0.44
Kebenaran yang dikatakan Yoomi di Perusahaan, membuat Jungkook terus saja menghardik dirinya sendiri. Bagaimana bisa, ia membuat Jihyo tertekan saat ada buah cinta mereka yang akan sedang tumbuh? Sungguh, Jungkook tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika Jihyo tidak baik-baik saja.
Alhasil, ia yang telah mengetahui jika Jihyo akan menuju Busan hari ini, membuat Jungkook tanpa berpikir panjang, pergi ke stasiun. Berharap, kereta yang akan menuju Busan belum berangkat. Walaupun itu adalah harapan yang sangat kecil, sebab Yoomi tidak mengetahui keberangkatan Jihyo dengan detail. Bahkan, Yoomi tidak tahu alamat rumah kerabat Jihyo di Busan.
Dengan helaan napas frustasi, Jungkook meremas kuat pada kemudi. "Jihyo, jangan pergi," gumamnya dengan lirih.
Sungguh, pikiran Jungkook kini berkecamuk. Ia seperti pria tidak waras tanpa haluan. Ada rasa takut yang terus menjalar dalam dirinya, dan membawa ke masalah yang semakin parah lagi. Bahkan, masalah itu menjadi hambatannya menuju stasiun, karena mobilnya yang mendadak oleng dan menabrak pengemudi lain.
Jungkook mengumpat dan memukul kemudi dengan kasar. Hingga, ia memutuskan untuk keluar dari mobil untuk menyelesaikan masalah ini. Tentunya, ia tidak bisa lari dari tanggung jawab dan berharap, sang pemilik mobil akan memahaminya.
"Oh sial! Apa kau tidak waras dengan menabrak mobilku? Untung saja, aku dan Kakakku baik-baik saja! Jika tidak---"
Pria itu tidak melanjutkan ucapannya saat berpapasan dengan Jungkook. Bahkan, Jungkook pun dibuat terkejut melihat eksistensi Mylan di hadapannya.
"Mylan---"
Bugh!
Mylan langsung memberikan pukulan bertubi-tubi pada Jungkook. Kedua tangan kekarnya benar-benar sudah gatal sejak dulu, dan melihat wajah Jungkook, membuat nafsu dalam dirinya langsung meletus begitu saja. Berakhir, membuat Jungkook langsung tersungkur mengenai aspal.
"Kau pria pecundang, Jung! Kau brengsek!" umpat Mylan yang tidak sampai di sana saja. Aktor terkenal itu, belum bisa tenang dengan hanya satu pukulan. Terbukti, saat ia kini duduk di bagian perut Jungkook dan meraih kerah kemeja Jungkook, lalu menghujaminya pukulan bertubi-tubi.
Mylan sekarang ini, dikelilingi nafsu untuk melenyapkan orang lain. Bahkan, saat Jungkook tidak diberi kesempatan untuk melawan, karena ia tidak berdaya lagi.
Alhasil, seorang wanita yang berada di dalam mobil Mylan dan tidak lain adalah Myonsoo, buru-buru keluar dari mobil. Ia ingin menghentikan adiknya yang tidak terkendali dan bisa-bisa, membunuh pria yang ia tidak kenali.
"Mylan! Berhenti!" pekik Myonsoo. Namun, Mylan sudah dibuat buta dan tuli melihat Jungkook dari dulu hingga sekarang.
Melihat adiknya yang tidak bisa dihentikan melalui kata-kata, membuat Myonsoo langsung menarik Mylan dengan paksa. Hingga, keduanya membuat jarak, walau Myonsoo harus mengeluarkan seluruh tenaganya, sebab Mylan yang kuat dan keras kepala.
"Kak, menyingkirlah! Aku ingin membunuh pria itu!" pekik Mylan kesal, saat sang kakak menghentikannya.
Jungkook yang mendapati pukulan bertubi-tubi pun, dibuat tidak berdaya. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit dan perih. Ia pun masih terlentang di atas aspal, tetapi masih bisa mendengar Mylan dan seorang wanita yang tengah berdebat.
"Jangan menjadi pria bodoh, Mylan!"
"Aku tidak peduli, Kak! Dia harus kubunuh saat ini juga---"
Plak!
Myonsoo memberikan tamparan keras pada pipi Mylan. Ia tidak peduli lagi dan ingin menyadarkan adiknya yang berjalan di luar batasan.
"Apa kau tidak sadar atas apa yang kau lakukan, hem? Kau ingin membunuhnya? Di mana akal sehatmu, Aktor Mylan?" ucap Myonsoo dengan menahan kekesalannya. Lantas, menunjuk Jungkook yang perlahan bangkit.
"Menyerang seseorang secara tiba-tiba itu, adalah sikap pria pecundang! Jadi, jangan melakukan itu, Mylan …." Myonsoo menggeleng dengan pelan. Hal itu, ampuh membuat Mylan perlahan tenang dengan napas yang tersengal-sengal. Mereka, menatap Jungkook yang perlahan berdiri dengan rasa sakit yang menjalar pada tubuhnya. Bahkan, sesekali menyeka darah yang telah mengalir di sudut bibirnya.
Dengan senyum yang tampak di bibir, Jungkook mendekat dengan sempoyongan---seluruh tubuhnya yang menjadi penggerak, sangat sakit.
"Argh! Aku sudah menyadarinya, Mylan. Aku sudah menyadari semua kesalahanku---"
"Baru sekarang kau menyadarinya, Jung? Di mana kau selama ini?" tanya Mylan dengan menyipitkan kedua matanya.
Mendengar perbincangan itu, membuat Myonsoo baru sadar, soal pria yang mau dihabisi oleh Mylan adalah Jungkook, suami dari Jihyo. Pantas saja, Mylan membabi buta. Ia jadi mengerti sekarang. Sebab awalnya, ia hanya mengira jika Mylan marah, karena perkara kecelakaan yang bisa dibicarakan dengan baik-baik ini.
Jungkook sontak menyeka darah yang terus saja mengalir di sudut bibirnya, lantas kembali menatap Mylan yang berusaha menahan amarahnya. "Mylan, aku memang salah. Untuk itu, aku meminta maaf dan akan memperbaiki keadaan ini."
Pun, Mylan dibuat tertawa mendengarnya. "Memperbaiki keadaan? Itu lucu sekali, Tuan Jeon Jungkook," katanya yang kemudian menatap Jungkook dengan datar. "Apa yang ingin kau perbaiki, hem? Semuanya telah terlambat, Jung. Jihyo sudah pergi dan itu karenamu!"
"Mylan!" Myonsoo menyela tutur kata adiknya yang membuat Mylan tersenyum lirih.
"Aku tahu, Mylan. Ini semua karenaku. Itu dia, aku ingin memperbaikinya. Aku … aku akan bercerai dengan Kaylie. Kaylie sudah mengetahui semuanya," ucap Jungkook dengan lirih.
Sekejap, Mylan terpaku saat mendengarnya. "Kaylie mengetahuinya?"
Jungkook mengangguk. "Kaylie menyuruhku untuk menemui Jihyo dan Kaylie'lah yang memintaku untuk mengurus perceraian itu, karena pada dasarnya, aku hanya mencintai Jihyo. Aku … aku tidak bisa hidup tanpa Jihyo."
"Aku menyesali dengan tidak berkata sebenarnya pada Kaylie dan tidak menghentikan Jihyo pada malam itu. Bahkan, aku melukainya dengan mengatakannya sebagai sekretarisku. Aku benar-benar menyesal." Lantas Jungkook terduduk di atas aspal dan terisak. Melupakan rasa sakit di seluruh tubuhnya, karena pukulan Mylan.
Melihat Jungkook seperti itu, sontak membuat Mylan mengalihkan tatapannya menatap objek lain. Rasa kesalnya, masih membuncah dalam dirinya. Sementara Myonsoo, bingung untuk melakukan sesuatu. Namun, yang ia lakukan saat ini adalah mencoba memberi pemahaman pada adiknya, di mana Jungkook perlu memperbaiki keadaan.
"Mylan, Jihyo masih butuh Jungkook. Hanya Jihyo yang akan memberikan Jungkook sebuah hukuman. Tidakkah kita egois jika menghambat Jungkook ingin memperbaiki kesalahannya?" Myonsoo menambahi dengan lembut.
Alhasil, Mylan dibuat berpikir keras, hingga sang aktor menghela napas dan kini mensejajarkan diri pada Jungkook. Bahkan, Mylan memegang pundak Jungkook.
"Aku sangat membencimu, Kook. Dari dulu, tetapi aku tidak bisa egois. Untuk itu, lakukan apa yang menurutmu harus dilakukan," ucapnya kemudian mengangguk. "Dan kabari jika kau berhasil memperbaiki keadaan itu. Karena jika kau berhasil, aku akan mengangkat gelasku untuk kebahagianmu."
Jungkook yang terisak, sontak menatap Mylan dengan tanda tanya. Akan tetapi, Mylan hanya membalasnya dengan sebuah senyum sederhana. "Aku tidak akan membencimu lagi, Kook. Aku sudah malas melakukannya. Lebih baik, berteman'kan?"
Mendengarnya, membuat Jungkook mengangguk, walau luka dibeberapa tubuhnya terasa perih. Setidaknya, pertikaiannya dengan Mylan yang bermula dari kisah cinta bersama Kaylie hingga Jihyo, akan mereda dan berganti dengan ikatan pertemanan.
Untuk itu, Jungkook akan berusaha untuk memperbaiki semua keadaan ini.
***
Dengan keadaan yang tidak baik, Jungkook segera menuju Busan dengan mengendarai mobilnya. Memang, ia bisa saja naik kereta untuk mempersingkat waktu. Akan tetapi, ia tidak bisa menunggu jadwal bertolak ke Busan. Ini pun, saran dari Mylan. Sehingga, ia memilih jalan alternatif dengan berkendara sendiri, menuju Busan dengan kecepatan tinggi.
Tidak peduli dengan seluruh tubuhnya yang babak belur, karena ulah Mylan. Dipikirannya, hanya dipenuhi dua pertanyaan. Kapan ia bisa tiba di Busan dan kapan ia bisa menemui Jihyo?
Untung saja, Mylan dengan baik hati memberikan alamat kerabat Jihyo di Busan, sehingga ia akan langsung ke tempat itu. Tidak bisa ia bayangkan, akan kembali memeluk dan bersama Jihyo.
"Aku pasti akan menemukanmu, Jihyo!"
"Kita akan kembali bersama. Seperti ikrar kita saat pernikahan."
Ia mengangguk mantap, sembari menyalakan radio mobil untuk menemaninya. Setidaknya, ia akan mendengar suara dan tidak merasa sendirian, entah ia akan mendengar berita harian atau musik.
Dan, Jungkook dapat merasakan telinganya langsung berdenyut, karena suara radio mobil yang memekik. Akan tetapi, itu tidak lama dan kini terdengar suara dari radio mobil untuk menemaninya.
"Hari ini, sebuah kereta api telah menabrak kereta lain dengan tujuan Seoul ke Busan dan melukai 157 orang."
Tbc.
Aku nggak tahu ini gaje ato gimana. Akan tetapi, semoga menghibur kalian.
Gimana menurut kalian?
Tim Happy Ending atau Sad Ending, nih?
Coba komen😀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top