menoleh kepadanya, menyeringai geli.
"Maaf, kami kalah. Makasih udah datang menyemangati."
Saku mengangguk. Ia ingin mengucapkan beberapa patah kata, namun ia urungkan.
Rasanya sungkan.
"Ya sudah.. Tetap semangat ya, aku duluan..."
Hanya kalimat itu yang berhasil Saku keluarkan.
Takahiro tersenyum, melambaikan tangan saat Saku pamit undur. Issei juga melambaikan tangan.
=00=
Entah kenapa wajah Tooru mendadak mengeluarkan aura ibu tiri sesaat setelah kembali dari ke toilet.
Takahiro yang curi-curi dengar dari curhatan Tooru pada Hajime cuma bisa cengo.
Yaela, Tooru kesal karena barusan ketemu Ushijima Wakatoshi yang seakan-akan ngomong timnya cupu karena kalah dari Karasuno.
Sialan, mulutnya minta disambit wasabi.
Takahiro nepuk pundak Tooru, udahlah gausah dipikirin.
"Mending sekarang kuy ke kedai ramen. Tadi kau janji traktir kan? Shoyu, Tonkotsu, Tantanmen?"
Tooru manyun.
Yeu, mentang-mentang servisnya tadi banyak miss.
Dasar temen tisu.
Raut muka tim voli mereka membaik saat kumpul makan di kedai ramen. Tooru malah sebaliknya.
Dia teriak-teriak sampai Hajime pusing sendiri gimana caranya nyumpel itu mulut empunya yang mabok air mineral.
Demiapa mabok air mineral demiapa
Selesai makan, junior mereka pamit pulang duluan. Tinggal mereka berempat sekarang.
Tooru mendadak ngomong serius, Takahiro yang mencium bau-bau sedih langsung bungkam mulut Tooru pakai gyoza.
Hm, ena, eh tapi--
"--Makki! Biarin aku nyelesain kalimatku napa!?"
Takahiro mendecih sebal. Padahal suasana ini sudah bagus. Jangan dibumbui angst napa.
Tooru menghadap ketiga temannya. Ia membungkuk perlahan.
"Terima kasih, untuk tiga tahunnya."
Sialan Tooru. Takahiro pengen nangis rasanya.
=00=
Hari Sabtu Takahiro niatnya dipakai buat leyeh-leyeh di rumah. Weekend biasanya memang nggak ada latihan. Lagipula dia mana ada latihan juga kan sudah pensiun.
Sialan Tooru season dua.
Tapi niat cuma niat kalo dihadapkan pada realita.
Ibunya tega nggak ninggalin makanan di rumah.
Ya dewa, laper.
Dengan langkah malas, Takahiro keluar rumah dengan gontai. Mencari barang satu kafe untuk membuat perutnya kalem dengan sumpelan kue sus manis.
Takahiro menjatuhkan pilihannya pada satu kafe yang nampak sepi. Kue sus yang terpampang di daftar menu di depan kafe membuat perutnya makin berisik.
Takahiro duduk di samping pintu masuk, dekat jendela. Tidak ada niat berlama-lama. Hanya ada satu pengunjung perempuan di pojok belakangnya yang duduk memunggunginya.
Takahiro menatap jalan lewat jendela. Kata-kata Tooru terngiang kembali dalam ingatannya.
Rasanya kesal sekali karena perjuangan tiga tahun selama ini selalu saja gagal. Mustahil mereka pergi nasional.
Takahiro mengacak rambut kecokelatannya. Bahkan kue sus kesukaannya menjadi hambar saking frustrasinya.
Telinganya tidak sadar akan suara familiar yang memanggilnya. Takahiro masih sibuk berdelusi, hingga pundaknya ditepuk pelan oleh tangan asing.
Takahiro membelalak.
"Ternyata beneran Makki toh!"
"Inoue?"
Saku mengangguk semangat. Ia duduk di kursi hadapan Takahiro.
"Aku tadi sempet lirik ke belakang, ada cowok cepak yang mirip kamu, ternyata itu kamu ya."
Oh, jadi pengunjung perempuan tadi itu Saku.
"Inoue sendiri, lagi apa?"
Saku tertawa hambar. "Aku janjian ke sini bareng teman, tapi semenit yang lalu dia kirim pesan nggak jadi datang."
"Makki sendiri?" Lanjut Saku.
Takahiro menunjuk kue susnya, "Perutku perlu asupan."
"Aku baru tau kamu suka yang manis-manis."
Iya, kayak kamu. - Hanamaki Takahiro di dalam hati.
"Makanan manis membuatku lupa masalahku sejenak." Takahiro mengendikkan bahu.
Saku terdiam sebentar. Matanya menatap Takahiro dalam.
"Makki ada masalah?"
Takahiro diam. Bukan tak mau menjawab, hanya bingung apakah kesal dengan yang sudah lewat itu sebuah masalah.
"Jangan-jangan soal pertandingan kemarin?" Tanya Saku lagi.
Takahiro memilih menatap jalanan lagi.
Saku gemas, ia mendadak merasa simpati. Ikut merasakan kesedihan Takahiro.
Meja yang mereka tempati bentuknya bundar, kecil. Saku berdiri dan merengkuh tubuh menjulang yang terkejut. Tangannya mengusap-usap punggung Takahiro, mencoba menyalurkan perasaan tenang.
"Tidak apa..." Bisik Saku.
Takahiro yang terkejut hanya diam. Sejujurnya tidak menyangka cewek ini akan memeluknya.
"Lepaskan semua kekesalanmu, ada aku di sini..."
Seketika ia teringat akan pertandingan final melawan Shiratorizawa.
Ia memeluk Saku waktu itu. Ia sangat butuh tempat untuk menenangkan diri, dan tanpa sadar ia memeluk perempuan yang bahkan bukan siapa-siapanya.
Takahiro membalas Saku dengan anggukan.
Pelukan Saku selalu membuatnya tenang. Namun pelukannya dulu dan sekarang berbeda.
Dulu ia memeluk orang yang bukan siapa-siapanya.
Sekarang ia memeluk orang yang paling berharga di hidupnya.
Bersambung...
Drama banget kan? Monmaap ya, habis baper rewatch animenya sih :")
Tebar garem huehuehue
Ada yang kangen? //g
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top