0.36
Komen jika menemukan typo🤗
***
Jungkook benar-benar kesal. Kini, jari-jemarinya mengetuk meja berbahan kayu dengan sebelah alis yang dibiarkan terangkat sempurna. Sambil menatap seseorang yang saat ini berada di depannya, ia pun menghela napas panjang. "Joongi sungguh mengibarkan bendera kematiannya kepadaku. Gara-gara ini pun, aku harus merelakan waktu berduaku dengan Jihyo," katanya dengan lirih. Membuat Yunho mencebikkan bibir.
"Masih ada besok dan besok. Tidak perlu di bawa---"
"Kau mengatakannya, karena kau belum menikah," ujarnya dengan santai. Ampuh membuat rahang Yunho mengeras dan itu hal yang Jungkook sukai jika menggoda rekan dan sepupunya itu. "Ah, Yeonjun yang bahkan lebih muda darimu, tidak lama lagi akan menimang bayi."
"Tunggu, tunggu! Sebenarnya, kau datang ke apartemenku di jam yang seharusnya menjadi waktu hibernasi semua orang, hanya ingin mengatakan ini?" tanyanya memastikan. Akan tetapi, Jungkook hanya mengedikkan kedua bahunya. Membuat kekesalan dalam diri Yunho menyeruak. "Mati saja kau!"
Alhasil, Jungkook langsung saja tergelak-gelak saat melihat ekspresi kesal Yunho. Bahkan, saat Yunho kini duduk di sofa dengan kedua tangan direntangkan. "Hina saja aku sepuasmu. Karena tidak lama lagi, aku akan terlepas dari itu semua---"
"Wow, kau akan menikah?" tanyanya dengan terkejut. Yunho hanya mengangguk. Membuat Jungkook bertanya-tanya. "Apa dengan Yoomi?"
"Memangnya dengan siapa lagi? Aku hanya dekat dengan Yoomi sejak bekerja denganmu dan mulai berkencan dengannya secara diam-diam saat kau telah menikah dengan Kaylie." Lantas Yunho memejamkan matanya setelah menjawab pertanyaan Jungkook.
Mendengarnya, membuat Jungkook mengangguk berulang kali. "Kalian memang serasi, aku akui itu." Sambil mengambil botol wiski dan menungkan ke dalam dua gelas kecil, yang kemudian menawarkannya kepada Yunho untuk bersulang.
Alhasil, terdengar suara benturan dua gelas kaca dalam ruangan ini. Ditemani dengan iringan musik gramofon yang menggema begitu syahdu. Namun, suara ponsel Jungkook yang tiba-tiba saja berdering, masih mengalahkan iringan musik itu. Oleh karena itu, ia langsung meraih ponselnya untuk menilik siapa yang berani menghubungi di malam hari seperti ini?
Itu tidak mungkin istrinya. Karena Jungkook telah memberitahu Jihyo soal ia akan menemui Yunho dan kembali agak larut.
"Siapa?" tanya Yunho yang kembali meneguk wiski itu, tetapi Jungkook malah memberikan bahasa isyarat kepada Yunho untuk diam.
"Selamat malam, Sir. Maaf mengganggu waktu anda. Saya hanya ingin menyampaikan proses hukum yang tidak sempat anda hadiri di mana Goo Joongi, terbebas dari hukuman penjara maupun denda. Karena pria itu, mengalami keterbelakangan mental. Bahkan, Joongi harus mengalami perawatan intensif di Rumah Sakit Jiwa."
Jungkook yang mendengarnya, sontak mengepalkan tangan, sangat jelas saat buku tangannya memutih. Tidak menerima kenyataan saat sidang yang dinanti selama 5 hari setelah tibanya ia dengan sang istri dari Verona, mengeluarkan keputusan yang menurutnya tidak adil. Ya, seandainya pria itu tidak diagnosa keterbelakangan mental---hukumam penjara dan denda pasti menantinya.
"Dia beruntung. Baiklah, tidak perlu dipermasalahkan lagi dan terima kasih atas kerja kerasmu, Pengacara Kim," ujarnya. Lantas mematikan sambungan telepon dan menghela napas cukup panjang. Bahkan, beriringan saat ia merebut gelas wiski milik Yunho yang kemudian diteguknya tanpa sisa.
Yunho pun tidak terlalu mempermasalahkannya, ia hanya menanti Jungkook untuk menjelaskan semuanya.
"Tuhan menyayangi nyawanya, Yunho."
Alhasil, Yunho mencoba menebak maksud dari perkataan Jungkook. "Apa soal Joongi?"
"Seratus! Dia gangguan mental, sehingga terbebas dari hukuman," jawabnya. Ampuh membuat Yunho membulatkan mata.
"Benar-benar gila. Pantas saja, dia membuatmu kelimpungan seperti ini. Akan tetapi, dia seharusnya tetap mendapati hukuman setelah menjalani perawatannya. Kau harus mengajukan banding. Aku saja, ingin sekali memusnahkannya detik ini juga dan kau harus melakukannya! Joongi harus mendapatkan sebuah pelajaran agar tidak mengulangi perbuatannya kepadamu ataupun orang lain di masa depan nanti," katanya dengan mengaplikasikan bantal sofa sebagai Joongi dan ia meremas-remasnya dengan kesal. "Ayolah, di mana Jeon Jungkook terhormat yang tidak tinggal diam jika diperlakukan seperti ini."
"Tidak perlu, biarkan saja. Jihyo mengajarkan untuk tidak membalas orang-orang yang ingin menghancurkanku, karena hukum alam selalu menyertai manusia. Aku sangat yakin, dia akan berubah. Kita tunggu waktu saja," ujarnya sambil mengangguk berulang kali. Setuju dengan perkataannya sendiri.
Akan tetapi, tutur kata seorang Jeon Jungkook, sukses membuat Yunho melongo tidak percaya---serasa Jungkook memiliki duplikat dengan pribadi yang lain. Karena sungguh, Yunho amat mengenal pribadi Jungkook yang akan memberikan balasan lebih ganas lagi saat seseorang mencoba menghancurkannya.
Terlihat dari Yunho yang kini mendekat ke arah Jungkook dan menempel jemarinya di kening itu. "Tidak demam, tetapi ada apa dengan dirimu? Apa aku perlu menghubungi dokter kepercayaan Jeon?" tanyanya dengan tampang polos. Membuat Jungkook meremas wajahnya dan mencoba untuk bersabar.
"Jika kau bertanya yang tidak masuk akal lagi, kau yang akan menggantikan posisi Joongi di penjara." Jungkook mengatakannya dengan nada datar. Membuat Yunho yang ingin tergelak, langsung memasang ekspresi cemberut.
"Baiklah, terserah kau saja. Akan tetapi, jujur! Aku suka pribadimu yang seperti ini semenjak menikah dengan Jihyo. Bukan, aku tidak bermaksud membandingkan Jihyo dengan mendiang Kaylie, tetapi kenyataan memang seperti itu. Bahkan, aku sangat mengingat di mana kau berperan penting saat Yeonjun mendapati sebuah masalah dan kemurkaan dari keluarga. Semoga kau terus seperti ini. Sekalipun kau terus menjengkelkan jika bersamaku."
Mendengar suara hati Yunho, membuat Jungkook menghela napas dan merentangkan kedua tangannya. "Butuh pelukan, Bung?"
"Sialan kau, Jung!" Lantas Yunho merentangkan kedua tangannya untuk memeluk tubuh sepupu sekaligus teman baiknya itu. Terlihat konyol saat dua pria dewasa berpelukan ala Teletubbies. Bahkan, Yunho pun merasakannya. Di mana sisi lain Jungkook selama menikah dengan Jihyo.
***
Jihyo benar-benar telah resign dari pekerjaannya.
Sebenarnya, Jungkook tidak pernah mempermasalahkan jika Jihyo ingin bekerja setelah menikah nanti dan tetap menjadi sekretarisnya, karena Jihyo telah memahami banyak hal dalam mengurus pekerjaannya. Akan tetapi, Jungkook juga tidak bisa memaksakan kehendaknya pada Jihyo yang ingin memfokuskan diri pada keluarga dan meninggalkan karirnya yang cukup cemerlang.
Sejak mereka menikah, posisi sekretaris mulai kosong, walau Jihyo tetap membantu sang suami karena proses training sekretaris baru yang belum usai dan memerlukan cukup banyak waktu dalam pemilihannya. Mungkin, pekan depan posisinya telah diisi---bisa juga lebih cepat lagi. Manalagi, Jungkook hanya mencari sekretaris khusus pria saja.
Sejak berhenti dari sekretaris pun, Jihyo mulai mempelajari banyak hal, karena selera setiap anggota keluarga yang berbeda-beda. Akan tetapi, ia sangat menikmatinya. Apalagi, saat ia membantu Jiah yang sering merasa sulit pada proses kehamilannya yang kini berada dibulan kedua. Membuat hari-harinya yang kadang merasa bosan setelah mengantar dan menjemput Moni di sekolah, menjadi sangat menyenangkan.
Dan Jihyo sangat mengakui, Jiah sosok wanita yang lembut dan ramah. Cocok menjadi teman rumah dan seorang partnert yang mengagumkan. Bahkan, saat mereka selalu bercanda gurau mengenai hal yang terlintas dalam kepala-menghilangkan rasa canggung yang sempat menghampiri.
"Sepertinya, kau sangat betah di rumah?" Jungkook berujar, kala mengamati Jihyo yang terus saja tersenyum sembari merapikan pakaian ke dalam almari.
"Ya, Jiah dan Moni membuatku betah, setelah melakukan perjalanan panjang di Verona. Bahkan, aku masih mengingat wajah gembira Moni setelah kuberikan suvenir berupa snowball music box dengan miniatur rumah Juliet beserta patungnya di dalam benda itu. Dan tentunya, wajah bahagia yang lainnya. Beruntung, kita membeli benda-benda itu saat memasuki toko suvenir," ucapnya yang kemudian menepuk paha dan berdiri. Kini, menjadikan Jungkook sebagai pemandangannya saat ia membantu melepaskan jas yang melekat di tubuh Jungkook. "Aku sudah menyiapkan air hangat dengan aromaterapinya. Berbenahlah dan suamiku yang tampan ini, ingin memakan apa? Kupikir, kau belum makan malam."
Jungkook mengangguk membenarkan ucapan itu, saat Jihyo kini berbalik ke meja rias. Akan tetapi, Jungkook yang berada di mode manjanya, langsung menyelusupkan jemarinya pada pinggang ramping itu dan dagunya yang bertengger di pundak Jihyo.
"Jihyo, sudah mendengar kabar tentang Joongi?"
Jihyo yang masih terkejut, lantas menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya ada apa?"
Jungkook hanya menggeleng yang kemudian menghela napas panjang. "Joongi mengalami ICDA."
Mendengar itu, sontak membuat Jihyo terkejut bukan main. Lantas ia kemudian membalikkan tubuhnya untuk menatap manik itu. "Tunggu, maksudmu Impulse Control and Addition Disorders?" Dan Jungkook hanya mengangguk. Membuat Jihyo memijit pelipisnya karena pening. "Pantas saja dia berbuat semaunya tanpa memikirkan dampak dari itu semua."
Jihyo benar-benar tidak menyangka saat Joongi diagnosa ICAD, bahkan Jungkook dan yang lainnya juga berlaku, di mana itu adalah istilah bagi orang yang mengalami gangguan kejiwaan berupa kecanduan terhadap sesuatu. Penderita gangguan ini tidak dapat menahan dorongan untuk melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain. Beberapa contohnya adalah Kleptomania (mencuri sesuatu) dan gemar berjudi secara kompulsif---seperti yang Joongi sering lakukan. Orang yang menderita gangguan ini menjadi sangat terlibat dengan objek kecanduannya sehingga berakibat mereka mengabaikan tanggung jawab atau suatu hubungan dengan orang lain di sekitarnya. Termasuk saat Joongi melakukan suatu hal karena tidak suka saat Jungkook memblokir kartu kreditnya.
"Jiah pasti sedih. Dia tidak merasa tenang selama ini. Apalagi, saat Yeonjun yang terus disibukkan dengan pekerjaannya dan kuliahnya," katanya khawatir. "Terus, apa Joongi tetap menjalani masa tahanannya?"
"Dia harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa, dan aku tidak memperluas masalah ini. Dia melakukannya karena tekanan pada dirinya sendiri dan aku memahami hal itu." Jungkook tersenyum simpul. Membuat Jihyo sangat bahagia saat mendengar di mana Jungkook masih peduli dengan Joongi, walau pria itu terus menyusahkannya selama ini.
"Aku mengingat kata-katamu, Ji," kata Jungkook tulus, seraya mendekatkan wajah mereka hingga ujung hidung itu saling bergesekan. Bahkan, Jihyo dapat merasakan saat jemari gagah Jungkook kini berada di pinggang rampingnya. Beriringan saat kedua bibir Jungkook kini menyentuh bibir yang dipoles dengan liptint bewarna cherry, yang dengan spontan mendapat sambutan hangat dari sang empu. Membuka akses lebih yang membuat Jungkook makin menggila.
Tidak menyadari, saat terdengar suara perang lidah dengan napas terengah-engah. Saling menukar saliva hingga pernapasan serasa habis tak tersisa yang membuat Jungkook mengakhirinya. Lantas, menatap dengan seksual manik bulat yang begitu teduh dengan bibir yang cukup bengkak karena ulahnya.
Masih dengan napas serasa memburu, jari jempol Jungkook kini mengusap bibir Jihyo yang cukup bengkak karena ulahnya. "Terima kasih telah hadir dalam hidupku, dan menyempurnakan kisah kehidupanku yang terasa hampa."
Tbc.
Entahlah, part ini nggak jelas ato gimana, tapi semoga menghibur kalian, hehehe.
Jangan lupa voment yak😍sampai jumpa di bab selanjutnya, baby💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top