0.37
Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Padahal, baru kemarin Jihyo merasakan honeymoon yang menyenangkan bersama Jungkook di Verona. Bahkan, Jihyo masih merasakan bagaimana destinasi di Verona membekas hati. Tidak membuat kedua mata, benak dan lubuknya bosan saat mencoba mengingat semua momen melalui diari yang tebal dan penuh itu.
"Astaga, aku tidak pernah menyangkanya," kata Jihyo yang kemudian terkekeh saat mengamati diarinya. Jari-jemari lentiknya terus berpusat pada diarinya dan berhenti mengamati potret ia dengan sang suami yang berciuman---menjadikan dinding kaca yang menampilkan indahnya semesta jika malam hari dengan pancaran rembulan.
Membuat kedua bibirnya tidak berhenti untuk merekah. Bahkan, saat sebelum mengambil potret ini, Jungkook dibuat kelimpungan mengatur jarak dan pencahayaan yang pas. Begitu lucu saat Jungkook yang dulunya terlalu kejam seperti devil, mendadak mengagumkan seperti angel. Apalagi, saat ia yang merengek ingin tertidur karena kantuk seketika bertamu. Alhasil, setelah potret itu terabadikan, ia dan sang suami langsung memejamkan mata dengan posisi saling berpelukan di atas sofa.
Sungguh, Jihyo tidak mengingat awal mula posisi itu terjadi, karena yang jelasnya, ia berada diposisi yang amat dekat dengan Jungkook saat pagi mulai menyapa.
Dan jujur, Jihyo tidak bosan tersenyum saat mengamati potret itu. Bahkan, membuatnya tidak menyadari satu hal.
"Mom!" Buru-buru Jihyo menyimpan diari itu di dalam selimut saat menyadari suara putri kecilnya yang menggema, lantas merubah posisi yang tadinya berbaring menjadi duduk sembari merapikan rambutnya yang lumayan berantakan.
Jihyo menarik napas panjang yang kemudian menghembuskannya dan tersenyum. "Kenapa tidak mengetuk pintu? Maksud Mom, itu sangat tidak sopan saat memasuki kamar seseorang. Harus ketuk pintu dulu dan meminta izin," katanya berusaha memberikan penjelasan yang baik pada Moni yang kini mendekat ke arahnya.
Moni yang mendengar tutur kata berupa nasihat itu, membuat kepalanya mengangguk paham. "Moni tidak akan melakukan itu. Maafkan Moni, Mom," katanya. Beriringan dengan Jihyo yang merengkuh kedua jemari Moni dan membawa tubuh gadis mungil itu ke dalam pelukannya.
"Ah, Mom sangat menyayangimu," ujar Jihyo tidak main-main dengan ucapannya. Ia benar-benar menyayangi Moni---melebihi dirinya sendiri. Manalagi, hanya Moni yang menemaninya melakukan sesuatu hal karena kesibukan suaminya di perusahaan dan Jiah yang tidak bisa melakukan hal berat setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit selama dua hari. Kata dokter, Jiah terus membebani pikirannya dan itu berpengaruh pada perkembangan bayinya.
Bahkan, Jihyo harus mengetahui satu hal di mana Yeonjun berada di Barcelona untuk mengurus kuliah dan penjadwalan wisudanya. Membuat Jiah menyuruh ia dan keluarga untuk bungkam mengenai permasalahan ini. Mengharapkan agar Yeonjun tidak terbebani dan merasa bersalah di negara sana.
Akan tetapi, Jiah kini keluar dari Rumah Sakit dan mulai menjalani aktivitas pada umumnya dengan kadar sebatasnya, membuat Jihyo amat bersyukur di mana tidak ada yang perlu dikhawatirkannya lagi.
Moni yang mendapatkan perlakuan hangat dari wanita yang ia sayangi sontak melepaskan pelukan dan mencium sebelah pipi Jihyo. "Aku juga, sangat menyayangi Mom. Melebihi apapun. Termasuk Dad---"
"Owh begitu, hanya Mom, yah?" Seseorang yang tidak pernah mereka bayangkan kini berada di antara mereka berdua, membuat keduanya cukup terkejut. Tidak terkecuali dengan Jihyo. Mengingat, Jungkook mengirim sebuah pesan yang berisi; Akan kembali sangat larutn, karena ia harus fokus untuk menyiapkan pesta nanti malam dalam rangka suksesnya proyek yang dihimpungnya.
Detik selanjutnya pun, Jihyo mengingat di mana Jungkook mengajaknya untuk menghadiri pesta nanti malam. Akan tetapi, Jihyo belum mempersiapkan dirinya—gaun dan keperluan lainnya. Ia baru mengingat hal itu saat melihat wajah Jungkook yang masih betah dengan ekspresinya.
“Tidak. Aku hanya sayang dengan Mom.” Sambil menjulurkan lidahnya pada sang ayah. Membuat Jungkook jengkel dan berakhir ingin memberikan Moni sebuah pelajaran. Akan tetapi, Moni kini bersembunyi di belakang Jihyo. Alhasil, Jungkook kini berada di hadapan Jihyo yang merasakan goncangan hebat di atas kasur empuk karena dua manusia yang membuatnya pusing saja.
“Dad jelek sih,” celetuknya.
“Ais, anak ini!”
“Hei, hentikan! Kalian berdua akan jatuh.” Bukannya berhenti, keduanya tetap gencar untuk melakukannya. Hingga di mana Jungkook berhasil membuat Moni memohon ampun atas kesalahannya saat Jungkook memberikan gelitikan tanpa henti. Jihyo yang dapat melihatnya, memilih menggelengkan kepalanya dan menoleh ke arah jam dinding. Hal itu, membuat Moni dan Jungkook langsung saling memberikan tatapan tersirat—diiringi saat Moni berbisik dan terdengar di pendengaran Jihyo yang membuat sang empu lansung menoleh pada dua manusia yang kini terduduk—memberikan tatapan penuh makna, tetapi tidak ia ketahui.
“Ada apa? Kenapa kalian menatapku seperti itu?” tanyanya. Bukannya menjawab, Jungkook dan Moni malah tersenyum kecil yang berlanjut dengan keduanya yang mendekati Jihyo kendati menggelitik pinggang ramping itu. Ampuh membuat Jihyo tidak berdaya karena menahan kegelian yang ada. Apalagi, hal tersebut berlangsung cukup lama. Membuat Jungkook maupun Moni, mengakhiri kejahilannya dan memilih berbaring bersama Jihyo dengan napas yang tersengal-sengal seraya memejamkan mata. Posisi di mana Moni berada di tengah dengan Jihyo berada di sisi kanan dan Jungkook yang berada di sisi kiri.
“Moni sangat bahagia.”
“Ini yang Moni harapkan. Merasakan kembali kehangatan dalam keluarga dan melihat Dad bahagia. Moni loves Mom and Dad,” katanya menambahi. Membuat Jihyo dan Jungkook memberikan amatan dengan memiringkan badan lantas memberikan sapuan tangan begitu lembut.
“Terima kasih karena telah memahami Dad dan Dad minta maaf jika selama ini, membuat Moni merasa kesepian.” Jungkook berujar lirih. Namun, dengan kilat Moni menggeleng dan tersenyum tulus menatap langit-langit rumah.
“Seharusnya, Moni yang mengatakannya. Moni yang harusnya berterima kasih karena Dad selalu bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja dan memberikan serpihan kebahagian dalam keluarga setelah sekian lamanya. Bahkan, Moni juga yang seharusnya meminta maaf karena selalu menyusahkan Dad ataupun Mom selama ini,” kata Moni dengan lirih disertai dengan senyum tipis yang terlihat. Jungkook hanya memberikan pelukan hangat serta kecupan ringan di pucuk rambut putrinya dengan Jihyo yang mengelus hangat punggung Moni.
Membuat Moni begitu nyaman dan berlanjut hanyut dalam alunan mimpi yang indah.
***
Waktu kenyataannya lebih cepat berlalu. Tidak sangka-sangka, saat kini bertepatan di mana ia harus menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh Jeon Corp atas kesuksesan perilisan proyek tablet mode terbaru mereka dengan nama 'JC Next Out'. Proyek yang mengalami penundaan jadwal perilisan karena suatu hal yang benar-benar mendesak.
Akan tetapi, peristilahan soal akan ada pelangi setelah badai, memang dijunjung tinggi oleh pimpinan Jeon Corp setelah menilik saham perusahaan yang tiba-tiba melonjak naik cukup drastis---di luar dari prasangkanya dengan pihak yang menjadi partnert kerjanya. Oleh karena itu, Jungkook mengadakan pesta untuk merayakan kesuksesan tim perusahaan dalam proyek ini.
Dan yeah, Jihyo selaku pasangan hidup pimpinan perusahaan, tentu memiliki hak untuk menghadirinya. Bahkan, kehadiran Jungkook di rumah secara mendadak, memiliki alasan untuk menjemput Jihyo yang belum mempersiapkan diri karena lupa. Untung saja, Jungkook telah mempersiapkan semua keperluan istrinya itu dengan membawa gaun yang menyita perhatiannya saat berada di butik yang menjadi cabang dari Jeon Corp.
Ia yang kini mengenakan setelan Three Piece Suit berwarna grey yang dipadukan dengan dasi berwarna hitam polos dan sepatu kulit keluaran terbaru dari Jeach Out---anak perusahaan dari Jeon Crop yang memusatkan pada bidang fashion pria dan wanita, memilih menyanderkan tubuh di dinding depan kamar untuk menanti Jihyo yang mengusirnya dari dalam kamar dengan alasan ingin berganti pakaian.
Sambil mengetuk pintu kamar, Jungkook menatap arlojinya yang seakan mendesaknya. "Baby, ayolah. Kenapa lama sekali? Tidak perlu terlalu berdandan, karena kau tidak memakai apapun, terlihat sangat cantik."
"Sebentar!" Hanya itu yang didengar Jungkook dari dalam kamar. Membuatnya merasa bosan, dan berlanjut ingin memberikan protes, Jihyo malah keluar begitu saja dan membius dengan Long Sleeve High Neck Fishtail Maxi dress berwarna navy yang ia kenakan. Dipadukan dengan high heels berwarna hitam yang semakin membuat Jungkook terpukau---terdiam dengan segala argumen dalam benak dan lubuknya yang tersimpan.
"Wow!" Jungkook menggeleng tidak percaya dan tatapan itu membuat Jihyo sangat tidak nyaman. Sehingga ia memberikan pukulan kecil pada Jungkook dengan memakai tas kecil yang ia pegang.
"Jangan menatapku seperti itu! Kau terlihat seperti pria pedofil, sungguh!"
Dan sialnya, Jungkook langsung terkekeh. Hendak mempermasalahkan perkataan Jihyo. Namun, sang empu malah meninggalkannya begitu saja. Berlalu terlebih dahulu dengan sangat anggun, tanpa ada beban yang ditumpunya. Lebih sialnya lagi, ia malah kepanasan melihat punggung itu yang terekpos sempurna.
"Aku sepertinya salah memilih gaun untuk Jihyo."
***
Malam ini menjadi malam yang menyenangkan untuk beberapa orang yang telah menghabiskan waktu berharga demi pekerjaan yang memiliki banyak peluang. Malam yang mereka gunakan untuk merehatkan pikiran dengan musik, hidangan dan suasana pesta khusus yang terlihat amat luar biasa.
Banyak kamera yang bertebar di depan pintu masuk perusahaan Jeon Corp. Tidak lupa dengan bentangan red carpet yang menjadikan pesta ini sangat berbeda dengan lain. Mungkin, pimpinan perusahaan ini tidak tanggung-tanggung dalam menyiapkan dan berurusan dengan dana yang cukup fantastis untuk memeriahkan kesuksesan perusahaannya dalam bisnis kali ini.
Manalagi, saat memasuki lantai dasar Jeon Corp, lantai yang seketika disulap dengan sentuhan dekorator profesional. Memberikan kesan anggun, berkualitas dan mewah. Membuat siapapun terus berdecak kagum juga tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Termasuk bagaimana Jihyo yang masih melongo melihat lantai dasar tempat kerjanya dulu yang begitu luar biasa dari sebelumnya.
Sambil meremas lengan Jungkook yang digandengannya, ia melepaskan kegugupan saat mendapati sapaan dari kolega perusahaan. Karena itu pun, Jungkook dapat memahami bagaimana gugupnya sang istri yang mendapat banyak sorotan dari ratusan pasang mata. Sehingga, jemarinya memberikan sebuah kehangatan saat mengelus punggung jemari Jihyo.
"Santai saja. Mau minum sesuatu?" Jungkook memberikan penawaran dan Jihyo hanya mengangguk. Alhasil, Jungkook membiarkan kedua matanya untuk mengaksen penjuru pesta dan mendapati seorang pelayan yang hendak berlalu di dekatnya. Jungkook mengambil dua gelas minuman di atas nampan dan memberikannya pada Jihyo.
"Ini apa?" tanyanya saat mengambil gelas itu dan mengamatinya cukup lama. Jungkook yang memang cukup haus, langsung membenturkan kedua gelas mereka untuk bersulang dan meneguknya habis.
"Itu minuman."
Jawaban yang konyol. Bodohnya, Jihyo malah tertawa renyah dan menular pada Jungkook yang tidak mengerti letak kelucuannya. "Ada masalah?"
Jihyo mengangguk dan tersenyum manis. "Aku tahu ini minuman dan yang kutanyakan, jenisnya. Apa ini soda, wiski---"
"Koktail. Tidak terlalu memabukkan dan aku mengizinkanmu untuk meminumnya."
Kedua kalinya, Jihyo mengangguk. Mengamati gelas cantik itu terlebih dahulu yang kemudian meneguknya. Ia menikmatinya, hendak meneguk hingga habis tetapi terhalang saat rasa Koktail begitu terasa dalam indra pengecapnya. Sangat pahit, panas dan membuatnya mual.
Jungkook bahkan dapat melihat bagaimana istrinya yang menahan diri untuk muntah sembari berlarian menuju toilet, membuat mereka mendapat tatapan bermakna dari tamu undangan yang berkunjung. Apalagi, saat Jungkook menyusul Jihyo yang memasuki toilet khusus wanita.
Oh God! Jungkook tidak bisa menerobos masuk ke dalam sana, saat melihat beberapa wanita yang berlalu lalang. Sehingga, ia memilih berjalan di depan pintu utama toilet dengan perasaan campur aduk untuk menanti Jihyo yang tidak lama keluar dari dalam sana yang tengah memegang perut dan lehernya secara berulang.
"Ada apa? Apa ada yang serius?" tanyanya yang memastikan. Namun, hanya gelengan yang diberikan oleh Jihyo.
"Aku baik-baik saja. Namun, Koktail tiba-tiba saja rasanya sangat aneh. Padahal, aku cukup menikmatinya. Entahlah, aku merasa pusing saja setelah mengonsumsi Koktail." Jihyo mengeluh, membuat Jungkook sangat khawatir. Bahkan, saat Jungkook kini menelepon seseorang di seberang sana.
"Yunho, tangani pesta malam ini. Aku harus pulang karena Jihyo tiba-tiba saja merasa tidak baik-baik saja."
"Aku baik-baik saja---"
"Terima kasih atas pengertiannya." Dan sambungan itu pun selesai di sana. Padahal, Jihyo amat suka suasana pesta. Namun, kesenangannya harus dihentikan karena ia yang memang merasa tidak baik-baik saja.
Serasa ia ingin kehilangan kesadaran didetik itu juga.
***
Mobil hitam yang Jungkook kendarai, berhenti di depan Mansion, membuat Jungkook melepaskan seat belt dan mematikan radio mobil yang menggema. Bahkan, Jungkook langsung keluar dari mobil untuk membukakan pintu dan berniat untuk membopong Jihyo hingga tiba ke dalam kamar, jika saja Jihyo tidak menolak karena ia ingin ke dapur terlebih dahulu.
Katanya, ia ingin meminum susu pisang yang berada dalam kulkas dan ingin mengambilnya seorang diri---tanpa bantuan dan menyuruhnya untuk tetap berada di sini. Alhasil, tidak ada yang Jungkook lakukan selain menurut dan menanti Jihyo di ruang tamu. Bahkan, Jungkook sama sekali tidak menyadari kehadiran seorang pria yang tengah membaca sebuah majalah di sekitarnya.
Ia tidak tahu jika adiknya itu kembali ke Seoul begitu cepat---di luar dari prediksi pria itu yang katanya akan kembali akhir pekan.
"Kak!"
"Kapan kau kembali? Kenapa tidak memberi kabar?" tanyanya yang membalas pelukan Yeonjun yang tiba-tiba saja memeluknya dan Yeonjun merenggangkannya saat rindu itu telah terobati.
"Baru saja. Koperku bahkan masih ada di sana. Aku masih gugup untuk bertemu dengan Jiah. Kakak pasti tahu bagaimana aku'kan," katanya jengkel yang membuat Jungkook terkekeh dan Yeonjun pun teringat suatu hal saat melihat kakak iparnya berlalu dengan gaun beberapa saat lalu. "Apa ada pesta?"
"Aku mengerti, karena aku pernah merasakannya dan yeah, pesta untuk meratakan keberhasilan proyek yang dirintis Jeon Corp dengan Next Out!" katanya, membuat Yeonjun memberikan apresiasi di mana ia ikut bahagia dengan pencapaian yang kakaknya dapat.
"Oh iya, bagaimana dengan proses kuliahmu? Apa ada hambatan?" tanyanya. Yeonjun menggeleng dengan senyum sempurna.
"Semuanya baik-baik saja. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Memang, jadwal kepulanganku akhir pekan nanti, tetapi aku malah merasa khawatir di sana."
"Apa yang membuatmu khawatir?" tanya Jungkook. Manalagi, Jungkook kepikiran di mana Jiah yang pernah berada di rumah sakit untuk menjalani perawatan tanpa sepengatahuan Yeonjun.
Akan tetapi, timbal balik berupa gelengan yang Yeonjun berikan, membuat Jungkook merasa tidak puas. "Aku khawatir dengan Jiah dan calon anak kami, tetapi aku juga khawatir dengan suatu hal di mana tiba-tiba memikirkanmu dengan Kakak Ipar."
"Denganku? Baiklah, tetapi aku dan Jihyo baik-baik saja." Lantas dari kejauhan, terdengar suara gaduh yang membuat keduanya sontak menoleh dan mendapati dua pekerja yang mengurus keamanan rumah, menahan seorang wanita yang terlihat berantakan dan terus berontak.
Jungkook lantas memberikan instruksi pada dua pria itu untuk melepaskan wanita tersebut, dan mencoba menilik siapa wanita yang berani membuat onar di kediamannya.
"Siapa kau?"
Wanita itu masih membiarkan wajahnya ditutupi oleh rambut panjang sepinggang berwarna pirang cokelat. Lantas detik selanjutnya, wanita itu menyisir rambut yang menghalangi pandangannya dengan menyertai suara isakan---membuat Jungkook dan Yeonjun mematung dan bahkan terpaku saat manik kelabu itu menangkap presensinya.
"Ka--Kaylie?" Pun, wanita itu mengangguk dan menuntun tungkainya untuk berada lebih dekat lagi dengan Jungkook. Bahkan, saat wanita itu kini memeluk Jungkook yang tidak mengerti dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Tidak menyadari jika seseorang melihat aksi itu terasa terluka. Bahkan, saat ia mencoba menilik wajah asing itu yang ternyata bagian dari masa lalu suaminya yang begitu membekas.
Itu Kaylie.
Tbc.
Suprise💣 Bagaimana? Suka dengan kejutannya👀wkwk.
Ini cukup panjang loh😭2k lebih😭
Penasaran nggak? Coba komen---apapun yang berhubungan dengan part ini. Ayok, ayok😭
Sampai jumpa di bab selanjutnya❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top